Waspadai Antibiotika Fluorokuinolon Akibatkan Gangguan Neuropati Perifer Permanen
US Food and Drug Administration (FDA) pada tanggal 15 Agustus 2013 telah mengumumkan bahwa antibiotik fluorokuinolon yang diberikan secara oral atau dengan suntikan menimbulkan risiko untuk gangguan neuropati perifer permanen. Sampai saat ini ada 6 obat fluorokuinolon disetujui FDA di pasar: ciprofloxacin, gemifloxacin, levofloxacin, moksifloksasin, norfloksasin, dan ofloksasin. Pada tahun 2011, 23 juta pasien menerima resep untuk obat fluorokuinolon lisan dari rawat jalan apotek ritel, sekitar 3,8 juta pasien rawat inap ditagih untuk versi injeksi obat ini. Fluoroquinolones topikal, diterapkan pada mata atau telinga, tetapi menurut FDA tidak diketahui memiliki risiko neuropati perifer.
Golongan Kuinolon (fluorokuinolon) yang beredar di Indonesia adalah asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin. Golongan ini dapat digunakan untuk infeksi sistemik. Mekanisme resistensi melalui plasmid seperti yang banyak terjadi pada antibiotika lain tidak dijumpai pada golongan kuinolon, namun dapat terjadi dengan mekanisme mutasi pada DNA atau membrane sel kuman. Golongan flourokuinolon aktif sekali terhadap enterobacteriaceae (E. coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus), Shigella, Salmonella, Vibrio, C. jejuni, B. catarrhalis, H. influenza, dan N. gonorrhoeae. Golongan ini juga aktif terhadap Ps. Aeruginosa. Berbagai kuman yang telah resisten terhadap golongan aminoglikosida dam beta-laktam ternyata masih peka terhadap fluorokuinolon. Streptokokus (termasuk S. pyogenes grup A, Enterococcus faecalis, dan Streptococcus viridans) termasuk ke dalam kuman yang kurang peka terhadap fluorokuinolon. Kuman-kuman anaerob pada umumnya resisten terhadap fluorokuinolon.
Golongan kuinolon baru umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Efek sampingnya yang terpenting adalah pada saluran cerna dan susunan saraf pusat. Manifestasi pada saluran cerna terutama berupa mual dan hilang nafsu makan, merupakan efek samping yang paling sering dijumpai. Efek samping pada susunan saraf pusat umumnya bersifat ringan berupa sakit kepala, vertigo dan insomnia. Efek samping yang lebih berat pada SSP seperti reaksi psikotik, halusinasi, depresi dan kejang, jarang terjadi. Penderita berusia lanjut, khususnya dengan arteriosklerosis atau epilepsi, lebih cenderung mengalami efek samping susunan saraf ini.
Gangguan Neuropati Perifer Permanen
Gangguan Neuropati Perifer permanen adalah kondisi medis gangguan pada persarafan terjadi menetap yang ditandai dengan kerusakan pada saraf-saraf sistem saraf tepi. Sistem saraf tepi adalah bagian dari sistem saraf yang terpisah dari otak dan sumsum tulang belakang, termasuk saraf-saraf spinalis dan cabang-cabangnya. Sistem saraf tepi terdiri dari tiga tipe, masing-masing memiliki fungsi yang spesifik: saraf otonom (mengatur gerakan tubuh yang tidak disadari), saraf motoris (mengendalikan otot yang disadari di dalam tubuh) dan saraf sensoris (mendeteksi sensasi, seperti suhu, nyeri atau tekanan). Gejala dapat bervariasi tergantung dari lokasi dan tipe saraf yang rusak. Ketika saraf otonom yang rusak, hal ini dapat menyebabkan disfungsi organ atau kelenjar dan menyebabkan gejala, seperti berkeringat, ketidakmampuan mencerna dan ketidakmampuan untuk mempertahankan tekanan darah normal. Ketika saraf motoris yang rusak, terjadi kelemahan otot atau kelumpuhan. Ketika saraf sensoris yang surak, penderita dapat merasakan kesemutan atau mati rasa pada daerah yang terkena, biasanya anggota gerak. Neuropati perifer seringkali merupakan suatu komplikasi dari kondisi medis yang mendasari, seringkali diabetes, vaskulitis, penyakit ginjal, aterosklerosis ataui karena obat-obatan.
FDA menambahkan kemungkinan neuropati perifer pada pemberian fluoroquinolones oral dan suntik sudah terjadi sejak tahun 2004. FDA mengatakan telah terus menerima laporan kejadian buruk sejak saat itu. Sebuah tinjauan baru-baru ini kasus dengan hasil kecacatan di FDA Adverse Event Reporting System dari tanggal 1 Januari 2003, dan 1 Agustus 2012, menunjukkan bahwa terjadinya neuropati perifer setelah dimulainya terapi fluorokuinolon adalah cepat, sering dalam beberapa hari , FDA menyatakan. Beberapa pasien yang telah berhenti minum obat terus mengalami gejala kerusakan saraf selama lebih dari setahun.
FDA menyarankan dokter untuk menempatkan pasien yang menerima obat fluorokuinolon pada jenis antibiotik jika mereka mengalami gejala neuropati perifer, kecuali dokter percaya manfaat pengobatan fluorokuinolon lebih besar daripada risiko.
supported by
GRoW UP CLINIC JAKARTA Yudhasmara Foundation Inspirasi Orangtua Cerdas, Tumbuhkan Anak Semakin Sehat, Kuat dan Pintar
- GRoW UP CLINIC I Jl Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat 10210, phone (021) 5703646 – 44466102
- GRoW UP CLINIC II MENTENG SQUARE Jl Matraman 30 Jakarta Pusat 10430, phone (021) 44466103 – 97730777
- email :
- http://childrengrowup.wordpress.com
- http://www.facebook.com/GrowUpClinic
- @growupclinic
WORKING TOGETHER SUPPORT TO THE HEALTH OF ALL BY CLINICAL, RESEARCH AND EDUCATIONS. Advancing of the future pediatric and future parenting to optimalized physical, mental and social health and well being for fetal, newborn, infant, children, adolescents and adult
Clinical – Editor in Chief : Dr WIDODO JUDARWANTO, pediatrician
Information on this web site is provided for informational purposes only and is not a substitute for professional medical advice. You should not use the information on this web site for diagnosing or treating a medical or health condition. You should carefully read all product packaging. If you have or suspect you have a medical problem, promptly contact your professional healthcare provider Copyright © 2013, GRoW UP CLINIC Information Education Network. All rights reserved |