Waspadai Ganasnya Enterovirus 71 Pada Anak

Waspadai Ganasnya Enterovirus 71 Pada Anak

Kematian pada 60 anak di Kamboja sejak bulan April 2012 telah menjadi perhatian WHO. Dari 62 anak usia 3 bulan hingga 11 tahun yang dirawat di rumah sakit setempat karena penyakit infeksi misterius, hanya satu jiwa yang terselamatkan. Empat puluh enam anak diantaranya meninggal dalam 24 jam.  Penderita yang meninggal didahului oleh gejala ensefalitis dan sesak napas. Pada Juli 2012, para peneliti di Institut Pasteur du Cambodge ternyata 62,5 persen dari 24 spesimen, positif terdeteksi Enterovirus 71 (EV71) sebagai penyebab kematian misterius tersebut. Sehingga enterovirus 71 dianggap turut bertanggung jawab terhadap penyakit ganas yang merenggut kematian dengan cepat pada anak-anak tersebut. Akankah nantinya enterovirus 71 akan berkembang di Indonesia ?

Kemunculan enterovirus 71 (EV71) pertama kali teridentifikasi di California, Amerika Serikat pada 1969 hingga 1972 dengan 20 kasus infeksi organ saraf pusat diantaranya satu meninggal. Lantaran mobilisasi manusia, epidemi EV71 menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk Eropa. Untuk kawasan Pasifik Barat, epidemi telah terjadi di Australia, Brunei Darusalam, China, Jepang, Korea, Taiwan, Malaysia, Singapura dan Vietnam.

Pada 1997 tercatat 2628 kasus infeksi enterovirus 71 (EV71) di Malaysia. Sementara di Taiwan (1998), epidemi EV71 menimbulkan 129.106 kasus dengan manifestasi penyakit tangan-kaki-mulut, selain infeksi organ saraf pusat, jantung dan paru (pneumonia). Wabah skala besar tercatat di China (2009) dengan 1.155.525 kasus infeksi, diantaranya dengan 13.810 kasus parah dan 353 meninggal.

Kini penyebaran enterovirus telah hampir ke seluruh pelosok bumi. Jumlah serotipe yang menembus angka seratus menjadi karakteristik genus enterovirus, sehingga memiliki tingkat kesulitan tersendiri untuk membuat vaksin yang efektif. Dengan teknologi biomolekular sekuens nukleotida telah diidentifikasi 102 serotipe enterovirus pada manusia. Enterovirus 71 termasuk dalam famili Picornaviridae. Dalam klasifikasi menurut The International Committee on Taxonomy of Viruses, EV71 di kategorikan ke dalam golongan human enterovirus A.

Saat ini enterovirus 71 menjadi problem kesehatan yang serius di kawasan Asia Tenggara pascakematian lebih dari 60 anak di Kamboja sejak April 2012. Walhasil, pada awal abad ke-21 ini, daya tahan tubuh komunitas manusia modern silih berganti berada dalam kerentanan infeksi virus berbahaya.

Siklus infeksi enterovirus 71 pada tubuh manusia dimulai tatkala partikel virus ini tertelan atau terhirup lewat hidung. Kemudian berlanjut dengan perbanyakan diri (replikasi) pada mukosa tenggorok. Lantaran virus ini tahan terhadap asam lambung, maka akses ke mukosa usus menjadi mudah untuk kemudian bermukim pada mukosa usus dalam jangka lama, meski tidak selalu menimbulkan gejala infeksi saluran cerna.

Faktor daya tahan tubuh berperan penting dalam menjaga keseimbangan dengan kehadiran EV71 dalam mukosa usus. Pada kondisi imunokompeten (daya tahan tubuh optimal) virus ini berdiam diri (dormant, tidur). Sebaliknya, kondisi imunokompromi (daya tahan lemah) aktivitas replikasi enterovirus terpacu sembari virus berpeluang besar menyusupke aliran darah (viremia) sebelum menginfeksi sistem saraf pusat (meningitis aseptik, ensefalitis), organ paru (pneumonia) dan menimbulkan penyakit tangan-kaki-mulut (hand-foot-mouth disease).

EV71 merupakan virus patogen pada manusia dan mudah menular lewat rute fekal oral, termasuk lewat popok bayi (diapers). Partikel virus ini berdiameter 30-35 nanometer dan merupakan virus bergenom RNA tunggal yang tersusun sedikitnya oleh 7500 nukleotida. Pemusnahan virus ini tergolong sulit, lantaran memiliki kapsid yang tahan terhadap desinfektan konvensional (alkohol, deterjen). Selain itu, EV71 dapat bertahan hidup berminggu-minggu dalam air, air asin, air limbah domestik dan tinja manusia. Untunglah, enterovirus ini inaktif pada suhu di atas 56 derajat celcius, sehingga mengindikasikan perlunya memasak makanan atau merebus minuman sebelum dikonsumsi.

EV71 termasuk kedalam family picornaviridae dan genus enterovirus. Klasifikasi enterovirus dapat dilihat pada nomenklatur  sebagai berikut, Famili : Picorna virus, Genus : Enterovirus, Subgenus : Virus Polio 1-3; Virus Coxsackie  A serotype A1-A22,A24 (serotype A23 sekarang dimasukan kedalam golongan virus echo9); Virus Coxsackie B serotype B1-B6, Virus echo serotype 1-9, 11-27, 29-33; enteroviruses serotype 68-71. EV71 merupakan salah satu jenis enterovirus yang dapat menyebabkan HFMD, selain  virus Coxsackie A16 (tersering), 5, 7, 9, 10; dan Virus Coxsackie B2, 5.

Manifestasi klinis

Masa inkubasi 4 – 6 hari. Trias manifestasi klinis infeksi EV71 berupa demam tinggi 38-40 derajat celcius, lumpuh layuh (flaccid paralysis) seperti pada poliomielitis, dan sesak napas parah lantaran kerusakan progresif alveoli organ paru. Gejala tambahan berupa diare dan penyakit tangan-kaki-mulut. Pada kasus parah terjadi meningitis aseptik dan pendarahan pada organ otak sebagai penyebab kelumpuhan, termasuk kelumpuhan otot pernapasan. Pengalaman dipetik dari Kamboja, penderita meninggal dunia akibat gagal napas rata-rata 24 jam setelah dirawat di rumah sakit, meski telah diberikan perawatan intensif. Bila terjadi koinfeksi dengan bakteri sehingga meningitis aseptik menuju ke arah meningitis bakterial, maka angka kematian semakin tinggi.

EV71 umumnya memberikan gejala klinis ringan, tetapi dapat pula menyebabkan manifestasi klinis berat yang mengenai susunan syaraf pusat (SSP), seperti meningitis, ensefalitis maupun meningoensefalitis. Sekalipun HFMD dapat bermanifestasi klinis berat bahkan fatal, tetapi tidak semua pasien dengan gangguan SSP meninggal dunia. Risiko kematian meningkat bila telah terjadi disregulasi  otonom susunan syaraf pusat (autonomic nervous system dysregulation/ANS dysregulation) yang ditandai dengan keringat dingin, takikardi, takipnu, kulit mottled, hipertensi dan hiperglikemi. Dalam beberapa jam, pasien dapat mengalami gagal jantung (disfungsi miokardium refrakter), edema dan perdarahan paru yang berakibat fatal.

Beberapa faktor risiko terjadinya gangguan SSP pada HFMD adalah demam diatas 38.50C yang berlangsung lebih dari 3 hari, letargi, muntah-muntah, kelemahan tungkai dan kejang mioklonik. Pada keadaan ini, pasien sebaiknya dirawat untuk mendapat pengobatan dan evaluasi lebih lanjut.

Beberapa faktor dapat mempengaruhi keparahan infeksi EV71 pada HFMD, yaitu  malnutrisi, kondisi kesehatan dan kualitas air yang kurang, kepadatan penduduk, dan imunodefisiensi. Imunitas (kekebalan) terhadap infeksi EV bersifat spesifik yang bergantung kepada serotipenya. Imunitas pasif dapat diperoleh secara transplasental atau pemberian imunoglobulin.

Manusia merupakan satu-satunya reservoar bagi enterovirus, tak terkecuali EV71. Karena itu fokus terhadap upaya pemutusan rantai penularan tertujukan pada tubuh manusia sendiri dan lingkungannya lewat aplikasi perilaku hidup bersih dan sehat, berupa penyediaan (suplai) air bersih dan tata kelola pembuangan limbah domestik, serta manajemen pembuangan sampah termasuk popok bayi dan penggunaan jamban sehat. Lalat rumah merupakan vektor efektif. Penularan lewat gigitan nyamuk dan transfusi darah tidak pernah dilaporkan.

Ujung jari tangan merupakan media penularan yang lazim. Bayi usia di bawah 6 bulan rentan untuk terkena infeksi EV71 parah, bahkan fatal. Menyadari penularan utama virus ini lewat makanan atau minuman bayi, maka pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif hingga usia bayi 6 bulan menemukan momentumnya di era modern ini. ASI mengandung imunoglobulin A (IgA) yang mampu menghambat secara signifikan replikasi EV71 pada permukaan mukosa usus bayi.

Diagnosis

  • Penegakan diagnosis pasti (confirmed) EV71 lewat prosedur Polymerase Chain Reaction (PCR). Prosedur ini memiliki akurasi lebih dari 92 persen. Pemeriksaan serologis darah dan kultur virus dari cairan otak (cairan serebrospinal) tidak begitu memiliki nilai diagnostik untuk kepastian serotipe EV71.
  • Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan gejala klinis ringan hampir tidak diperlukan, tetapi diperlukan pada pasien dengan gejala klinis berat.
  • Diagnosis banding pasien yang terinfeksi EV71 adalah herpangina, Stomatitis aptosa, Ginggivostomatitis herpes

Penanganan

  • Pada dasarnya HFMD bersifat ‘self-limiting illness’, sembuh spontan dengan pengobatan simtomatik. Penderita diupayakan cukup istirahat dan memperoleh asupan cairan yang cukup agar tidak terjadi dehidrasi akibat kesulitan minum/makan karena lesi yang cukup banyak di daerah mulut dan lidah. Pada keadaan berat, tata laksana dilakukan sesuai dengan gejala klinis yang ada.
  • Pemberian imunoglobulin pada kasus akut untuk maksud meningkatkan daya tahan tubuh secara instan, tidak efektif. Injeksi imunoglobulin tidak ditujukan untuk antisipasi pencegahan infeksi walau hingga kini belum tersedia vaksin untuk enterovirus, termasuk EV71. Obat antivirus Pleconaril memberikan harapan cerah untuk kasus infeksi EV71 yang berat, meski harus diberikan pada stadium dini penyakit. Obat ini bekerja sebagai penghambat (inhibitor) masuknya virus ke dalam sel
  • Sampai saat ini tidak ada vaksin dan obat anti enterovirus. Oleh karena itu, tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi menjadi hal sangat penting dalam memutus transmisi penyakit.

Daftar Pustaka

  • WHO Western Pacific Region. A Guide to Clinical Management and Public Health Response for Hand, Foot and Mouth Disease (HFMD). Manila2011.
  • Ooi MH, Wong SC, Lewttwaite P, Cordosa MJ, Solomon T. Clinical features, diagnosis, and maagement of enterovirus 71. 2010;9:1097-105.
  • MCMINN PC. Enteroirus 71 in the Asia-Pacific region: An emerging cause of acute neurological disease inn young children Neurol J Southeast Asia 2003;8:57-63.

supported by

PICKY EATERS CLINIC Klinik Khusus Kesulitan Makan Pada Anak dan GROW UP CLINIC Klinik Khusus Gangguan Pertumbuhan Berat Badan Anak Yudhasmara Foundation www.pickyeaterschild.wordpress.com/ email :

WORKING TOGETHER FOR STRONGER, HEALTHIER AND SMARTER CHILDREN BY EDUCATION, CLINICAL INTERVENTION, RESEARCH AND NETWORKING INFORMATION. Advancing of the future pediatric and future parenting to optimalized physical, mental and social health and well being for fetal, newborn, infant, children, adolescents and young adult

CHILDREN GROW UP CLINIC I

  • CHILDREN GROW UP CLINIC I, JL Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat 10210 Phone : 5703646 – 44466102
  • CHILDREN GROW UP CLINIC II, MENTENG SQUARE Jl Matraman 30 Jakarta Pusat 10430 Phone 44466103 – 97730777

LAYANAN KLINIK KHUSUS “CHILDREN GRoW UP CLINIC”

  • Children Allergy Clinic Online
  • Picky Eaters Clinic (Klinik Kesulitan makan Pada Anak) dan Grow Up Clinic (Klinik Khusus Gangguan Pertumbuhan Berat Badan Anak)
  • Children Foot Clinic
  • Children Rehabilitation Clinic
  • Children Speech Clinic
  • Pain Management Clinic Jakarta
  • Medicine Baby Gym & Children Massage
  • NICU – Premature Follow up Clinic

PROFESIONAL MEDIS “CHILDREN GRoW UP CLINIC”

  • Dr Narulita Dewi SpKFR, Physical Medicine & Rehabilitation
  • Dr Widodo Judarwanto SpA, Pediatrician
  • Fisioterapis

Clinical – Editor in Chief :

Dr WIDODO JUDARWANTO, pediatrician

  • email :
  • curriculum vitae
  • For Daily Newsletter join with this Twitter https://twitter.com/WidoJudarwanto

Information on this web site is provided for informational purposes only and is not a substitute for professional medical advice. You should not use the information on this web site for diagnosing or treating a medical or health condition. You should carefully read all product packaging. If you have or suspect you have a medical problem, promptly contact your professional healthcare provider

Copyright © 2012, Picky Eaters and Grow Up Clinic, Information Education Network. All rights reserved

About these ads

Tentang GrowUp Clinic

In 1,000 days Your Children, You can change the future. Our Children Our Future
Tulisan ini dipublikasikan di ***Penyakit Berbahaya, ***Penyakit Infeksi Virus dan tag . Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Gravatar
WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out / Ubah )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out / Ubah )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out / Ubah )

Google+ photo

You are commenting using your Google+ account. Log Out / Ubah )

Connecting to %s