Cerebral palsy (CP) merupakan otak yang bersifat tidak progresif yang menyebabkan gangguan utamanya sistem saraf motorik. CP terjadi akibat beberapa faktor (multi faktorial) dapat pada saat anak lahir (CP bawaan) yang disebabkan oleh faktor-faktor kelahiran maupun persalinan, atau terjadi setelah anak lahir pada bulan sampai tahun pertama kehidupan (CP didapat) yang disebabkan oleh infeksi cidera kepala dsb. Tujuan pengelolaan CP adalah untuk memperbaiki/meningkatkan kemampuan anak agar dapat hidup mendekati kehidupan normal dan meminimalkan ketergantungan terhadap pengasuhnya. Pengelolaan ini haruslah dilakukan secara tim yang melibatkan beberapa profesi serta orang tua atau keluarga yang bersama-sama berperan dalam perencanaan, membuat keputusan serta pelaksanaan terapi yang akan dilakukan. Dengan melakukan deteksi dini adanya kemungkinan CP akan memberikan kemungkinan dilakukan intervensi secara dini akan diperoleh hasil yang lebih optimal.
Kelainan neurologis sering ditemukan pada anak. selain kelainan neurologis berat yang terlihat jelas, banyak pula kelainan ringan yang relatif “sulit” dikenali dan dibedakan, apakah kelainan tersebut normal atau tak normal. Oleh karena itu deteksi dini anak-anak yang mengalami kelainan neurologis sangat penting karena ada kemungkinan. untuk mengembangkan potensinya di kemudian hari melalui program intervensi dini. Salah satu kelainan neurologis yang banyak dijumpai adalah Cerebral Palsy (CP).
Cerebral palsy (CP) merupakan “istilah” yang digunakan untuk mengembangkan suatu kelompok kelainan neurologis yang mengenai system syaraf motorik atau kontrol gerakan (gangguan gerak) yang bersifat kronik (menahun) yang terjadi pada awal tahun kehidupan dan tidak memburuk seiring dengan waktu (menetap). Istilah cerebral merujuk pada kelainan di belahan otak besar dan palsy menggambarkan setiap kelainan / gangguan dari sistem kontrol gerak tubuh (otak) sehingga kelainan ini tidak disebabkan oleh problem-problem pada otot atau saraf tepi. Gejala CP sangat bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat. Beberapa penderita CP disertai gangguan lain seperti kejang, retardasi mental, gangguan pendengaran / penglihatan dan lain sebagainya, sehingga menyebabkan intervensi yang diberikan berbeda antara satu penderita dangan penderita lainnya. Sehingga penanganan harus dilakukan secara dini yang melibatkan beberapa profesi antara lain dokter (ahli saraf, ahli bedah tulang, ahli anak, ahli rehabilitasi dll), psikolog dan therapis serta dukungan keluarga yang secara keseluruhan diikutsertakan dalam perencanaan, penentuan dan pelaksanaan terapi.
TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejalanya dapat sangat bervariasi. Gerakan dan koordinasi masalah yang terkait dengan cerebral palsy meliputi:
1. Kontraksi otot yang berubah-ubah, terkadang terlalu kaku atau terlalu lentur
2. Refleks berlebihan (kejang)
3. Kesulitan koordinasi otot (ataksia)
4. Badan bergetar atau melakukan gerakan yang tak disadari
5. Gerakan menggeliat dengan lambat (athetosis)
6. Perkembangan kemampuan motorik lambat
7. Lebih suka menggunakan satu sisi tubuh seperti; meraih benda hanya dengan satu tangan atau menyeret kaki saat merangkak
8. Kesulitan berjalan seperti; berjalan jongkok atau berjalan menggunakan lutut
9. Banyak mengeluarkan air liur (ngiler berlebihan) atau sulit menelan makanan
10. Kemampuan bicaranya lambat atau kesulitan berbicara
11. Sulit melakukan koordinasi gerakan yang baik seperti ketika mengambil krayon atau sendok
Kelainan akibat cerebral palsy mungkin terbatas pada satu tungkai atau salah satu sisi tubuh. Karena cedera otak tidak berubah seiring dengan waktu, maka gejalanya biasanya tidak memburuk sesuai dengan usia. Meskipun demikian, masalah kekakuan ototnya bisa memburuk jika tidak diobati dengan cepat.
Pola / tipe gangguan motorik pada cerebral palsy (CP) ada beberapa kelompok yang secara umum, berdasarkan klinik dapat dibedakan sebagai berikut :
- Monoplegi : kelemahan pada satu anggota gerak
- Hemiplegi : kelemahan pada anggota gerak atas (lengan) dan bawah (tungkai) pada satu sisi
- Paraplegi : kelemahan pada kedua tungkai
- Quadriplegi : kelemahan pada seluruh anggota gerak (lengan dan tungkai) yang sama beratnya
- Diplegia : Kelemahan pada seluruh anggota gerak (lengan dan tungkai) dimana lengan lebih ringan daripada tungkai.
Masih terdapat perbedaan pendapat antara beberapa ahli dalam hal pengelompokan ini secara universal, namun hal ini tidak mempengaruhi dalam diagnosis dan pengelolaannya yang artinya bahwa diagnosis dan intervensi ditentukan berdasarkan temuan klinis yang ada.
Kelemahan pada CP pada umumnya bersifat “kaku” (spastik) (7% – 80%) hal ini sesuai dengan gangguan otak yang mengelola fungsi motorik. Selain tipe yang “kaku” dapat juga dijumpai adanya gangguan gerak yaitu terdapat gerakan-gerakan tak terkendali (athetosis) atau gerakan yang terpaku (distonia) yang djumpai pada 10% – 20% penderita CP. Bila daerah otak kecil yang terganggu akan ditemukan gejala gangguan keseimbangan (ataksia) yang dijumpai pada 5% – 10% penderita CP. Namun seringkali ditemukan CP yang bentuk campuran, mungkin antara bentuk “kaku” (spastik) dengan athetosis atau ataksia atau bentuk kombinasi yang lain.
Spektrum gangguan motorik pada CP adalah bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat. Tentu saja akan lebih mudah mendeteksi bila dijumpai secara klinik adanya kelainan neurologis dan atau kelainan medis lain secara nyata (derajat sedang sampai berat) daripada yang derajat ringan. Bentuk yang ringan seringkali tidak jelas secara pemeriksaan klinis (subklinis) seringkali dijumpai adanya penyimpangan dan keterlambatan perkembangan motorik. Sehingga perlu diwaspadai kemungkinan CP bila dijumpai adanya perkembangan motorik yang terlambat atau tidak sesuai dengan yang umum (menyimpang).
Contoh keterlambatan perkembangan motorik antara lain :
- belum dapat tengkurap dari posisi terlentang sampai umur 8 bulan
- tidak dapat duduk sampai umur 16 bulan
- tidak dapat merambat sampai 16 bulan
- tidak dapat berjalan sampai umur 18 bulan
Contoh penyimpangan perkembangan motorik:
- bayi yang merangkak sebelum duduk
- bayi yang dalam posisi terlentang ditarik kedua tanganya, ia tidak duduk tapi langsung berdiri.
- Kadang-kadang ditemukan anak yang berjalan dengan ujung jari kaki, terutama 2 tahun pertama, hal ini dapat normal dan dapat abnormal.
- Dsb.
Gejala lain yang sering membuat problema adalah kontrol yang buruk pada otot-otot mulut dan lidah sehingga sering “ngeces” yang dapat menyebabkan iritasi kulit yang juga berdampak sosial akan terisolir dari kelompoknya . Kesulitan makan dan mengunyah akibat gangguan motorik pada mulut, menyebabkan asupan makanan yang buruk yang menyebabkan pertumbuhan gisi tak tercukupi, sehingga menyebabkan rentan terhadap infeksi, gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Gangguan penyerta
Banyak penderita CP yang tidak dijumpai adanya gangguan medis lain yang menyertai, namun demikian gangguan yang melibatkan otak dan mengakibatkan kerusakan fungsi motorik dapat menyebabkan kejang dan gangguan perkembangan intelektual, pemusatan perhatian, aktifitas dan perilaku serta penglihatan dan pendengaran.
Gangguan medis yang dihubungkan dengan CP adalah:
- Gangguan mental. Pada umumnya dijumpai pada kelompok tipe kaku yang kuadriplegi. Sepertiga dengan gangguan mental ringan, sepertiga gangguan mental sedang sampai berat dan yang sepertiga sisanya tanpa gangguan mental (normal).
- Kejang atau Epilepsi. Hampir 50% penderita CP disertai kejang. Bila kejang terjadi tanpa ada pemicu seperti demam, disebut epilepsi. Jenis epilepsi dapat bervariasi munkin dapat berupa kejang seluruh tubuh (kejang umum) atau kejang parsial (tidak seluruh tubuh), Seringkali pada pemeriksaan EEG (rekam otak) dijumpai ada kelainan.
- Problem pertumbuhan dan perkembangan. Derajat gangguan pertumbuhan mulai dari ringan sampai berat, seringkali dijumpai pada tipe kaku kuadriplegi.
- Gangguan pendengaran dan penglihatan. Sebagian penderita CP mengalami juling (Strabismus), dimana mata tidak dalam satu posisi akibat perbeclaan pacla otot mata kiri clan kanan. Bila ticlak ditangani akan mengganggu fungsi penglihatan. Pada beberapa kasus perlu dilakukan tindakan operasi untuk koreksi strabismus. Pada anak CP tipe Hemiplegia biasanya mengalami gangguan penglihatan sesisi (hemianopia) sehingga anak akan melihat dengan baik pada pandangan lurus, namun tidak dapat melihat pada pandangan samping dari mata yang mengalami kelainan tersebut. Ganguan pendengaran lebih sering terjadi pada penderita CP daripada populasi pada umumnya.
- Sensasi dan persepsi abnormal. Pada anak dengan CP dapat mengalami gangguan untuk merasakan sensasi sederhana seperti raba atau nyeri. Mereka juga mengalami kesulitan identifikasi obyek dengan meraba (stereognosia), sehingga mereka sulit mengalami suatu obyek ditangannya tanpa melihat obyek tersebut.
PENYEBAB
Cerebral palsy bukan suatu penyakit dengan sebab tunggal, seperti cacar air atau campak. Kelompok tersebut mempunyai problem yang sama yaitu pada kontrol motorik namun kemungkinan mempunyai penyebab yang berbeda. Pada saat seorang dokter akan menegakkan suatu diagnosis cerebral palsy, mereka akan melihat kelainan klinisnya, riwayat medis ibu dan anak tersebut serta awal terjadinya (Onset) kelaian tersebut. Data di Amerika menunjukkan bahwa 10 – 20 persen anak CP mendapatkannya setelah lahir (diduga didapatkan prosentase yang lebih tinggi pada negara miskin), disebut sebagai CP yang didapat. CP yang didapat ini akibat kerusakan otak pada beberapa bulan atau tahun pertama kehidupan, antara lain akibat infeksi otak oleh bakteri maupun virus (meningitis, ensefanitis), cedera pada kepala (kecelakaan lalu lintas, jatuh, penganiayaan), penyakit sel darah dsb. CP bawaan sudah terlihat pada saat lahir walaupun mungkin baru terdeteksi beberapa bulan setelah kelahiran. Pada sebagian besar kasus penyebab CP bawaan tidak diketahui secara pasti. Beberapa penelitian menunjukkan beberapa kondisi pada kehamilan, persalinan dapat mengakibatkan kerusakan pusat motorik pada fase perkembangan otak.
Beberapa keadaan tersebut adalah :
Faktor-faktor ibu dan lingkungan
- AIDS
- Status kesehatan ibu
- Obat / zat yang dikonsumsi ibu : alcohol, rokok, terpapar radiasi dsb.
Persalinan
- berat bayi lahir rendah
- Asfiksia, akibat persalinan tindakan atau persalinan abnormal
- Perdarahan intrakranial
- Bayi yang mengalami “kuning” saat lahir
- Gangguan pembuluh darah dan sel-sel darah
FAKTOR RESIKO
Beberapa peneliti melalui pengamatannya mengemukakan bahwa terdapat beberapa keadaan yang meningkatkan kemungkinan terjadinya CP, yang disebut sebagai faktor resiko, yaitu :
- letak sungsang
- komplikasi persalinan dan kelahiran
- skor Apgar yang rendah
- berat badan lahir rendah dan prematuritas
- kelahiran kembar
- kelainan sistem saraf, misal lahir dengan ukuran kepala lebih kecil dari normal -
- perdarahan pada saat kehamilan
- ibu menderita hipertiroid, retardasi mental atau kejang
- kejang pada bayi baru lahir.
Penanganan
Tujuan pengelolaan pada penderita CP memperbaiki kemampuan anak sehingga dapat menjalani hidup mendekati kehidupan normal. Tidak ada standar terapi yang ditetapkan. Sehingga pengelolaan ini dilakukan oleh tim kerja profesional dibidangnya.
Anggota tim tersebut dapat meliput :
- Dokter anak
- Dokter Rehabilitasi medis atau physiatrist, bertugas mengawasi rencana pengobatan dan perawatan medis
- Ahli saraf anak yang mengkhususkan diri dalam diagnosis dan pengobatan gangguan neurologis pada anak-anak
- Ortopedi untuk menangani gangguan otot dan tulang
- Terapis ketrampilan yang mengkhususkan diri dalam terapi pengembangan keterampilan sehari-hari dan menggunakan benda-benda untuk membantu kegiatan sehari-hari
- Terapis perilaku yang mengkhususkan diri dalam pengembangan perilaku anak sesuai dengan usia, serta membantu perkembangan keterampilan sosial dan keterampilan interpersonal anak
- Konsultan kesehatan mental seperti psikolog atau psikiater
- Pekerja sosial untuk membantu keluarga dalam melayani akses dan rencana perawatan anak
- Guru untuk anak berkebutuhan khusus bertugas menangani ketidakmampuan belajar, menentukan kebutuhan pendidikan dan mengidentifikasi pendidikan yang sesuai
Orang tua penderita dan keluarga atau pengasuhnya merupakan anggota utama dalam tim, dan mereka akan terlibat langsung semua perencanaan, membuat keputusan dan penerapan/pelaksanaan terapi yang akan dilakukan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan keluarga merupakan hal yang penting bagi seorang anak penderita CP untuk dapat mencapai keberhasilan terapi dalam waktu jangka panjang. Sehingga membantu anak CP dapat mencapai usia lebih dewasa dengan seminimal mungkin ketergantungan terhadap orang lain.
Jenis terapi yang dilakukan dapat dikelompokkan sebagai berikut :
- Rehabilitasi Medik: fisioterapi (terapi fisik), terapi okupasi, terapi wicara. Tujuan utama adalah untuk memperbaiki pola gerakan, fungsi bicara dan bahasa serta tugas-tugas praktis sehari-hari. Terapi Fisik biasanya dimulai pada usia satu tahun, dan dengan tujuan utama mencegah kelemahan dan gangguan pada otot yang dapat menyebabkan pengecilan otot akibat tidak dilakukan aktivitas dan memperbaiki atau menghilangkan kontraktur yang akan menyebabkan otot menjadi kaku dan dalam posisi abnormal. Kontraktur merupakan komplikasi yang paling banyak terjadi pada anak CP. Tujuan yang lain adalah memperbaiki perkembangan motoriknya. Pada terapi okupasi anak akan dilatih untuk melakukan kegiatan sehari-had seperti makan, minum, berpakaian, atau mandi, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap pengasuhnya. Terapi Wicara membantu anak mempelajari berkomunikasi secara bervariasi tergantung tingkat gangguan bicara dan bahasanya
- Terapi perilaku. Terapi ini dilengkapi terapi rehabilitasi, yang dilakukan oleh seorang psikolog. Bimbingan emosional dan psikologikal mungkin dibutuhkan pada setiap usia yang seringkali mengalami masa-masa sulit pada usia remaja sampai dewasa muda.
- Terapi obat (medikamentosa) Dokter biasanya memberikan pengobatan medikamentosa pada kasus-kasus CP yang disetai kejang yang bertujuan mencegah kejangnya. Obat lain yang mungkin diberikan adalah obat untuk mengontrol spastisitas (kekakuan otot) yang biasanya diberikan dalam rangka persiapan operasi. Bila terjadi gerakan-gerakan abnormal seringkali akan diberikan obat-obatan untuk mengontrol gerakan abnormal tersebut. Untuk mengobati kejang pada suatu bagian otot, dokter dapat merekomendasikan suntikan onabotulinumtoxinA (Botox) langsung ke saraf, otot atau keduanya. Efek sampingnya mungkin merasa lemah, sulit bernapas dan sulit menelan. Untuk mengobati kejang di seluruh tubuh, dapat diberikan diazepam (Intensol Diazepam, Valium), tizanidine (Zanaflex), dantrolene (Dantrium), dan baclofen. Penggunaan diazepam tidak direkomendasikan untuk jangka panjang sebab ada risiko ketergantungan. Efek sampingnya yaitu mengantuk, merasa lemah dan banyak ngiler. Efek samping dari tizanidine bisa mengantuk, merasa lemah, tekanan darah rendah dan kerusakan hati. Efek samping dantrolene dan baclofen mencakup kantuk. Baclofen juga dapat dipompa langsung ke dalam sumsum tulang belakang dengan sebuah tabung. Pompa ditanam di bawah kulit perut lewat pembedahan.
- Terapi Operasi. Operasi seringkali direkomendasikan bila terjadi kontraktur yang berat yang menyebabkan gangguan gerakan, terutama gerakan berjalan. Atau operasi untuk mengurangi spastisitasnya (kekakuan otot).
.
Supported By:
GRoW UP CLINIC JAKARTA Yudhasmara Foundation GRoW UP CLINIC I Jl Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat 10210, phone (021) 5703646 – 44466102 GRoW UP CLINIC II MENTENG SQUARE Jl Matraman 30 Jakarta Pusat 10430, Phone (021) 44466103 – 97730777email : http://growupclinic.com http://www.facebook.com/GrowUpClinic @growupclinic
“GRoW UP CLINIC” Jakarta Focus and Interest on: *** Allergy Clinic Online *** Picky Eaters and Growup Clinic For Children, Teen and Adult (Klinik Khusus Gangguan Sulit Makan dan Gangguan Kenaikkan Berat Badan)*** Children Foot Clinic *** Physical Medicine and Rehabilitation Clinic *** Oral Motor Disorders and Speech Clinic *** Children Sleep Clinic *** Pain Management Clinic Jakarta *** Autism Clinic *** Children Behaviour Clinic *** Motoric & Sensory Processing Disorders Clinic *** NICU – Premature Follow up Clinic *** Lactation and Breastfeeding Clinic *** Swimming Spa Baby & Medicine Massage Therapy For Baby, Children and Teen ***Professional Healthcare Provider “GRoW UP CLINIC” Dr Narulita Dewi SpKFR, Physical Medicine & Rehabilitation curriculum vitae HP 085777227790 PIN BB 235CF967 Clinical – Editor in Chief : Dr WIDODO JUDARWANTO, pediatrician email : judarwanto@gmail.com curriculum vitae : @WidoJudarwanto www.facebook.com/widodo.judarwanto Mobile Phone O8567805533 PIN BB 25AF7035We are guilty of many errors and many faults. But our worst crime is abandoning the children, neglecting the fountain of life. |