Nyeri Kaki atau Growing Pain Bukan Karena Aktifitas dan Pertumbuhan

Nyeri Kaki, Growing Pain dan Alergi

Nyeri kaki pada anak di malam hari sampai saat masih belum jelas penyebabnya. Selama ini banyak klinisi menganggap gangguan itu karena growing pain. Namun diagnosis tersebut tidak sepenuhnya benar karena selama ini tidak terbukti secara ilmiah karena disebabkan karena pertumbuhan tulang. Demikian juga Growing pain disebabkan karena aktifitas berlebihan dan terlalu lelah saat siang hari masih belum ada penelitian yang membuktikannya. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa gangguan nyeri tulang pada anak tersebut salah satunya bisa disebabkan karena alergi makanan karena sering terjadi pada penderita alergi. Saat timbul keluhan tersebut seringkali disertai manifestasi alergi lainnya

Sementara kita biasanya berpikir tentang alergi yang menyebabkan gejala seperti gatal-gatal, batuk dan bersin, mereka juga dapat menyebabkan semua jenis, gejala lain yang kurang terkenal. Salah satunya adalah rheumatoid arthritis (RA), atau peradangan, pembengkakan dan nyeri pada sendi. Meskipun biasanya terjadi di tangan, RA dapat mempengaruhi salah satu sendi dalam tubuh, dan dapat mempengaruhi anak-anak maupun orang dewasa. RA adalah kondisi autoimun dan umumnya diobati dengan obat anti-inflamasi, yang menawarkan bantuan sementara tetapi tidak menyembuhkan kondisi. Alergi makanan adalah reaksi dari sistem kekebalan tubuh, yang salah mengidentifikasi makanan sebagai berbahaya bagi tubuh dan mencoba untuk melawan mereka. Jika reaksi alergi menyebabkan RA, kemudian mengeluarkan alergen dan mengobati alergi harus menyembuhkan RA. Ini berlaku untuk nyeri sendi terdefinisi juga, bahkan jika mereka tidak diklasifikasikan sebagai RA. Ternyata bukan hanya sendi alergi juga dilaporkan membuat keluhan nyeri pada otot atau yang sering disebut growing pain. Sampai saat ini masih belum diketahui pasti mekanisme p[enyebab alergi mengakibatkan nyeri. Beberapa laporan kasus menyebutkan bahwa mediator kimia dalam tubuh saat terjadinya alergi dapat merangsang inflamasi serabuut saraf sehingga mengakibatkan nyeri kepala atau neyeri otot dan nyeri sendi.

Jika Anda melihat bahwa nyeri sendi dimulai dalam satu hari makan makanan tertentu dan kemudian hilang sampai waktu berikutnya Anda makan makanan, Anda mungkin memiliki alergi makanan. Lainnya, lebih umum gejala alergi makanan termasuk pembengkakan, gatal-gatal, sesak napas, nyeri perut, mual, muntah dan diare. Jika Anda curiga Anda memiliki alergi makanan, melihat alergi untuk diagnosis. Dokter Anda mungkin melakukan tes tusuk kulit, menerapkan sejumlah kecil alergen ke goresan pada kulit lengan atau punggung dan mengamati reaksi. Dia juga dapat melakukan E (IgE) uji Immunoglobulin untuk memeriksa antibodi dalam darah Anda. Dokter mungkin meresepkan obat untuk mengobati gejala Anda, tetapi pengobatan terbaik untuk alergi adalah untuk mencegah gejala dengan tinggal jauh dari makanan yang Anda alergi. Jika Anda memiliki alergi parah yang dapat menyebabkan anafilaksis (reaksi mengancam jiwa), dokter mungkin memberikan Anda epinefrin untuk menjaga dengan Anda setiap saat.

Growing Pain dan Alergi

Growing pains adalah rasa nyeri atau sakit di kedua tungkai, sering terasa di paha bagian depan, betis atau di daerah belakang lutut. Timbul terutama sore atau malam hari bahkan dapat membangunkan anak dari tidur dan menghilang pada pagi hari serta anak dapat beraktifitas seperti biasa sepanjang hari. Akan tetapi rasa sakit tersebut sering menyebabkan anak terbangun di malam hari. Meskipun rasa sakit ini disebut Growing pains, tidak ada bukti bahwa disebabkan karena pertumbuhan tulang atau karena terkllalu lelah bermain saat siang hari.Growing pains merupakan nyeri otot, bukan nyeri ataupun bengkak di persendian. Growing pains mungkin terkait dengan ambang nyeri menurunkan atau karena reaksi infamasi karena alergi. Karakteristik khas alergi yang berkaitan dengan growing pain adalah samanya waktu yang ditimbulkan. Alergi dengan manifestasi yang khas bahwa hampir semua gejala alergi timbul lebih berat di saat malam hari hingga pagi dini hari dan akan menghilang menjelang siang hari. Hal ini terjadi karena mengikuti pola hormonal sirkadial, karena gangguan alergi ternyata juga berkaitan dengan gangguan perubuhan hormon di tubuh manusia. Demikian manofestasi growing pain juga sering timbul di saat yang sama.

Penulis mengadakan penelitian pada 25 anak dengan growing pain. Ternyata sebagian besar anak tersebut mempunyai riwayat keluhan tanda dan gejala alergi sebelumnya. Dalam pengamatran tersebut tampak bahwa saat trimbul gangguan growing pain juga disertai manifestasi nalergi lainnya seperti nyeri perut dan hipersenitifitas saluran cerna lainnya, gangguan kulit, hidung dan kekambuhan asma. Pengaruh eliminasi makanan ternyata bisa menghilang gangguan nyeri pada anak tersebut. Saat makanan dilakukann provokasi ternyata anak mengeluh nyeri lagi dengan kualitas yang ringan. Tetapi saat terjadi infekasi virus khususnya infeksi saluran napas gangguan nyeri ternyata lebih hebat lagi timbulnya.

Growing pains adalah gejala nyeri yang relatif sering terjadi pada anak-anak. Biasanya, gangguan itu terjadi dalam otot, bukan sendi pada kaki dan agak jarang pada lengan. Gangguan nyeri itu biasanya terasa di kedua sisi, dan muncul di sore hari atau di malam hari dan menghilang saat anak bangun tidur pagi hari, dengan rasa sakit yang bervariasi dari ringan sampai sangat parah. Nyeri tidak timbul pada pagi hari, dan tidak ada tanda-tanda klinis peradangan. Nyeri dapat kambuh malam atau kadang tidak timbul selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Tumbuh rasa sakit tidak berhubungan dengan penyakit serius lainnya dan biasanya sembuh pada akhir masa kanak-kanak, tetapi episode sering mampu memiliki pengaruh besar pada kehidupan anak. Growing pains pertama kali digambarkan seperti pada tahun 1823 oleh seorang dokter Prancis.

GP sangat umum dan mudah untuk didiagnosis karena adanya penampilan karakteristik klinis yang khas. Namun tidak jelas apakah beberapa dari anak-anak ini dapat berkembang menjadi gejala sindrom nyeri non-inflamasi lainnya. Hal ini akan menjadi penting untuk mengikuti nilai ambang nyeri anak dengan GP dan berkorelasi temuan dengan gejala yang timbul. Hasil studi jangka panjang disarankan untuk menyelidiki apakah anak-anak dengan GP yang memiliki ambang nyeri yang lebih rendah, rentan untuk menjadi sindrom nyeri non-inflamasi lain dalam sistem muskuloskeletal atau lainnya nanti pada masa remaja atau dewasa. Sebagian anak dengan GP dapat berkembang menjadi sindrom nyeri non-inflamasi kemudian pada masa remaja atau dewasa, uji coba intervensi dini, dengan terapi perilaku kognitif misalnya, dapat mencegah perkembangan sindrom lainnya di kemudian hari.

Growing pains bukanlah penyakit dan akan menghilang saat anak berusia belasan tahun serta tidak memerlukan terapi atau penangan dokter. Meskipun tidak berbahaya, rasa sakit yang mengganggu perlu mendapat perhatian dari orang tua. Anak yang mengalami growing pains biasanya berusia sekitar 2 – 12 tahun, 25%-40% berkisar antara usia 3 – 5 tahun, serta antara 8 – 12 tahun. Prevalensi yang dilaporkan sakit tumbuh telah antara 3% dan 49% dari anak-anak. Growing pains dikatakan biasanya terjadi dalam dua periode selama kehidupan seorang anak, pertama, antara sekitar 3 dan 5 tahun, kemudian pada 8 sampai 12 tahun usia, namun tidak ada penelitian epidemiologi untuk mendukung pengamatan ini.. Individu dapat sangat bervariasi di saat mereka mengalami sakit tumbuh.

Tanda dan Gejala

  • Kebanyakan anak melaporkan nyeri di bagian depan paha mereka, di betis, atau di belakang lutut. Meskipun sakit tumbuh sering menyerang di sore hari atau sore hari sebelum tidur, sakit kadang-kadang bisa membangunkan tidur sang anak. Intensitas nyeri bervariasi dari anak ke anak, dan sebagian besar tidak mengalami nyeri setiap hari.
  • Sakit Pertumbuhan selalu berkonsentrasi dalam otot, sendi tampak normal sedangkan pada anak yang menderita penyakit yang lebih serius, sendi tampak bengkak, merah, lembut, atau hangat.

Diagnosis

  • Salah satu dokter menemukan gejala yang paling membantu dalam membuat diagnosis sakit tumbuh adalah bagaimana anak merespon sentuhan sementara kesakitan. Anak-anak yang mengalami sakit dari penyakit medis yang serius tidak suka ditangani karena gerakan cenderung untuk meningkatkan rasa sakit. Tetapi mereka dengan sakit pertumbuhan merespon secara berbeda - mereka merasa lebih baik ketika mereka ditahan, dipijat, dan dipeluk.
  • Growing Pain adalah disebut diagnosis eksklusi. Hal ini berarti bahwa kondisi-kondisi lainnya harus disingkirkan sebelum diagnosis sakit pertumbuhan dibuat. Riwayat menyeluruh dan pemeriksaan fisik oleh podiatrist atau dokter Anda biasanya dapat mencapai hal ini. Dalam kasus yang jarang, penelitian darah dan X-ray mungkin diperlukan sebelum dibuat diagnosis akhir sakit pertumbuhan.
  • Pernyakit yang harus disingkirkan dan merupakan penyebab jarang adalah beberapa penyebab spesifik dari sakit timbul, terutama di bagian tumit, yang disebut penyakit Sever atau apophysitis kalkanealis dan di lutut, di mana disebut penyakit Osgood-schlatters. Gangguan keganasan atau kanker khususnya kanker tulang atau mestatasis atau penyebaran kanker pada anak juga bisa jadi penyebab nyeri pada kaki dan tulang.

Kontroversi:

  • Meski dinamakan growing pains tapi sebenarnya kondisi ini tidak disebabkan oleh pertumbuhan anak. Tidak ada bukti kuat menunjukkan bahwa pertumbuhan menyebabkan nyeri tulang.
  • Beberapa orangtua bahkan sebagian dokter menganggap keluhan ini disebabkan karena aktivitas seperti melompat, berlari, dan olah raga berlebihan. Tidak ada fakta ilmiah yang mendukung hal ini. Karena banyak anak yang melakukan aktifitas berlebihan tidak mengalami hal serupa. Demikian juga anak yang mengalami keluhan nyeri meski suatu saat melakukan gerakan yang berlebihan malamnya tidak mengalami hal yang sama.
  • Growing Pain atau Nyeri kaki pada anak merupakan gejala pada anak tidak umum dibandingkan orang dewasa karena fleksibilitas dan ketahanan dari jaringan. Namun hal ini juga tidak bukti kuat secara ilmiah yang membuktikan hal itu.
  • Beberapa teori menyebutkan bahwa berkaitan dengan Ambang Nyeri rendah khususnya pada kasus sindrom nyeri muskuloskeletal non-inflamasi, kekuatan tulang, perubahan perfusi darah, anatomi dan lingkungan keluarga
  • Penyebab jarang GP dapat merupakan manifestasi dari penyakit organik seperti penyakit otot metabolik bila terjadi setelah latihan atau sindrom rest leg , terutama pada keluarga dengan riwayat sindrom ini.

Penanganan

  • Pijatan ringan untuk mengurangi nyeri
  • Regangkan kedua tungkai anak secara perlahan, lakukan pada siang hari dan sebelum tidur.
  • Kompres hangat di daerah otot yang nyeri sebelum tidur atau saat anak merasa nyeri. Mandi dengan air hangat sebelum tidur juga membantu atau tempatkan bantal pemanas di daerah sakit
  • Obat analgetik seperti parasetamol atau ibuprofen juga bisa diberikan untuk menghilangkan rasa nyeri. Pemberian ibuprofen atau acetaminophen (Jangan pernah memberikan aspirin pada anak di bawah 12 karena berasosiasi dengan Reye Syndrome, sebuah penyakit langka tapi berpotensi fatal)
  • Penelitian menunjukkan bahwa dalam 90% kasus, pengobatan dengan orthoses kaki mengurangi mayoritas sakit pertumbuhan
  • Growing pains bukan penyakit berbahaya dan bisa hilang ketika anak berusia belasan tahun. Ganguan ini juga tidak membutuhkan terapi atau penanganan dokter.

KENALI SALAH SATU ATAU BEBERAPA TANDA DAN GEJALA ALERGI YANG SERING MENYERTAI SAAT VTERJADINYA GROWING PAIN

  • SALURAN NAPAS DAN HIDUNG : Batuk / pilek lama (>2 minggu), ASMA, bersin, hidung buntu, terutama malam dan pagi hari. MIMISAN, suara serak, SINUSITIS, sering menarik napas dalam.
  • KULIT : Kulit timbul BISUL, kemerahan, bercak putih dan bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Warna putih pada kulit seperti ”panu”. Sering menggosok mata, hidung, telinga, sering menarik atau memegang alat kelamin karena gatal. Kotoran telinga berlebihan, sedikit berbau, sakit telinga bila ditekan (otitis eksterna).
  • SALURAN CERNA : Mudah MUNTAH bila menangis, berlari atau makan banyak. MUAL pagi hari. Sering Buang Air Besar (BAB) 3 kali/hari atau lebih, sulit BAB (obstipasi), kotoran bulat kecil hitam seperti kotoran kambing, keras, sering buang angin, berak di celana. Sering KEMBUNG, sering buang angin dan bau tajam. Sering NYERI PERUT.
  • GIGI DAN MULUT : Nyeri gigi, gigi berwarna kuning kecoklatan, gigi rusak, gusi mudah bengkak/berdarah. Bibir kering dan mudah berdarah, sering SARIAWAN, lidah putih & berpulau, mulut berbau, air liur berlebihan.
  • PEMBULUH DARAH Vaskulitis (pembuluh darah kecil pecah) : sering LEBAM KEBIRUAN pada tulang kering kaki atau pipi atas seperti bekas terbentur. Berdebar-debar, mudah pingsan, tekanan darah rendah.
  • SALURAN KENCING : Sering minta kencing, BED WETTING (semalam ngompol 2-3 kali)
  • MATA : Mata gatal, timbul bintil di kelopak mata (hordeolum). Kulit hitam di area bawah kelopak mata. memakai kaca mata (silindris) sejak usia 6-12 tahun.
  • HORMONAL : rambut berlebihan di kaki atau tangan, keputihan, gangguan pertumbuhan tinggi badan.
  • Kepala,telapak kaki/tangan sering teraba hangat. Berkeringat berlebihan meski dingin (malam/ac). Keringat berbau.
  • FATIQUE : mudah lelah, sering minta gendong

GANGGUAN PERILAKU YANG SERING MENYERTAI PENDERITA ALERGI DAN HIPERSENSITIFITAS MAKANAN PADA ANAK BALITA :

  • SUSUNAN SARAF PUSAT : sakit kepala, MIGRAIN, TICS (gerakan mata sering berkedip), , KEJANG NONSPESIFIK (kejang tanpa demam & EEG normal).
  • GERAKAN MOTORIK BERLEBIHAN Mata bayi sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak terus tidak bisa dibedong/diselimuti. Senang posisi berdiri bila digendong, sering minta turun atau sering menggerakkan kepala ke belakang, membentur benturkan kepala. Sering bergulung-gulung di kasur, menjatuhkan badan di kasur (“smackdown”}. ”Tomboy” pada anak perempuan : main bola, memanjat dll.
  • AGRESIF MENINGKAT sering memukul kepala sendiri, orang lain. Sering menggigit, menjilat, mencubit, menjambak (spt “gemes”)
  • GANGGUAN KONSENTRASI: cepat bosan sesuatu aktifitas kecuali menonton televisi,main game, baca komik, belajar. Mengerjakan sesuatu tidak bisa lama, tidak teliti, sering kehilangan barang, tidak mau antri, pelupa, suka “bengong”, TAPI ANAK TAMPAK CERDAS
  • EMOSI TINGGI (mudah marah, sering berteriak /mengamuk/tantrum), keras kepala, negatifisme
  • GANGGUAN KESEIMBANGAN KOORDINASI DAN MOTORIK : Terlambat bolak-balik, duduk, merangkak dan berjalan. Jalan terburu-buru, mudah terjatuh/ menabrak, duduk leter ”W”.
  • GANGGUAN SENSORIS : sensitif terhadap suara (frekuensi tinggi) , cahaya (mudah silau), perabaan telapak kaki dan tangan sensitif (jalan jinjit, flat foot, mudah geli, mudah jijik, tidak suka memegang bulu, boneka dan bianatang berbulu)
  • GANGGUAN ORAL MOTOR : TERLAMBAT BICARA, bicara terburu-buru, cadel, gagap. GANGGUAN MENELAN DAN MENGUNYAH, tidak bisa makan makanan berserat (daging sapi, sayur, nasi) Disertai keterlambatan pertumbuhan gigi.
  • IMPULSIF : banyak bicara,tertawa berlebihan, sering memotong pembicaraan orang lain
  • Memperberat gejala AUTIS dan ADHD (Alergi dan hipersensititas makanan bukan penyebab Autis atau ADHD tetapi hanya memperberat gejalanya)

KOMPLIKASI SERING MENYERTAI ALERGI DAN HIPERSENSITIFITAS MAKANAN PADA ANAK BALITA :

  • Daya tahan menurun sering sakit demam, batuk, pilek setiap bulan bahkan sebulan 2 kali. (normal sakit seharusnya 2-3 bulan sekali)
  • Karena sering sakit berakibat Tonsilitis kronis (AMANDEL MEMBESAR) hindari operasi amandel yang tidak perlu atau mengalami Infeksi Telinga
  • Waspadai dan hindari efek samping PEMAKAIAN OBAT TERLALU SERING.
  • Mudah mengalami INFEKSI SALURAN KENCING. Kulit di sekitar kelamin sering kemerahan
  • SERING TERJADI OVERDIAGNOSIS TBC (MINUM OBAT JANGKA PANJANG PADAHAL BELUM TENTU MENDERITA TBC / ”FLEK ”) KARENA GEJALA ALERGI MIRIP PENYAKIT TBC. BATUK LAMA BUKAN GEJALA TBC PADA ANAK BILA DIAGNOSIS TBC MERAGUKAN SEBAIKNYA ”SECOND OPINION” DENGAN DOKTER LAINNYA
  • MENGALAMI RESIKO GIZI GANDA : Pada sebagian kelompok mengalami kesulitan makan dan gangguan kenaikkan berat badan sebagian kecil lainnya mengalami ganmgguan MAKAN BERLEBIHAN KEGEMUKAN atau OBESITAS
  • INFEKSI JAMUR (HIPERSENSITIF CANDIDIASIS) di lidah, selangkangan, di leher, perut atau dada, KEPUTIHAN
  • HINGGA KINI BANYAK BERBAGAI GANGGUAN TERSEBUT DI ATAS MASIH BELUM TERUNGKAP JELAS APA PENYEBABNYA. SEHINGGA BANYAK TIMBUL PENDAPAT BERBEDA UNTUK MENDUGA PENYEBABNYA. SERINGKALI JUGA DIANGGAP MANIFESTASI NORMAL
  • TERNYATA BEBERAPA GANGGUAN TERSEBUT HILANG TIMBUL SECARA BERSAMAAN BERKAITAN DENGAN KONSUMSI MAKANAN TERTENTU. Sebagian besar bayi prematur mengalami hipersensitifitas saluran cerna bisa terjadi alergi makanan atau hipersensitifis makanan tipe non atopi. Ternyata saluran cerna ini menurut teori “Gut Brain Axis” dapat merangsang susunan saraf pusat yang mengakibatkan berbagai hal tersebut di atas.
  • CERMATI HIPERSENSITIFITAS SALURAN CERNA PADA ANAK : Gastrooesephagealrefluks/GER), Sering MUNTAH/gumoh), kembung,“cegukan”, buang angin keras dan sering, sering rewel gelisah (kolik) terutama malam hari, BAB > 3 kali perhari, atau sebaliknya BAB TIDAK TIAP HARI. Feses warna hijau,hitam dan berbau. Sering “ngeden & beresiko Hernia Umbilikalis (pusar), Scrotalis, inguinalis. Air liur berlebihan. Lidah sering timbul putih, bibir kering
  • CERMATI HIPERSENSITIFITAS SALURAN CERNA PADA ANAK : Mudah MUNTAH bila menangis, berlari atau makan banyak. MUAL pagi hari. SERING BAB 3 kali/hari atau lebih atau sebaliknya SULIT BAB, TIDAK BAB TIAP HARI, kotoran bulat hitam seperti kotoran kambing, keras, sering buang angin, berak di celana. Sering KEMBUNG, sering buang angin,bau tajam. Sering NYERI PERUT, anus gatal
  • SETELAH MENGALAMI SENDIRI DAN MENDENGAR KESAKSIAN ORANGTUA LAINNYA KITA MUNGKIN BARU AKAN PERCAYA FAKTA BAHWA TERNYATA HIPERSENSITIFITAS MAKANAN DAN ALERGI MAKANAN DEMIKIAN MENGGANGGU.

Memastikan Diagnosis Alergi atau Hipersensitif Makanan DENGAN GANGGUAN NYERI

  • Diagnosis gangguan sindrom nyeri pada penderita alergi makanan dan hipersensitifitas saluran cerna pada anak Balita disebabkan alergi atau hipersensitif makanan dibuat bukan dengan tes alergi tetapi berdasarkan diagnosis klinis, yaitu anamnesa (mengetahui riwayat penyakit penderita) dan pemeriksaan yang cermat tentang riwayat keluarga, riwayat pemberian makanan, tanda dan gejala alergi makanan sejak bayi dan dengan eliminasi dan provokasi.
  • Untuk memastikan makanan penyebab alergi dan hipersensitifitas makanan harus menggunakan Provokasi makanan secara buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge = DBPCFC). DBPCFC adalah gold standard atau baku emas untuk mencari penyebab secara pasti alergi makanan. Cara DBPCFC tersebut sangat rumit dan membutuhkan waktu, tidak praktis dan biaya yang tidak sedikit.
  • Beberapa pusat layanan alergi anak melakukan modifikasi terhadap cara itu. Clinic for Children dan Children Grow Up Clinic melakukan modifikasi dengan cara yang lebih sederhana, murah dan cukup efektif. Modifikasi DBPCFC tersebut dengan melakukan “Eliminasi Provokasi Makanan Terbuka Sederhana”. Bila setelah dilakukan eliminasi beberapa penyebab alergi makanan selama 3 minggu didapatkan perbaikan dalam gangguan muntah tersebut, maka dapat dipastikan penyebabnya adalah alergi makanan.
  • Pemeriksaan standar yang dipakai oleh para ahli alergi untuk mengetahui penyebab alergi adalah dengan tes kulit. Tes kulit ini bisa terdari tes gores, tes tusuk atau tes suntik. PEMERIKSAAN INI HANYA MEMASTIKAN ADANYA ALERGI ATAU TIDAK, BUKAN UNTUK MEMASTIKAN PENYEBAB ALERGI. Pemeriksaan ini mempunyai sensitifitas yang cukup baik, tetapi sayangnya spesifitasnya rendah. Sehingga seringkali terdapat false negatif, artinya hasil negatif belum tentu bukan penyebab alergi. Karena hal inilah maka sebaiknya tidak membolehkan makan makanan penyebab alergi hanya berdasarkan tes kulit ini.
  • Dalam waktu terakhir ini sering dipakai alat diagnosis yang masih sangat kontroversial atau ”unproven diagnosis”. Terdapat berbagai pemeriksaan dan tes untuk mengetahui penyebab alergi dengan akurasi yang sangat bervariasi. Secara ilmiah pemeriksaan ini masih tidak terbukti baik sebagai alat diagnosis. Pada umumnya pemeriksaan tersebut mempunyai spesifitas dan sensitifitas yang sangat rendah. Bahkan beberapa organisasi profesi alergi dunia tidak merekomendasikan penggunaan alat tersebut. Yang menjadi perhatian oraganisasi profesi tersebut bukan hanya karena masalah mahalnya harga alat diagnostik tersebut tetapi ternyata juga sering menyesatkan penderita alergi yang sering memperberat permasalahan alergi yang ada
  • Namun pemeriksaan ini masih banyak dipakai oleh praktisi kesehatan atau dokter. Di bidang kedokteran pemeriksaan tersebut belum terbukti secara klinis sebagai alat diagnosis karena sensitifitas dan spesifitasnya tidak terlalu baik. Beberapa pemeriksaan diagnosis yang kontroversial tersebut adalah Applied Kinesiology, VEGA Testing (Electrodermal Test, BIORESONANSI), Hair Analysis Testing in Allergy, Auriculo-cardiac reflex, Provocation-Neutralisation Tests, Nampudripad’s Allergy Elimination Technique (NAET), Beware of anecdotal and unsubstantiated allergy tests.

PENATALAKSANAAN

  • Penanganan permasalahan gangguan nyeri yang disertai alergi makanan dan hipersensitifitas makanan pada anak Balita haruslah dilakukan secara benar, paripurna dan berkesinambungan. Pemberian obat terus menerus bukanlah jalan terbaik dalam penanganan gangguan tersebut tetapi yang paling ideal adalah menghindari penyebab yang bisa menimbulkan keluhan alergi tersebut.
  • Penghindaran makanan penyebab alergi dan hipersensitifitas makanan pada anak harus dicermati secara benar, karena beresiko untuk terjadi gangguan gizi. Sehingga orang tua penderita harus diberitahu tentang makanan pengganti yang tak kalah kandungan gizinya dibandingklan dengan makanan penyebab alergi. Penghindaran terhadap susu sapi dapat diganti dengan susu soya, formula hidrolisat kasein atau hidrolisat whey., meskipun anak alergi terhadap susu sapi 30% diantaranya alergi terhadap susu soya. Sayur dapat dipakai sebagai pengganti buah. Tahu, tempe, daging sapi atau daging kambing dapat dipakai sebagai pengganti telur, ayam atau ikan. Pemberian makanan jadi atau di rumah makan harus dibiasakan mengetahui kandungan isi makanan atau membaca label makanan.
  • Obat-obatan simtomatis seperti pencahar, anti histamine (AH1 dan AH2), ketotifen, ketotofen, kortikosteroid, serta inhibitor sintesaseprostaglandin hanya dapat mengurangi gejala sementara bahkan dlamkeadaan tertentu seringkali tidak bermanfaat, umumnya mempunyai efisiensi rendah. Sedangkan penggunaan imunoterapi dan natrium kromogilat peroral masih menjadi kontroversi hingga sekarang.

Obat

  • Penanganan permasalahan gangguan nyeri kaki dan otot yang disertai dan diperberat alergi makanan dan hipersensitifitas makanan pada anak Balita dikemudian hari yang baik adalah dengan menanggulangi penyebabnya. Bila gangguannyeri kaki dan otot karena gangguan alergi dan hipersensitifitas makanan, penanganan terbaik adalah menunda atau menghindari makanan sebagai penyebab tersebut.
  • Konsumsi obat-obatan penahan rasa nyeri dan sakit hanya bersifat sementara dan tidak akan berhasil selama penyebab utama alergi dan hipersensitifitas makanan tidak diperbaiki.

Referensi

  • Proc Royal Soc Med 1970, 63:479-484. OpenURL Oster J: Recurrent abdominal pain, headache and limb pain in children and adolescents.
  • Hurwitz EL, Morgenstern H. Cross-sectional associations of asthma, hay fever, and other allergies with major depression and low-back pain among adults aged 20-39 years in the United States. Am J Epidemiol. 1999 Nov 15;150(10):1107-16.
  • Christina Lasich,Hey Doc, Can Food Allergies cause Pain? http://www.healthcentral.com/chronic-pain/c/240381/161077/food-allergies-pain/
  • Singulair Allergy Relief, Medice, Leg Pain, Growing Pains, Pediatrician. http://www.medications.com/singulair/33627
  • Growing Pain, Delayed Food Allergy Syndrome. http://www.theonlineallergist.com/article/delayed_food_allergy_syndrome
  • van de Laar MA, van der Korst JK. Rheumatoid arthritis, food, and allergy. Semin Arthritis Rheum. 1991 Aug;21(1):12-23
  • Little CH, Stewart AG, Fennessy MR. Platelet serotonin release in rheumatoid arthritis: a study in food-intolerant patients. Lancet. 1983 Aug 6;2(8345):297–299.
  • Parke AL, Hughes GR. Rheumatoid arthritis and food: a case study. Br Med J (Clin Res Ed) 1981 Jun 20;282(6281):2027–2029.
  • Carini et. al. (1987). IgE complexes in food allergy. Ann Allergy. 1987 Aug;59(2):110-7.
  • Carini et. al. (1987). Immune complexes in food-induced arthralgia. Ann Allergy. 1987 Dec;59(6):422-8.
  • Darlington LG, Ramsey NW. (1993). Review of dietary therapy for rheumatoid arthritis. Br J Rheumatol. 1993 Jun;32(6):507-14.
  • DaWidowicz et. al. (2008). Unexplained polyarthralgia and celiac disease. Joint Bone Spine. 2008 May;75(3):325-8. Epub 2007 Oct 15.
  • Diethelm U (1993). Nutrition and chronic polyarthritis Schweiz Rundsch Med Prax. 1993 Mar 23;82(12):359-63.
  • Gaby AR, (1999). Alternative treatments for rheumatoid arthritis. Altern Med Rev. 1999 Dec;4(6):392-402..
  • Hafström I, et. al. (2001). A vegan diet free of gluten improves the signs and symptoms of rheumatoid arthritis: the effects on arthritis correlate with a reduction in antibodies to food antigens. Rheumatology (Oxford). 2001 Oct;40(10):1175-9.
  • Haugen et. al. (1991). Diet and disease symptoms in rheumatic diseases--results of a questionnaire based survey. Clin Rheumatol. 1991 Dec;10(4):401-7.
  • Hvatum et. al. (2006). The gut-joint axis: cross reactive food antibodies in rheumatoid arthritis. Gut. 2006 Sep;55(9):1240-7. Epub 2006 Feb 16.
  • Inman RD (1991). Antigens, the gastrointestinal tract, and arthritis. Rheum Dis Clin North Am. 1991 May;17(2):309-21.
  • Karatay S, et. al. (2006). General or personal diet: the individualized model for diet challenges in patients with rheumatoid arthritis. Rheumatol Int. 2006 Apr;26(6):556-60. Epub 2005 Jul 16.
  • Karatay S, et. al. (2004). The effect of individualized diet challenges consisting of allergenic foods on TNF-alpha and IL-1beta levels in patients with rheumatoid arthritis. Rheumatology (Oxford). 2004 Nov;43(11):1429-33. Epub 2004 Aug 10.
  • Parke AL, Hughes GR. (1981). Rheumatoid arthritis and food: a case study. Br Med J (Clin Res Ed). 1981 Jun 20;282(6281):2027-9.
  • Schrander et. al. (1997). Does food intolerance play a role in juvenile chronic arthritis? Br J Rheumatol. 1997 Aug;36(8):905-8.
  • Slot, O., Locht, H. (2000). Arthritis as presenting symptom in silent adult coeliac disease [gluten intolerance]: Two cases and review of the literature. Scandinavian Journal of Rheumatology, 29, 260-263.
  • van de Laar MA, van der Korst JK. (1991). Rheumatoid arthritis, food, and allergy. Semin Arthritis Rheum. 1991 Aug;21(1):12-23.
  • van der Laar et. al. (1992). Food intolerance in rheumatoid arthritis. I. A double blind, controlled trial of the clinical effects of elimination of milk allergens and azo dyes. Ann Rheum Dis. 1992 Mar;51(3):298-302.
  • van der Laar et. al. (1992). Food intolerance in rheumatoid arthritis. II. Clinical and histological aspects. Ann Rheum Dis. 1992 Mar;51(3):303-6.

Supported By:

GRoW UP CLINIC JAKARTA Yudhasmara Foundation GRoW UP CLINIC I Jl Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat 10210, phone (021) 5703646 – 44466102 GRoW UP CLINIC II MENTENG SQUARE Jl Matraman 30 Jakarta Pusat 10430, Phone (021) 44466103 – 97730777email :  
http://growupclinic.com http://www.facebook.com/GrowUpClinic Creating-hashtag-on-twitter@growupclinic
“GRoW UP CLINIC” Jakarta Focus and Interest on: *** Allergy Clinic Online *** Picky Eaters and Growup Clinic For Children, Teen and Adult (Klinik Khusus Gangguan Sulit Makan dan Gangguan Kenaikkan Berat Badan)*** Children Foot Clinic *** Physical Medicine and Rehabilitation Clinic *** Oral Motor Disorders and Speech Clinic *** Children Sleep Clinic *** Pain Management Clinic Jakarta *** Autism Clinic *** Children Behaviour Clinic *** Motoric & Sensory Processing Disorders Clinic *** NICU – Premature Follow up Clinic *** Lactation and Breastfeeding Clinic *** Swimming Spa Baby & Medicine Massage Therapy For Baby, Children and Teen ***

Professional Healthcare Provider “GRoW UP CLINIC” Dr Narulita Dewi SpKFR, Physical Medicine & Rehabilitation curriculum vitae HP 085777227790 PIN BB 235CF967  Dr Widodo Judarwanto, Pediatrician
We are guilty of many errors and many faults. But our worst crime is abandoning the children, neglecting the fountain of life.
Clinical – Editor in Chief :
  • Dr WIDODO JUDARWANTO, pediatrician
  • email :
  • curriculum vitae   Creating-hashtag-on-twitter: @WidoJudarwanto
  • www.facebook.com/widodo.judarwanto
Mobile Phone O8567805533 PIN BB 25AF7035
Information on this web site is provided for informational purposes only and is not a substitute for professional medical advice. You should not use the information on this web site for diagnosing or treating a medical or health condition. You should carefully read all product packaging. If you have or suspect you have a medical problem, promptly contact your professional healthcare provider
Copyright © 2013, GRoW UP CLINIC Information Education Network. All rights reserved
About these ads

Tentang GrowUp Clinic

In 1,000 days Your Children, You can change the future. Our Children Our Future
Tulisan ini dipublikasikan di ***Kesehatan Terkini, *Pediatric-Allergy Immunology, *Pediatric-Development Behaviour dan tag . Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Gravatar
WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Logout / Ubah )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Logout / Ubah )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Logout / Ubah )

Google+ photo

You are commenting using your Google+ account. Logout / Ubah )

Connecting to %s