10 Gangguan Penyerta Asma dan Alergi Yang Sering Diabaikan
Tidak hanya pada dewasa, asma atau alergi adalah penyakit kronik juga banyak terjadi pada anak ternyata beresiko terjadi gangguan tumbuh dan berkembangnya anak. Asma sebagai salah satu manifestasi alergi, tidak hanya hanya mengganggu sistem pernapasan tetapi juga mengganggu berbagai orang dan sistem tubuh. Gangguan neurologi dan gangguan perilaku juga banyak terjadi pada penderita asma. Ternyata penderita asma mengalami berbagai gangguan penyerta yang sering diabaikan dan dianggap gangguan yang terpisah. Sehingga penanganan gangguan penyerta tersebut juga sering dilakukan terpisah.
Angka kejadian asma terus meningkat tajam beberapa tahun terahkir. Penyakit asma terbanyak terjadi pada anak dan berpotensi mengganggu tumbuh dan berkembangnya. Asma adalah salah satu manifestasi alergi. Alergi dapat menyerang semua organ dan fungsi tubuh tanpa terkecuali. Selain gangguan pulmonal gangguan yang menyertai adalah gangguan organ tubuh lain, gangguan pertumbuhan, perkembangan, perilaku dan permasalahan kesehatan lainnya. Tetapi permasalahan tersebut belum banyak terungkap dan diperhatikan. Gangguan tersebut tampaknya sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak penderita asma yang sudah banyak mengalami gangguan sistem pernapasan. Selama ini yang diungkapkan tentang asma mungkin hanya seputar patofisiologi, manifestasi klinis, pengobatan dan pencegahan.
Asma adalah penyakit yang mempunyai banyak faktor penyebab. Yang paling sering karena faktor atopi atau alergi. Penyakit ini sangat berkaitan dengan penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua, kakek atau nenek anak menderita astma bisa diturunkan ke anak. Faktor-faktor penyebab dan pemicu asma antara lain debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan lain-lain. Beberapa makanan penyebab alergi makanan seperti susu sapi, ikan laut, buah-buahan, kacang juga dianggap berpernanan penyebab asma. Polusi lingkungan berupa peningkatan penetrasi ozon, sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksid (NOX), partikel buangan diesel, partikel asal polusi (PM10) dihasilkan oleh industri dan kendaraan bermotor. Kondisi lain yang dapat memicu atau memperberat timbulnya asma adalah aktifitas, penyakit infeksi, emosi atau stres
Ternyata penderita asma mengalami berbagai gangguan penyerta yang sering diabaikan dan dianggap gangguan yang terpisah. Sehingga penanganan gangguan penyerta tersebut juga sering dilakukan terpisah. Bila hal ini terjadi sering terjadi kesalahan dalam mengidentifikasi penyebab dan penanganan gangguan asma dan gangguan penyertanya. Padahal bila penanganan penyebab asma diidentifikasi dan dihindari dapat memperbaiki berbagai gangguan penyerta yang ada secara bersamaan
10 Gangguan Penyerta Asma Yang Sering Diabaikan
- Berpindah-pindah dokter. Sering kambuh berulang Sering kambuh dan berulangnya keluhan asma, sehingga orang tua frustasi akhirnya berpindah-pindah dari satu dokter ke dokter lainnya. Hal ini dilakukan karena sering kali keluhan alergi pada anak tersebut sering kambuh meskipun diberi obat yang terbaik. Bila penatalaksanaan tidak dilakukan secara baik dan benar maka keluhan asma akan berulang dan ada kecenderungan membandel. Berulangnya kekekambuhan tersebut akan menyebabkan meningkatnya pengeluaran biaya kesehatan
- Reaksi Anafilaksis Penderita asma lebih beresiko mengalami terjadi reaksi anafilaksis fatal akibat alergi makanan yang dapat mengancam jiwa. Makanan yang terutama sering mengakibatkan reaksi yang fatal tersebut adalah kacang, ikan laut dan telor. Manifestasi klinis reaksi makanan yang fatal adalah timbulnya gangguan pernapasan (sesak, wheezing) dan gangguan vaskular (pingsan, gangguan kesadaran, hipotensi hingga syok). Di Amerika Serikat dilaporkan sekitar 150 anak meninggal karena reaksi alergi makanan yang fatal ini
- Gangguan kualitas hidup Asma yang tidak ditangani dengan baik dapat mengganggu kualitas hidup anak berupa hambatan aktivitas 30 persen, dibanding 5 persen pada anak non-asma. Asma menyebabkan kehilangan 16 persen hari sekolah pada anak-anak di Asia, 34 persen di Eropa, dan 40 persen di Amerika Serikat
- Gangguan Gizi Ganda Penderita alergi dan asma sering dikaitkan dengan gangguan gizi ganda pada anak. Gizi ganda dapat menimbulkan obesitas atau bahkan sebaliknya terjadi malnutrisi. Penelitian yang dilakukan oleh Erika von Mutius dkk dari University Children’s Hospital, Munich, Germany menyebutkan bahwa BMI tampaknya merupakan factor resiko independent pada terjadinya asma. Sebaliknya didapatkan penelitian pada penderita asma terdapat resiko gangguan pertumbuhan tinggi badan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Baum mengungkapkan penderita asma sering terjadi peningkatan platelet-activating factor (PAF) yang ternyata dapat menghambat produksi PGE2 dalam osteoblast. Prostaglandin E2 (PGE2) adalah salah satu faktor lokal yang berperanan penting untuk pertumbuhan tulang5. Ellul dalam penelitiannya mengungkapkan keterkaitan asma dan penyakit celiac pada anak. Secara bermakna didapatkan kenaikkan resiko terjadinya asma pada penderita celiac. Celiac adalah gangguan saluran yang tidak dapat mencerna kandungan gluten dan sejenisnya. Manifestasi klinis yang timbul adalah gangguan saluran cerna, dermatitis herpertiformis dan gagal tumbuh
- Overdiagnosis dan overtreatment Sering dijumpai bahwa penderita asma pada anak mendapatkan overdiagnosis atau overtreatment. Tidak jarang ditemui penderita asma yang didiagnosis dan diobati sebagai tuberkulosis dan saat mengalami infeksi saluran napas atas sering didiagnosis pnemoni hanya berdasarkan foto rontgen dada. Hasil foto rontgen asma, brnkitis, pnemoni dan tuberkulosis kadang hampir mirip karena terjadi peningkatan gambaran infiltrat paru. Bila tidak cermat maka maka sering terjadi overdiagnosis penyakit lainnya pada kasus asma
- Mudah terkena infeksi batuk pilek Pada penderita asma sering mengalami keadaan daya tahan yang tidak optimal, relatif mudah terkena infeksi. Infeksi yang sering terjadi adalah infeksi saluran napas berulang berupa flu, faringitis, tonsilitis, sinusitis, dan infeksi saluran napas akut lainnya. Tetapi yang harus lebih dikawatirkan adalah meningkatnya resiko untuk terjadinya efek samping akibat pemberian obat. Tak jarang penderita asma mendapatkan pengobatan yang menyimpang, seperti pemberian antibiotika, anti alergi atau korticosteroid peroral berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama. Dalam keadaan sakit berulang penderita asma, dapat berakibat terjadinya tonsilitis kronis (amandel membesar), nyeri telinga (otalgia), sinusitis
- Manifestasi Klinis Lain Asma adalah salah satu manifestasi gangguan alergi. Keluhan alergi sering sangat misterius, sering berulang, berubah-ubah datang dan pergi tidak menentu. Kadang minggu ini sakit tenggorokan, minggu berikutnya sakit kepala, pekan depannya sesak selanjutrnya sulit makan hingga berminggu-minggu. Bagaimana keluhan yang berubah-ubah dan misterius itu terjadi. Ahli alergi modern berpendapat serangan alergi atas dasar target organ (organ sasaran).Reaksi alergi yang dapat menggganggu beberapa sistem dan organ tubuh anak dapat menyertai penderita asma. Organ tubuh atau sistem tubuh tertentu mengalami gangguan atau serangan lebih banyak dari organ yang lain. Mengapa berbeda, hingga saat ini masih belum banyak terungkap. Gejala tergantung dari organ atau sistem tubuh, bisa terpengaruh bisa melemah. Penderita asma juga sering disertai gangguan alergi pada organ tubuh yang lain seperti sering disertai hay fever, rinitis, sinusitis, dermatitis, conjungtivitis, migrain dan gangguan hormonal. Pada gangguan saluran kencing didapatkan gejala sering kencing, sistitis atau bedwetting. Gangguan saluran cerna yang sering didapatkan adalah mudah mual dan muntah, Gastroesofageal refluk, Irritabel Bowel Syndrome, nyeri perut berulang, konstipasi dan gangguan saluran cerna lainnya. Pada sistem otot dan tulang didapatkan keluhan myalgia atau artralgia pada kaki, tangan, atau pada leher dan nyeri dada (“pseudo heart attack“). Pada gangguan sistem vaskular didapatkan gejala palpitasi, mudah pingsan, kolap dan hipotensi.
- Gangguan Perilaku Tak terkecuali ternyata otak ataupun susunan saraf pusat ternyata dapat terganggu oleh reaksi alergi atau asma. Reaksi alergi dengan berbagai manifestasi klinik ke sistem susunan saraf pusat dapat mengganggu neuroanatomi dan neurofungsional, Selanjutnya akan mengganggu perkembangan dan perilaku pada anak. Beberapa gangguan perilaku yang pernah dilaporkan pada penderita alergi juga pernah dilaporkan pada penderita asma. Banyak penelitian juga menyebutkan gangguan perilaku seperti gangguan emosi, gangguan konsentrasi, agresif, gangguan tidur dan gangguan perilaku buruk lainnya sering menyertai penderita asma pada usia anak. Pada tes kepribadian dapat terlihat bahwa pasien-pasien asma lebih bersifat mengutamakan tindakan fisik, lebih sulit menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial, dan mempunyai mekanisme defensif yang kurang baik. Jumlah serangan alergi yang dilaporkan oleh pasien ternyata berhubungan dengan meningkatnya kecemasan, depresi, kesulitan berkonsentrasi, dan kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Reichenberg K mengadakan pengamatan pada anak penderita asma usia 7-9 tahun, didapatkan gangguan emosi dan gangguan perilaku lainnya. Jill S Halterman, dari the University of Rochester School of Medicine di Rochester, New York, melaporkan penderita asma di usia sekolah lebih sering didapatkan perilaku sosial yang negatif seperti mengganggu, berkelahi atau melukai teman lainnya. Sebaliknya juga didapatkan perilaku pemalu dan mudah cemas. Bahkan peneliti terbaru lainnya mengungkapkan bahwa penderita asma berpotensi untuk terjadi gangguan kejiwaan, seperti depresi dan sebagainya. Didapatkan penelitian yang mengejutkan yang dilakukan Croen. Maternal asma atau asma saat kehamilan ternyata bisa meningkatkan resiko terjadinya autis pada anak yang dilahirkan. Penelitian ini dilakukan terhadap 88.000 anak pada tahun 1995 – 1999 di North California
- Gangguan neurologi Asma dengan berbagai mekanisme yang berkaitan dengan gangguan neuroanatomi susunan saraf pusat dapat menimbulkan beberapa manifestasi klinis seperti sakit kepala, migrain, vertigo, kehilangan sesaat memori. Strel’bitskaia seorang peneliti mengungkapkan bahwa pada penderita asma didapat gangguan aktifitas listrik di otak, meskipun saat itu belum bisa dilaporkan kaitannya dengan manifestasi, mengungkapkan bahwa asma dan ADHD ternyata berkaitan dengan riwayat asma dan adhd pada orang tua dan keluarga. klinik. Asma juga sering dikaitkan dengan gangguan neurologi seperti migrain. Siniatchkin M melaporkan penderita asma disertai migrain pada anak juga berkaitan dengan gejala asma dan migrain pada salah satu orang tua. Storfer tahun 2000, melaporkan dalam pengamatan pada 2.720 anak penderita alergi dan asma terdapat kecenderungan terjadi myopia 2 kali lebih besar. Sehingga anak alergi atau asma 2 kali lebih besar untuk memakai kaca mata sejak usia muda. Yang menarik dari penelitian tersebut juga didapatkan bahwa pada kelompok asma dan alergi didapatkan tingkat kecerdasan yang lebih tinggi. Penderita asma sering dikaitkan dengan gangguan ADHD. Penelitian menunjukkan angka rerata kejadian ADHD lebih tinggi terjadi pada wanita penderita asma. Biederman, mengungkapkan kaitan kormobiditias dan riwayat keluarga antara ADHD dan asma antara anak dan orang tua
- Gangguan tidur Banyak laporan penelitian yang juga mengungkapkan bahwa pada penderita asma juga disertai gangguan tidur. Gangguan biasanya ditandai dengan awal jam tidur yang larut malam, tidur sering gelisah, sering mengigau, menangis dan berteriak. Tengah malam sering terjaga tidurnya hingga pagi hari atau mimpi buruk pada malam hari
Tampaknya banyak fakta dan penelitian yang ternyata mengungkapkan bahwa penderita asma selain mengalami gangguan pada penyakit di paru-parunya juga mengalami manifestasi lain pada gangguan beberapa organ tubuh dan gangguan perilaku. Meskipun demikian beberapa fenomena tersebut masih harus memerlukan penelitian lebih lanjut. Melihat demikian kompleksnya masalah kesehatan yang mungkin bisa terjadi maka tindakan pencegahan asma sejak dini bahkan sejak di dalam kandungan harus mulai dilakukan.
Penanganan
- Berpindah dokter ahli atau spesialis lainnya. Faktanya gangguan penyerta tersebut seringkali ditanganii secara terpisah oleh banyak dokter dengan keahlian berbeda dan dianggap sebagai kejadian yang tidak berkaitan dengan gangguan asmanya. Misalnya seorang asma dengan disertai gangguan migrain, sering sakit kepala, sinusitis, amandel membesar, gangguan berat badan kurang, gangguan kulit, sering sakit perut, tidak bisa diam, gangguan konsentrasi secara bersamaan dan gangguan perilaku. Seringkali gangguan asma ditangani dokter dokter paru, sinusitis dan amandel membesar diperiksakan dokter THT, gangguan kenaikklan berat badan ditangani dokter gizi, gangguan pencernaan dikonsultasikan ke ahli gastroentrologi, gangguan kulit dibawa ke dokter kulit. Gangguan migrain dan sakit kepala dikonsultasikan ke dokter saraf dan gangguan perilaku ke psikiater atau ke dokter tumbuh kembang. Memang tidak salah bila melakukan konsultasi ke berbagai dokter ahli tersebut. Tetapi saat berbagai gangguan tersebut dianggap sebagai gangguan terpisah maka seringkali terjadi kesalahan dalam diagnosis dan penanganannya.
- Atasi penyebab alergi gangguan penyerta akan ikut membaik. Saat dilakukan penanganan asma dengan mengidentifikasi penyebab dan menghindarinya ternyata berbagai gangguan tersebut membaik dengan sendirinya bersamaan dengan membaiknya gangguan asma yang ada.
- Alergi Makanan Makanan sering dilaporkan sebagai penyebab pada kekambuhan asma. Bila penderita asma mengalami nhipersensitif sdaluran cerna dengan gejala mudah mual dan muntah, Gastroesofageal refluk, Irritabel Bowel Syndrome, nyeri perut berulang, konstipasi dan gangguan saluran cerna lainnya maka makanan harus dicurigai sebagai penyebab utama. Ternyata saat dilakukan intervensi eliminasi provokasi makanan gangguan asma membaik disertai perbaikan pada gejala penyertanya lainnya.
- Kesalahan tersering dalam melakukan pencarian penyebab alergi makanan pada asma adalah kesalahan dalam melkukan interpretasi tes alergi. Tes kulit alergi hanya bisa mendeteksi reaksi alergi tipe cepat seperti debu, tungau atau mungkin sebagian kecil makanan. Sebagian besar penyebab alergi makanan tidak bisa terdeteksi dengan tes alergi. Sedangkan tes lainya seperti bioresonansi, tes IgE4 (dikirim ke Amerika), tes bandul, tes mata, tes rambut sampai saat ini tidak direkomendfasikan oleh berbagai institusi alergi Internasional karena tidak terbukti manfaat dan kebenarannnya secara ilmiah.
Supported By:
GRoW UP CLINIC JAKARTA Yudhasmara Foundation GRoW UP CLINIC I Jl Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat 10210, phone (021) 5703646 – 44466102 GRoW UP CLINIC II MENTENG SQUARE Jl Matraman 30 Jakarta Pusat 10430, Phone (021) 44466103 – 97730777email :
http://growupclinic.com http://www.facebook.com/GrowUpClinic @growupclinic
“GRoW UP CLINIC” Jakarta Focus and Interest on: *** Allergy Clinic Online *** Picky Eaters and Growup Clinic For Children, Teen and Adult (Klinik Khusus Gangguan Sulit Makan dan Gangguan Kenaikkan Berat Badan)*** Children Foot Clinic *** Physical Medicine and Rehabilitation Clinic *** Oral Motor Disorders and Speech Clinic *** Children Sleep Clinic *** Pain Management Clinic Jakarta *** Autism Clinic *** Children Behaviour Clinic *** Motoric & Sensory Processing Disorders Clinic *** NICU – Premature Follow up Clinic *** Lactation and Breastfeeding Clinic *** Swimming Spa Baby & Medicine Massage Therapy For Baby, Children and Teen ***Professional Healthcare Provider “GRoW UP CLINIC” Dr Narulita Dewi SpKFR, Physical Medicine & Rehabilitation curriculum vitae HP 085777227790 PIN BB 235CF967 Dr Widodo Judarwanto, PediatricianWe are guilty of many errors and many faults. But our worst crime is abandoning the children, neglecting the fountain of life. |
Clinical – Editor in Chief :
- Dr WIDODO JUDARWANTO, pediatrician
- email :
- curriculum vitae : @WidoJudarwanto
- www.facebook.com/widodo.judarwanto