10 Gejala Gangguan Mental, Perilaku dan Gangguan Penyerta Pada Anak

12 Gejala Gangguan Mental, Perilaku dan Gangguan Penyerta Pada Anak

    1. Gangguan Konsentrasi  Gangguan konsentrasi bukan merupakan penyakit tetapi merupakan gejala atau suatu manifestasi penyimpangan perkembangan anak. Gangguan konsentrasi atau inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang, dapat dilihat dari kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain. Kualitas penampilan gangguan konsentrasi bisa yang ringan hingga berat Kualitas konsentrasi atau pola perhatian anak terhadap suatu hal terbagi menjadi beberapa klasifikasi. Kelompok yang paling berat adalah over exklusif dimana seorang anak hanya terfokus pada sesuatu yang menarik perhatiannya tanpa mempedulikan hal lain secara ekstrem. Misalnya pada bayi yang sedang memperhatikan kancing bajunya dan tidak mempedulikan rangsangan lain, pola ini disebut autis. Kelompok dengan derajat sedang terjadi fokus perhatian anak mudah teralihkan. Perhatian hanya mampu bertahan beberapa saat saja, dan terganggu oleh suatu rangsangan yang mungkin tidak adekuat. Hal ini dinamakan kesulitan perhatian atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Kelompok dengan derajat ringan terjadi fokus perhatian anak mudah teralihkan. Perhatian hanya mampu bertahan beberapa saat saja oleh suatu rangsangan lain yang lebih adekuat Kondisi normal adalah pola yang paling baik karena anak mampu memperhatikan sesuatu dan mengalihkannya terhadap yang lain pada saat yang tepat tanpa kehilangan daya konsentrasi, pola ini merupakan pola normal perkembangan mental anak secara matang. Rentang Atensi atau lamanya waktu yang digunakan anak untuk menekuni suatu kegiatan dapat diamati sesuai usia. Rata-rata rentang atensi pada usia 2 tahun selama 7 menit, usia 3 tahun selama 9 menit, usia 4 tahun selama 12 menit, usia 5 tahun selama 14 menit. Kemampuan memusatkan perhatian berbeda-beda. Makin berkembang anak makin mampu menseleksi stimulus yang ada dan makin mampu memusatkan perhatian. Meskipun gangguan konsentrasi ini juga dapat terus terjadi sampai usia dewasa. Gangguan konsentrasi ini biasanya sudah dapat diamati pada usia bayi. Tampak bayi sering berpindah-pindah perhatian pandangan matanya atau sering berganti mainan dalam waktu yang cepat. Biasaanya bayi tidak menyukai lingkungan suasana yang tidak luas seperti boks bayi yang kecil dan suasana di dalam kamar. Anak lebih menyukai lingkungan yang lebih lapang seperti tempat tidur yang luas dan anak sering minta keluar rumah. Pada anak yang lebih besar didapatkan gejala cepat bosan terhadap sesuatu aktifitas, tidak bisa belajar lama. Bila belajar harus dalam keadaan tenang atau biasanya saat tengah malam. Sebaliknya biasanya bisa bertahan lama pada hal yang disukai seperti menonton televisi, baca komik atau main game. Anak tampak sering terburu-buru sehingga mengakibatkan perilaku tidak mau antri, Tidak teliti sehingga terjadi kesalahan dalam mengerjakan soal karena ketidak telitiannya. Sering kehilangan barang atau sering lupa. Nilai pelajaran naik turun drastis, nilai pelajaran tertentu baik tapi pelajaran lain buruk. Sulit menyelesaikan pelajaran sekolah dengan baik. Sering mengobrol dan mengganggu teman saat pelajaran karena sering tidak bisa mengikiuti pelajaran dengan baik. Meskipun pada umumnya penderita ganguan konsentrasi mempunyai kecerdasan yang cukup tinggi.
    2. Gangguan komunikasi  Gangguan bicara dan keterlambatan bicara adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 – 10% pada anak sekolah. Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat luas dan banyak, terdapat beberapa resiko yang harus diwaspadai untuk lebih mudah terjadi gangguan ini.
    3. Gangguan Emosi   Gangguan emosi adalah keadaan emosi yang dialami seseorang yang dapat menimbulkan gangguan pada dirinya. Baik karena emosi yang dialami terlalu kuat misalnya sangat sedih, tidak ada emosi yang hadir misalnya tidak merasa bahagia atau emosinya menimbulkan konflik misalnya terlalu sering marah. Gangguan emosi seringkali disaertai keras kepala, suka membantah dan pembangkangan. Tetapi ada perilaku pembangkangan yang sangat ekstrem yang disebut dengan OOD. Biasanya gangguan ini dimulai saat anak berusia 8 tahun atau sebelum masuk usia remaja. Salah satu contoh perilaku tersebut adalah membeli beberapa games tanpa ada minat untuk memainkannya.  Gangguan mental yang erat kaitannya dengan perubahan perilaku adalah ADHD, kecemasan, depresi, atau gangguan bipolar.
    4. Gangguan kecemasan : Takut dan khawatir adalah hal yang wajar dialami anak usia dini. Normal saja mereka merasa takut pada gelap, membayangkan sosok monster, atau takut berpisah dengan orangtua. Untuk anak usia sekolah, cemas sebelum tampil di sekolah atau takut tak diterima teman-temannya, adalah respon yang sehat.  Bila rasa takut yang dialami anak sudah berlebihan sehingga mengganggu aktivitas harus lebih diwaspadai. Pada saat-saat tertentu kecemasan yang merupakan hal yang normal bahkan dapat menolong seseorang terhadap ancaman atau sesuatu yang membahayakan mereka. Misalnya saja berupa reaksi ketakutan terhadap ketinggian, orang asing, atau sesuatu yang mengancam jiwa. Kecemasan ini sebenarnya bisa dijadikan untuk melindungi diri dari segala sesuatu yang membahayakan. Kecemasan yang dialami anak biasanya berupa reaksi ketakutan akan gelap, lingkungan yang baru atau sesuatu yang baru, keterpisahan dengan orang terdekatnya, juga yang berkaitan dengan tugas sekolah yang diberikan. Fakta yang terjadi bahwa antara 9 sampai 15 persen anak dan remaja di Amerika mengalami gejala kecemasan yang menganggu kegiatan atau rutinitas
      keseharian mereka. Anakyang mengalami kecemasan ini beresiko mengalami underachievement di sekolah yakni ditunjukkan dengan tidak adanya motivasi berprestasi, merasa tidak berharga, dan permasalahan dengan kejiwaan terhadap orang dewasa, terutama berkaitan dengan depressi dan gangguan kecemasan. Ketika strategi pemecahan masalah gagal dilakukan oleh anak ataupun remaja, dan kecemasan yang dialami menjadi cukup berat untuk ditangani maka akan menyebabkan keadaan yang sulit terhadap mereka. Keadaan yang sulit ini akan berpengaruh terhadap rutinitas mereka baik di sekolah, aktivitas sehari-hari, atau hubungan dengan teman-temannya. Yang kemudian dapat dikatakan bahwa anak dan remaja tersebut mengalami masalah kecemasan atau anxiety disorder .Untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan untuk membantu anak-anak yang mengalami gangguan kecemasan ini supaya mereka dapat memaksimalkan potensi diri dan meningkatkan prestasinya. Pendekatan ini yaitu dengan adanya bimbingan konseling berupa layanan / treatment yang sesuai dengan kebutuhannya.Anak-anak dengan gangguan kecemasan menanggapi hal-hal tertentu atau situasi dengan rasa takut dan ketakutan, serta dengan tanda-tanda fisik dari kecemasan (gugup), seperti detak jantung yang cepat dan berkeringat.
    5. Gangguan makan dan berat badan. Gangguan makan dapat melibatkan emosi dan sikap, serta perilaku yang tidak biasa, terkait dengan kondisi tubuh bahkan makanan.  Sebagian besar orang yang mengalami gangguan mental mengalami obesitas atau kegemukan. Perubahan fisik yang mendadak yang tidak terkait dengan pubertas bisa menjadi indikator anak menderita gangguan. Demikian pula halnya jika anak tampak tidak nafsu makan, bisa menjadi gejala depresi. Perubahan fisik yang disebabkan oleh penggunaan alkohol atau obat terlarang juga merupakan gejala depresi pada anak. Para pakar menyebutkan, risiko anak menderita depresi lebih besar jika salah satu atau kedua orangtua juga menderita depresi.
    6. Gangguan ini melibatkan perasaan sedih terus menerus bahkan berubahnya suasana hati dengan cepat.
    7. Gangguan Mood. Perubahan mood yang berlangsung lebih dari dua minggu adalah indikator kuat adanya gangguan mental pada anak. Perubahan mood ini bisa bervariasi mulai dari hiperaktif sampai terlalu melankolis tanpa alasan yang kuat.  Menurut The National Institute of Mental Health, perilaku “sangat gembira” atau mania dan perasaan “down” atau depresi bisa menjadi tanda adanya gejala gangguan bipolar. Tetapi, perilaku hiperaktif pada anak yang tidak diikuti dengan gejala lesu setelahnya adalah karateristik normal pada anak.
    8. Gangguan Tidur. Gangguan tidur yang sering terjadi adalah insomia adalah gangguan untuk memulai tidur dan mempertahankan tidur yang baik. Gangguan tidur tersebut menimbulkan penderitaan dan gangguan dalam berbagai fungsi sosial, pertumbuhan dan perkembangan anak, maupun gangguan pada fungsi lainnya.Terdapat berbagai jenis insomnia tergantung beberapa kondisi dan penyakit yang melatarbelakangi gangguan tidur tersebut. Sering mimpi buruk
    9. Gangguan belajar dan Prestasi menurun.  Gangguan belajar mencakup semua masalah yang timbul waktu belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Gangguan belajar meliputi kesulitan belajar, gangguan pemusatan perhatian, gangguan daya ingat, disleksi, diskalkulia dan lain-lain. proses belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor yang ada di dalam diri anak saja, tetapi juga oleh faktor-faktor eksternal lainnya. Dengan demikian, adanya gangguan atau hambatan pada ke tiga faktor di atas dapat menimbulkan berbagai jenis kesulitan belajar pada anak.
    10. Skizofrenia : gangguan serius yang melibatkan persepsi terdistorsi dan pikiran.
      Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku- pikiran yang terganggu, dimana berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian yang keliru, afek yang datar atau tidak sesuai;dan berbagai gangguan aktivitas motorik yang bizzare . Penderita skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan, sering kali masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi. Beberapa studi menemukan bahwa ketidaknormalan dalam struktur dan fungsi otak yang terkait schizophrenia  bisa jadi mulai terbentuk sejak usia dini pertumbuhan seorang anak.

Gejala Penyerta

  • Sistem Pencernaan Nyeri perut, sering buang air besar (>3 kali/perhari), gangguan  buang air besar (kotoran keras, berak, tidak setiap hari, berak di celana, berak berwarna hitam atau hijau, berak ngeden), kembung, muntah, sulit berak, sering flatus, sariawan, mulut berbau.
  • Telinga Hidung Tenggorok Hidung : Hidung buntu, bersin, hidung gatal, pilek, post nasal drip, epitaksis, salam alergi, rabbit nose, nasal creases Tenggorok :  tenggorokan nyeri/kering/gatal,  palatum gatal, suara parau/serak, batuk pendek (berdehem), Telinga : telinga terasa penuh/ bergemuruh/berdenging, telinga bagian dalam gatal, nyeri telinga dengan gendang telinga kemerahan atau normal, gangguan pendengaran hilang timbul,  terdengar suara lebih keras, akumulasi cairan di telinga tengah, pusing, gangguan keseimbangan.
  • Kulit Sering gatal, dermatitis, urticaria, bengkak di bibir, lebam biru kehitaman, bekas hitam seperti digigit nyamuk,  berkeringat berlebihan.
  • Sistem Pernapasan Batuk, pilek, bersin, mimisan, hidung buntu, sesak(astma), sering menggerak-gerakkan /mengusap-usap hidung
  • Sering kencing dan sering mengompol

.

growupclinic.com

Supported By:

GRoW UP CLINIC JAKARTA Yudhasmara Foundation GRoW UP CLINIC I Jl Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat 10210, phone (021) 5703646 – 44466102 GRoW UP CLINIC II MENTENG SQUARE Jl Matraman 30 Jakarta Pusat 10430, Phone (021) 44466103 – 97730777email :   http://growupclinic.com http://www.facebook.com/GrowUpClinic Creating-hashtag-on-twitter@growupclinic
“GRoW UP CLINIC” Jakarta Focus and Interest on: *** Allergy Clinic Online *** Picky Eaters and Growup Clinic For Children, Teen and Adult (Klinik Khusus Gangguan Sulit Makan dan Gangguan Kenaikkan Berat Badan)*** Children Foot Clinic *** Physical Medicine and Rehabilitation Clinic *** Oral Motor Disorders and Speech Clinic *** Children Sleep Clinic *** Pain Management Clinic Jakarta *** Autism Clinic *** Children Behaviour Clinic *** Motoric & Sensory Processing Disorders Clinic *** NICU – Premature Follow up Clinic *** Lactation and Breastfeeding Clinic *** Swimming Spa Baby & Medicine Massage Therapy For Baby, Children and Teen ***
Professional Healthcare Provider “GRoW UP CLINIC” Dr Narulita Dewi SpKFR, Physical Medicine & Rehabilitation curriculum vitae HP 085777227790 PIN BB 235CF967  Clinical – Editor in Chief : Dr WIDODO JUDARWANTO, pediatrician email : judarwanto@gmail.com curriculum vitae Creating-hashtag-on-twitter: @WidoJudarwanto www.facebook.com/widodo.judarwanto Mobile Phone O8567805533 PIN BB 25AF7035

We are guilty of many errors and many faults. But our worst crime is abandoning the children, neglecting the fountain of life.
Information on this web site is provided for informational purposes only and is not a substitute for professional medical advice. You should not use the information on this web site for diagnosing or treating a medical or health condition. You should carefully read all product packaging. If you have or suspect you have a medical problem, promptly contact your professional healthcare provider

Copyright © 2013, GRoW UP CLINIC Information Education Network. All rights reserved
About these ads

Tentang GrowUp Clinic

In 1,000 days Your Children, You can change the future. Our Children Our Future
Tulisan ini dipublikasikan di **Gangguan Perilaku, **Gangguan Perkembangan - Perilaku, *Pediatric-Development Behaviour dan tag , . Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Gravatar
WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out / Ubah )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out / Ubah )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out / Ubah )

Google+ photo

You are commenting using your Google+ account. Log Out / Ubah )

Connecting to %s