Gangguan Sensori Integrasi, Manifestasi Klinis Dan Penanganan
Penderita dengan gangguan sensori integrasi sering kali salah mengartikan informasi sensorik yang masuk. Individu ini merasa seperti dihujani dengan informasi dan tidak mampu memproses informasi yang masuk. Secara fisiologis, gangguan sensori integrasi mencerminkan adanya disfungsi neurologis sentral yang ringan, yang meliputi sistem multisensorik. Kelainan ini mempengaruhi perilaku seseorang dalam cara-cara yang sulit dipahami, kecuali diamati oleh profesional, yang secara khusus mempelajari teori sensori integrasi.
Gangguan sensori integrasi ke dalam 3 (tiga) kelompok besar:
- Gangguan sensori modulasi (sensory modulation disorder), yaitu kesulitan dalam mengatur intensitas respon adaptif terhadap suatu stimulus tertentu. Individu yang mengalami ganguan modulasi dapat menunjukan reaksi yang tidak sesuai dengan situasi. Menunjukan reaksi berlebihan atau bahkan tidak bereaksi. Contoh : anak tidak tahan dengan suara blender, maka ia akan menangis, menutup telinga, lari ke kamar atau minta blender dimatikan.
- Gangguan diskriminasi sensori (sensory discrimination disorder), yaitu ketidakmampuan dalam mengartikan kualitas sentuhan, gerakan dan posisi tubuh atau kesulitan dalam mempersepsikan suatu input secara tepat (Bundy, dkk, 2002). Contoh : mainan sering rusak, karena anak tidak bisa mengontrol kekuatan, menulis terlalu tebal atau tipis. Gangguan diskriminasi visual akan menghambat anak dalam perkembangan membaca. Sedangkan gangguan diskriminasi taktil akan mengganggu perkembangan motorik halus, seperti menulis.
- Gangguan praksis (sensory based motor-disorder), yaitu ketidak mampuan dalam merencanakan suatu gerak motorik baru, sebagai manifestasi gangguan pemrosesan sensoris dari sistem vestibuler dan proprioseptif . Contoh : Anak lebih lama melakukan sesuatu dari anak lain, misalnya belajar naik sepeda, menalikan sepatu, menulis, dsb. Ada pula anak yang menghindari berbagai aktivitas karena tidak dapat melakukan dengan baik.
SENSORI PROCESSING DIFFICULTIES
Sensory Sensitifity
- anak pasif / menerima
- terlalu sensitif terhadap stimulasi sensoris
- tidak mampu mengurangi input sensoris ke tingkat fungsional untuk belajar
Sensory Avoiding
- Anak menolak input sensoris
- Menolak adanya perubahan
- Menghindari sentuhan dan gerakan
Sensory Seeking
- Aktif mencari input sensoris
- Mencari tingkat stimulasi sensoris yang lebih tinggi dibanding seusianya
- Anak selalu aktif dan mudah terangsang
Poor / Low Registration
- Anak kurang inisiatif dan cenderung pasif
- Mudah lelah dan nampak lesu
- Anak tidak terlibat seperti yang seharusnya di lingkungan]
DISFUNGSI TAKTIL
- Tidak menyadari sensasi sentuhan
- Sedikit respon terhadap goresan, memar, atau luka
- Tidak Peduli terhadap perubahan suhu
- Kegagalan untuk menyadari makanan pedas atau panas
- Tidak menyadari kondisi cuaca, seperti angin atau hujan
- Tidak menyadari rasa nyeri orang lain, sering bermain kasar dan menyakiti orang lain secara tidak sengaja.
Gejala stimulasi taktil (sensory seeking)
- Sangat membutuhkan sentuhan, menggelitik, pijat punggung, dan pelukan
- Kadang melakukan tindakan mencederai diri, seperti menggigit, mencubit, atau membenturkan kepala
- Merasa perlu untuk menyentuh dan merasakan segala sesuatu di lingkungan, dimana anak-anak lain memahami untuk tidak menyentuh
- Memutar rambut dengan jari
- Suka menyentuh permukaan lembut atau halus
- Menyukai objek yang bergetar
- Kadang menjejalkan makanan di mulut saat makan
- Mempunyai toleransi tinggi untuk panas dan suhu dingin
- Lebih suka makanan pedas
- Sering melepas kaus kaki dan sepatu
Kelebihan Sensori pada Taktil (Hypersensitive) : Seharusnya mendapatkan input yang normal tetapi yang dia dapatkan menyakitkan. Respon berbeda.
Contoh :
-
Bila anak dipegang secara halus justru merasakan sakit yang luar biasa seperti nyeri pada kulitnya
-
Tidak suka memakai baju yang ada label dibelakangnya, baju lengan panjang
-
Tidak suka disisir pada anak wanita
-
Memakai pembalut pada anak wanita
-
Bahan baju tidak sembarangan (bukan karena anak memilih, namun karena tidak nyaman menyentuh kulitnya)
-
Tidak suka potong rambut (sakit demam)
Kekurangan Sensori pada Taktil (Hyposensitive) Seharusnya mendapatkan input yang normal tetapi yang dia dapatkan tidak merasakan apapun. Contoh :
- Anak yang berbaris, tiba-tiba memukul temannya (padahal niat mau menyapa)àkurang kontrol gerak
- Berlari atau jalan suka menabrak sesuatu tetapi tdk terasa
- Makan sampai seputar mulut kotor semua, pilek tidak dibersihkan…tdk masalah
- Mencoba memegang semua benda yang ada di rumah atau di sekitarnya
DISFUNGSI PROPRIOSEPTIF
- Suka melompat di atas trampolin, gulat dan kegiatan menabrakkan diri
- Berjalan dengan kaki berat yang terdengar seperti menghentak
- Menendang lantai atau kursi sambil duduk
- Lebih menyukai pakaian ketat
- Suka menggigit atau mengisap jari
- Menyukai pelukan
- Kadang menggiling gigi
- Mungkin memukul, atau mendorong anak-anak lain
- Suka mengunyah pena, sedotan atau kemeja
- Melakukan kegiatan dengan tenaga berlebihan (misalnya membanting pintu, meletakkan benda-benda dengan keras)
DISFUNGSI VESTIBULAR
Organ vestibular berada di telinga bagian dalam. Mendeteksi setiap perubahan posisi kepala yang berkaitan dengan keseimbangan dan gerakan. Disfungsi pendengaran juga sering terjadi bersamaan dengan gangguan vestibular, karena keduanya dirasakan dalam sistem telinga. Kemampuan sistem saraf tergantung pada sistem vestibular yang berfungsi dengan benar untuk memproses input sensorik dari semua indera kita. Jika ada disfungsi vestibular, maka semua aspek lain dari sistem saraf akan gagal berfungsi secara akurat juga. Tanda-tanda disfungsi vestibular meliputi perilaku mencari sensorik (sensoty seeking), dan/atau hiper/hipo sensitivitas terhadap gerakan.
Kelebihan Sensori pada Vestibular (Hypersensitive) : Informasi yang mereka terima diproses secara tidak benar, sedikit bergerak tetapi bagi anak ini merasa berlebihan àmengalami hambatan pada motorik kasar
-
Anak tidak suka bergerak (diam)
-
Tidak suka bermain ayunan
-
Tidak mau bermain prosotan
-
Melangkah dengan ketinggian 5 cm sudah merasa berada di atas gedung
-
Tidak mau naik Lift/Eskalator
Kekurangan Sensori pada Vestibular (Hyposensitive) Informasi yang mereka terima diproses secara tidak benar, banyak bergerak dan tidak mau diam, Tidak punya perasaan takut dan naik turun tidak jatuh (keseimbangan berlebihan)…mendapatkan sensasi dg aktifitas tersebut
- Suka memanjat
- Suka berayun keras
- Suka berputar di Gelas Putar keras sekali
- Suka prosotan yang tinggi
- Naik dan turun lift berulang kali
- Disfungsi menyebabkan resistensi terhadap permainan yang bergerak, seperti ayunan, slide atau komidi putar
- Hasrat melaksanakan tugas dengan bergerak perlahan dan hati-hati
- Takut ketinggian dan takut jatuh
- Mudah kehilangan keseimbangan
- Menghindari tangga, lift, dan eskalator
- Minta dukungan fisik dari orang dewasa dalam aktivitas
Tanda-tanda Hiposensitif terhadap Gerakan :
- Tidak menyadari jika dipindahkan
- Kurangnya motivasi untuk aktif bergerak
- Bermain ayunan dalam jangka waktu yang lama tanpa merasakan pusing
- Tidak menyadari sensasi jatuh dan gagal melindungi dirinya sendiri dengan tangan atau kaki
Tanda-tanda perilaku mencari input vestibular :
- Menyukai wahana taman hiburan
- Biasanya digambarkan sebagai hiperaktif – selalu berlari, melompat, dan melompat
- Melibatkan dalam gerakan-gerakan goyang atau ritmis dalam aktivitas
- Mempunyai masalah untuk duduk diam
- Kadang menggelengkan kepala dengan keras atau mengayunkan berirama
- Menyukai gerakan intens termasuk melompat, posisi terbalik
- Suka berayun sangat tinggi
- Menyukai jungkat-jungkit, papan jungkat totters atau trampolin lebih dari anak-anak lain
- Menyukai berputar dalam lingkaran
Tanda-tanda kelemahan tonus otot dan koordinasi:
- Tubuh lemah
- Sering duduk dengan posisi “W” ketika di lantai
- Kadang melewatkan tahap merangkak saat bayi bayi
- Lemahnya motorik kasar dan keterampilan motorik halus
- Butuh perjuangan keras untuk meniru gerakan tari dan latihan
GANGGUAN MOTORIK HALUS DAN GANGGUAN LAIN YANG MENYERTAI:
- Keterampilan motorik halus kurang baik dan punya masalah dalam ADL, seperti menarik resleting celana, mengancingkan baju.
- Kesulitan menggunakan gunting, pensil, atau krayon.
- Perlu pemikiran keras untuk menentukan karakteristik fisik dari objek dalam segi bentuk, ukuran, suhu tekstur, atau berat.
- Mungkin takut gelap.
- Mempunyai masalah mengidentifikasi objek hanya dengan perasaan mereka.
Penanganan
- Pendekatan sensori integrasi . Ciri dari intervensi ini adalah sensory enriched, di mana anak dapat melakukan eksplorasi bebas terhadap semua input sensori. Selain itu, dikenal pula satu pedoman, yaitu just the right challenge, di mana anak akan memulai suatu aktivitas dari yang ia sudah kuasai dan di mana ia merasa nyaman. Dorongan yang diperlukan untuk memunculkan respon adaptif adalah dorongan dari dalam diri anak (motivasi intrinsik). Dalam intervensi pemberian aktivitas haruslah berdasarkan hasil pemeriksaan awal. Pengetahuan akan keterkaitan antara proses pengolahan terhadap input dan dampaknya terhadap perilaku anak sangat diperlukan dalam memberikan intervensi.
-
Penanganan Gangguan Sensoris Taktil
- Menyikat Badan dengan sikat khusus (bisa dilakukan di rumah…minta terapis mengajarinya) (Hyper dan Hypo)à tekanan dibedakan antara Hyper dan Hypo
- Melap badan dengan Spon yang dibasahi dengan air hangat/air dingin….utk kepekaan sensori (Hyper dan Hypo)à Tekanan dibedakan antara Hyper dan Hypo
- Pijat/Massage (tekanan dibedakan antara Hyper/Hypo)
- Berjalan dengan Telapak tangan
- Tidur terlentang di Bola Bobath
- Tidur Tengkurap di bola Bobath
- Bermain dengan Bola bergerigi
- Bermain Playdough
- Kombinasi dengan latihan Motorik kasar dan terapi bermain