Penanganan Terkini Retardasi Mental Pada Anak

Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan biasanya nilai IQ-nya di bawah 70 dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Retardasi mental tertuju pada sekelompok kelainan pada fungsi intelektual dan defisit pada kemampuan adaptif yang terjadi sebelum usia dewasa. Akan tetapi, klasifikasi retardasi mental lebih bergantung pada hasil penilaian IQ dari pada kemampuan adaptif.

Retardasi mental adalah suatu keadaan perkem-bangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.

Menurut The American Association on Mental Deficiency (AAMD), definisi retardasi mental mencakup dua dimensi utama yaitu perilaku adaptif dan kecerdasan. Retardasi mental didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana fungsi intelektual umum dibawah rerata normal disertai dengan kekurangan atau hendaya dalam perilaku adaptif yang muncul pada periode perkembangan.

Terdapat dua model pendekatan yang dipakai yaitu model pendekatan biomedik dan pendekatan sosiokultural. Dari pendekatan biomedik lebih menitikberatkan pada perubahan-perubahan dasar pada sistem otak, sedangkan pendekatan sosiokultural menyotroti fungsi-fungsi sosial dan adaptasi secara umum untuk mengikuti norma-norma yang berlaku. Beberapa istilah yang dipakai untuk retardasi mental adalah keterbelakangan mental, lemah ingatan, cacat mental, tuna mental. Istilah asing yang sering digunakan adalah mental deficiency, oligophrenia, amentia, dan mental subnormality

Prevalensi retardasi mental dari dari populasi umum sekitar 1-3%. Rasio laki-laki dan perempuan yaitu 1,5:1. Sekitar 85% dari seluruh kasus merupakan kasus Ringan.

Klasifikasi

  1. Retardasi mental ringan. Antara IQ 50-55 hingga 70. Mereka tidak selalu dapat dibedakan dengan anak-anak normal sebelum mulai bersekolah. Di usia remaja akhir biasanya mereka dapat mempelajari keterampilan akademik yang kurang lebih sama dengan level 6. Mereka dapat bekerja ketika dewasa, pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan yang rumit dan mereka bisa mempunyai anak
  2. Retardasi mental sedang. Antara IQ 35-40 hingga 50-55. Orang yang mengalami retardasi mental sedang dapat memiliki kelemahan fisik dan disfungsi neurologis yang menghambat keterampilan motorik yang normal, seperti memegang dan mewarnai dalam garis, dan keterampilan motorik kasar, seperti berlari dan memanjat. Mereka mampu, dengan banyak bimbingan dan latihan, berpergian sendiri di daerah lokal yang tidak asing bagi mereka. Banyak yang tinggal di institusi penampungan, namun sebagian besar hidup bergantung bersama keluarga atau rumah-rumah bersama yang disupervisi
  3. Retardasi mental berat . Antara IQ 20-25 hingga 35-40. Umumnya mereka memiliki abnormalitas fisik sejak lahir dan keterbatasan dalam pengendalian sensori motor. Sebagian besar tinggal di institusi penampungan dan membutuhkan bantuan supervisi terus menerus.

Menurut PPDGJ III (1993) kriteria diagnosis untuk retardasi mental meliputi:

  1. Fungsi intelektual umum secara bermakna dibawah rata-rata IQ 70 atau lebih rendah pada tes yang dilakukan individual (pada bayi karena tes intelegensi yang tersedia tidak dapat dinilai dengan angka, fungsi intelektual rata-rata dapat dibuat berdasarkan pertimbangan klinik).
  2. Bersamaan dengan itu, terdapat kekurangan atau hendaya dalam perilaku adaptif yang dipertimbangkan menurut umur dan budaya.
  3. Timbul sebelum usia 18 tahun

Dalam PPDGJ III (1993), retardasi mental diberi nomor kode F70-F73, F78 dan F79. Karakter keempat digunakan untuk menentukan luasnya hendaya perilaku, bila hal ini bukan disebabkan oleh suatu gangguan lain yang menyertai:

  • F7x.0   =    Tidak ada, atau terdapat hendaya perilaku minimalF7x.1   =    Terdapatnya hendaya perilaku yang bermakna dan memerlukan perhatian atau terapi
  • F7x.8   =    Hendaya perilaku lainnya
  • F7x.9   =    Tanpa penyebutan dari hendaya perilaku

Bila penyebab retardasi mental diketahui, maka suatu kode tambahan dari ICD-10 harus digunakan (misalnya F72 Retardasi Mental Berat ditambah E00 Sindroma Defisiensi Yodium Kongenital).

Ketentuan subtipe retardasi mental meliputi:
F70      :     Ringan                                                       Taraf IQ       :     50-69
F71      :     Sedang                                                      Taraf IQ       :     35-49
F72      :     Berat                                                         Taraf IQ       :     20-34
F73      :     Sangat Berat                                             Taraf IQ       :     dibawah 20
F78      :     Lainnya, bila penilaian dari tingkat retardasi mental dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena adanya gangguan sensorik atau fisik misalnya buta, bisu tuli dan penderita yang perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak mampu.
F79      :     Yang Tidak Tergolongkan (unspecified), bila jelas terdapat retardasi mental, tetapi tidak ada informasi yang cukup untuk menggolongkannya dalam salah satu kategori tersebut diatas.
Untuk klasifikasi yang tidak tergolongkan dipakai apabila terdapat dugaan kuat adanya retardasi mental tetapi individu tidak dapat dites dengan tes intelegensi standar karena gangguannya terlalu berat atau mereka tidak kooperatif untuk dites. Keadaan ini dapat terjadi pada anak, remaja atau dewasa. Pada bayi karena tes yang tersedia tidak menghasilkan nilai IQ menurut angka, maka penggolongan kedalam diagnosis ini dapat juga dilakukan bila terdapat pertimbangan klinik yang menunjukkan fungsi intelektual dibawah rata-rata.

Pada umumnya, makin muda seseorang makin sulit untuk menegakkan diagnosis retardasi mental kecuali terdapat retardasi mental yang sangat berat. Kategori ini tidak boleh digunakan bila fungsi intelektual diduga diatas 70.

Klasifikasi menurut faktor  sosial dan pendidikan sebagai berikut

  • Bodoh atau bebal, bila IQ 65-85, taraf perbatasan, tidak sanggup bersaing mencari nafkah dan beberapa kali tidak naik kelas di SD.
  • Debilitas (keadaan tolol), bila IQ 52-64, termasuk kategori retardasi mental ringan, dapat mencari nafkah secara sederhana dalam keadaan baik, dapat dididik dan dilatih di sekolah khusus.
  • Imbisilitas (keadaan dungu), bila IQ 35-51 (retardasi mental sedang) atau IQ 20-35 (retardasi mental berat), mengenal bahaya, ridak bisa mencari nafkah, tidak dapat dididik dan dilatih.
  • Idiosi (keadaan pandir) jika IQ kurang dari 20, termasuk golongan retardasi mental sangat berat, tidak mengenal bahaya, tidak dapat mengurus diri sendiri, tidak dapat dididik dan dilatih.

Penyebab:

Dua puluh lima persen dari penderita retardasi mental disebabkan oleh faktor biologik. Yang paling sering terdapat adalah kelainan kromosom atau metabolisme seperti pada sindroma down, phenil keton uria dan ibu yang banyak minum alkohol sewaktu hamil. Pada retardasi mental yang etiologinya faktor biologik, perbandingan jumlah penderita antara golongan sosial ekonomi tinggi dan rendah adalah sama, tidak ada peningkatan prevalensi pada anggota keluarga kecuali bila disebabkan oleh karena kelainan genetik seperti phenilketonuria. Untuk 75% sisanya tidak didapatkan faktor biologik. Retardasi mental tanpa etiologi biologik dapat dikaitkan dengan berbagai jenis deprivasi psikososial seperti deprivasi stimulasi, sosial, bahasa dan intelektual (PPDGJ II, 1983). Taraf kekurangan intelektual biasanya ringan, diagnosis biasanya ditegakkan pada waktu masuk sekolah, lebih banyak terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah dan sering terdapat pola keluarga dengan taraf retardasi mental yang sama dengan orang tua atau sauda

  • Kelainan kromosom meliputi down syndrom,fragile x syndrome , prader–willi syndrome dan cat-cry syndrom. A)Wanita yang terserang virus rubella ketika hamil akan mengalami infeksi maternal, sehingga akan menyebabkan malformasi kongental. B) Penyakit inklusi sitomeganik pada ibu > kematian anak,kalsifikasi sereberal, hidrosefalus >RM. C) Sifilis pada wanita hamil akan menimbulkan neuropatologis pada bayi yang menyebabkan RM. D) Taxoplasma menyebabkan RM ringan dan berat pada anakMengatasi bukan lahmudah,,makanya lebih baik menghindari RM tesebut. E) Klasifikasi retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :
  • Kelainan genetika = fenilketonuria, gangguan RET

Faktor Penyebab berdasarkan periode janin dan anak

Faktor prenatal:

  • Inborn error of metabolisme (Gangguan metabolisme asam amino yaitu Phenyl Keton Uria (PKU), Maple Syrup Urine Disease, gangguan siklus urea, histidiemia, homosistinuria, Distrofia okulorenal Lowe, hiperprolinemia, tirosinosis dan hiperlisinemia. Gangguan metabolisme lemak yaitu degenerasi serebromakuler dan lekoensefalopati progresif. Gangguan metabolisme karbohidrat yaitu galaktosemia dan glycogen storabe disease. Gangguan metabolik lain yaitu hiperkalsemia idiopatik, hipoparatiroidisme, sindroma Criggler-Najjar, piridoksin dependensi,  penyakit Wilson, mukopolisakaridosis.
  • Aberasi Kromosom (Gangguan Autosom yaitu Sindroma Down, Cat cry sindrom, sindroma kromosom trisomi 13, 18, 22, distrofia miotonika, epiloia (tuberous sclerosis), neurofibromatosis, sindroma Sturge-Weber (angiomatosis ensefalofasial), penyakit Lindau (angiomatosis retinoserebeler), sindroma Marfan (arakhnodaktili), sindroma Sjorgen, ichtyosis kongenital, akhondroplasia, kraniosinostosis, hipertelorisme, diabetes insifidus nefrogenik. Gangguan kromosom kelamin yaitu sindroma Klinefelter, sindroma Turner. Gangguan perkembangan lainnya yaitu anensefali, parensefali, mikrosefali, agiria, hidrosefalus agenesis korpus kalosum, sindroma Laurence-Biedl, sindroma Prader-Willi, ataksia teleangiektasia, penyakit Norrie, penyakit Kinky-hair.
  • Infeksi maternal selama kehamilan,  yaitu infeksi TORCH dan Sifilis. Cytomegali inclusion body disease merupakan penyakit infeksi virus yang paling sering menyebabkan retardasi mental. Infeksi virus ringan atau subklinik pada ibu hamil dapat menyebabkan kerusakan otak janin yang bersifat fatal. Penyakit Rubella kongenital juga dapat menyebabkan defisit mental. Terdapat hubungan antara lama ibu hamil terinfeksi dengan kejadian abnormalitas pada janin. Bayi baru lahir dengan toksoplasmosis menunjukkan kelemahan, spastisitas, hidrosefalus atau mikrosefalus, yang kemudian bermanifestasi sebagai defisit mental.
  • Komplikasi kehamilan meliputi toksemia gravidarum, Diabetes Mellitus pada ibu hamil yang tak terkontrol, malnutrisi, anoksia janin akibat plasenta previa dan solutio plasenta serta penggunaan sitostatika selama hamil.

Faktor perinatal

  • Prematuritas. Dengan kemajuan teknik obstetri dan kemajuan perinatologi menyebabkan meningkatnya keselamatan bayi dengan berat badan lahir rendah sedangkan bayi-bayi tersebut mempunyai resiko besar untuk mengalami kerusakan otak, sehingga akan didapatkan lebih banyak anak dengan retardasi mental.
  • Intra Uterine Growth Retardation Bayi-bayi yang kecil untuk masa kehamilan mempunyai resiko untuk terjadinya kerusakan otak.
  • Trauma kelahiran Yang meliputi trauma fisik 9trauma jalan lahir) dan asfiksia neonatorum.
  • Kernikterus Terjadi karena eritroblastosis fetalis, sepsis neonatorum, defisiensi G-6-PD, pemberian sulfonamid, salisilat dan sodium benzoat.

Faktor postnatal

  • Infeksi intrakranial, meliputi meningitis purulenta, meningoensefalitis dan ensefalitis.
  • Keracunan timbal
  • Trauma kapitis
  • Gangguan kejang, termasuk kejang epileptik, kejang demam dan spasmus infantil.
  • Cerebral palsy
  • Penyakit Heller
  • Malnutrisi.

Faktor Risiko

  • Prenatal : Malnutrition, terinfeks penyakit ketika dalam kandungan, atau penggunaan obat-obatan serta komunikasi alkohol pada wanita hamil.
  • Perinatal : Kesulitan dalam proses kelahiran,kekurangan oksigen selama proses persalinan.
  • Posnatal : Infeksi atau mengalami cedera kepala
  • Genetik : kelainan biologis yang memungkinkan terjadinya retardasi mental seperti sindroma Down, sindroma Fragile-X
  • Sosioekonomik : pendidikan orang tua yang rendah ditambah dengan buruknya nutrisi atau kemiskinan yang dapat berisiko menyebabkan retardasi mental.
  • Pengaruh lingkungan.
  • Kelainan Metabolik
  • Maternal substance abuse
  • Trauma atau penyakit (illness)
  • Idiopatik, kurang lebih 40%.
  • Infeksi maternal seperti infeksi Rubela, Cytomegalovirus, Sifilis genital.

Ciri-ciri retardasi mental

  • Ciri utama retardasi mental adalah lemahnya fungsi intelektual.[7] Lama sebelum muncul tes formal untuk menilai kecerdasan, orang dengan retardasi mental dianggap sebagai orang yang tidak dapat menguasai keahlian yang sesuai dengan umurnya dan tidak bisa merawat dirinya sendiri.
  • Selain intelegensinya rendah, anak dengan retardasi mental juga sulit menyesuaikan diri dan susah berkembang.Keterampilan adaptif antara lain adalah keahlian memperhatikan dan merawat diri sendiri dan mengemban tanggung jawab sosial seperti berpakaian, buang air, makan, kontrol diri, dan berinteraksi dengan kawan sebaya.

Manifestasi Klinis

Pasien anak biasanya datang dengan keluhan dismorfisme seperti mikrosefali disertai dengan gagal tumbuh sesuai usia, tidak ada tanda-tanda khusus secara fisik yang menunjukan kelainan intelektual. Kebanyakan anak dengan gangguan intelektual sulit bersosialisasi dengan anak seumurnya, tidak berkembang sesuai umurnya misalnya kurangnya pendengaran atau penglihatan, postur yang tidak sesuai, atau sulit untuk duduk atau berjalan pada anak usia 6-18 bulan. Gangguan bicara dan bahasa paling banyak terjadi setelah usia 18 bulan. Retardasi mental banyak teridentifikasi pada usia 3 tahun.

Diagnosis banding

  • Retardasi mental “brain damage” Retardasi mental akibat brain damage ialah retardasi mental yang disebabkan oleh kerusakan difus serebral karena encephalitis, meningitis, encephalopati, perdarahan, kontusio, hipoglikemia, hipoksia serebri dalam masa bayi termasuk bayi prematur, hidrosefalus sekunder dan penyakit serebral akibat intoksikasi serta infestasi parasit (toksoplasmosis). Di antara anak-anak cacat neurologik yang tampaknya terbelakang mental, ada juga anak-anak yang sebenarnya tidak terbelakang, melainkan perkembangan ekspresinya saja yang terhambat. Adanya gangguan neurologik yang menghambat daya dan kelincahan ekspresi itu adalah disleksia, sindroma Ertzam, sindroma Gertman, sindroma diskontrol, afasi dan problem sekitar dominasi serebral
  • Disleksia Anak mempunyai kesukaran dalam berbicara dan mengucapkan kata-kata segera setelah disekolahkan. Kerusakan terletak di lintasan integratif antara sirkuit visual dan sirkuit auditorik, mereka dapat berpikir tetapi mewujudkan pikirannya dalam bentuk kata-kata atau tulisan dirasa sangat sulit.
  • Sindroma Ertzam Gangguan dalam berhitung dan menulis. Motorik mereka terganggu dalam melaksanakan gerakan komplek dimana gerakan diperlukanseperti dalam hal menulis. Namun demikian ia dapat membaca dengan lancar.
  • Sindroma Gertsman Tidak dapat mengenal benda-benda dengan sensibilitasnya. Mereka mendapat banyak kesukaran dalam menulis karena tidak mampu menyusun pemikiran. Juga berhitung adalah sukar bagi mereka. Lesi serebral yang bertanggung jawab atas gangguan tersebut adalah girus angularis.
  • Sindroma diskontrol  Lambat sekali dalam mengekspresikan kehendaknya dan lambat bereaksi trerhadap stimulus dunia luar. Mereka dapat berbahasa, penglihatannya tidak terganggu dan pendengarannya baik. Namun mereka lambat diperintah atau tidak bereaksi bila diperintah. Lesi serebral yang mendasari gangguan ini tidak diketahui, tetapi pengobatannya dengan perangsang amphetamine dapat memperbaiki keadaan.
  • Afasia dan Afonia Afasia timbul sebagai akibat manifestasi lesi serebral di area brocca dan atau wernicke. Afonia adalah bisu tidak dapat mengeluarkan kata-kata karena anak ini tuli sebelum ia belajar berbahasa. Afasia motorik akibat lesi di area brocca dengan gejala tidak mampu mengeluarkan kata-kata untuk mengutarakan pikirannya dan afasia sensoris akibat lesi di area wernicke dengan gejala tidak mampu untuk mengerti bahasa lisan atau tulisan.
  • Retardasi mental “fungsional” Anak yang menderita retardasi mental fungsional adalah anak terbelakang mental karena gangguan psikososial atau kultural. Contoh yang paling sederhana untuk melukiskan pengaruh lingkungan terhadap perkembangan mental yang abnormal adalah autisme

Penanganan

  • Pemeriksaan fisik anak secara lengkap dan mengobati kelainan/penyakit yang mungkin ada.
  • Psikolog untuk menilai perkembangan mental terutama kognitif anak.
  • Pekerja sosial untuk menilai situasi keluarga bila dianggap perlu.
  • Setelah dilakukan penilaian, dirancang strategi terapi, mungkin perlu dilibatkan lebih banyak ahli. Misalnya ahli saraf anak bila menderita epilepsy, palsi serebral dll. psikiater bila anak tersebut menderita kelainan tingkah laku ; fisioterapis untuk merangsang perkembangan motorik dan sensorik ; ahli terapi bicara serta guru pendidikan luar biasa.

Pencegahan

  • Preventif primer : Memberikan perlindungan spesifik terhadap penyakit tertentu (imunisasi). Meningkatkan kesehatan dengan memberikan gizi yang baik, mengajarkan cara hidup sehat
  • Preventif Sekunder : Mendeteksi penyakit sedini mungkin. Diagnosis dini PKU (fenilketonuria) dan hipotiroid ditanggulangi (untuk mencegah kerusakan lebih lanjut). Koreksi defek sensoris kemudian dilakukan stimulasi dini (stimulasi sensoris, speech therapist)
  • Usaha pencegahan dapat dilakukan melaui pendidikan kesehatan jiwa di masyarakat, konseling genetik dan tindakan kedokteran misalnya perawatan prenatal yang baik, kehamilan pada wanita yang berumur lebih dari 40 tahun dikurangi. Konseling terhadap orang tua penderita dilakukan secara itensif, dengan tujuan antara lain membantu mereka dalam menghadapi frustasi karena mempunyai anak yang menderita retardasi mental. Selain itu juga untuk memantau kemajuan perkembangan anak serta membantu orang tua anak jika mereka menghadapi kesulitan-kesulitan sehubungan dengan upaya mereka mendidik anak retardasi mental.Orang tua hendaknya memperhatikan benar perawatan diri anak retardasi mental, sehubungan dengan fungsi peran anak dalam merawat diri kurang. Orang tua perlu mengetahui bahwa anak yang menderita retardasi mental bukanlah kesalahan dari mereka, tetapi merupakan kesalahan orang tua seandainya tidak mau berusaha mengatasi keadaan anak yang retardasi mental. Menyarankan kepada orang tua anak retardasi mental, agar anak tersebut dimasukkan di dalam pendidikan atau latihan khusus yaitu di Sekolah Luar Biasa agar mendapat perkembangan yang optimal.

Prognosis

  • Seorang anak yang mengalami retardasi mental yang berat, prognosis kedepannya ditentukan oleh keadaan anak tersebut pada masa awal kanak-kanaknya. Retardasi mental yang ringan bisa jadi terjadi hanya sementara. Anak-anak mungkin akan didiagnosa sebagai retardasi mental pada awalnya, namun pada tahun-tahun usia berikutnya, mungkin kelainannya akan dapat lebih dispesifikan, contohnya gangguan komunikasi dan autism.
  • Efek jangka panjang dari setiap individu berbeda-beda, bergantung pada derajat deficit kognitif dan adaptif, gangguan perkembangan pada masa embrionik, dan dukungan keluarga serta lingkungan.

.

growupclinic.com

Supported By:

GRoW UP CLINIC JAKARTA Yudhasmara Foundation GRoW UP CLINIC I Jl Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat 10210, phone (021) 5703646 – 44466102 GRoW UP CLINIC II MENTENG SQUARE Jl Matraman 30 Jakarta Pusat 10430, Phone (021) 44466103 – 97730777email :   http://growupclinic.com http://www.facebook.com/GrowUpClinic Creating-hashtag-on-twitter@growupclinic
“GRoW UP CLINIC” Jakarta Focus and Interest on: *** Allergy Clinic Online *** Picky Eaters and Growup Clinic For Children, Teen and Adult (Klinik Khusus Gangguan Sulit Makan dan Gangguan Kenaikkan Berat Badan)*** Children Foot Clinic *** Physical Medicine and Rehabilitation Clinic *** Oral Motor Disorders and Speech Clinic *** Children Sleep Clinic *** Pain Management Clinic Jakarta *** Autism Clinic *** Children Behaviour Clinic *** Motoric & Sensory Processing Disorders Clinic *** NICU – Premature Follow up Clinic *** Lactation and Breastfeeding Clinic *** Swimming Spa Baby & Medicine Massage Therapy For Baby, Children and Teen ***
Professional Healthcare Provider “GRoW UP CLINIC” Dr Narulita Dewi SpKFR, Physical Medicine & Rehabilitation curriculum vitae HP 085777227790 PIN BB 235CF967  Clinical – Editor in Chief : Dr WIDODO JUDARWANTO, pediatrician email : judarwanto@gmail.com curriculum vitae Creating-hashtag-on-twitter: @WidoJudarwanto www.facebook.com/widodo.judarwanto Mobile Phone O8567805533 PIN BB 25AF7035

We are guilty of many errors and many faults. But our worst crime is abandoning the children, neglecting the fountain of life.
Information on this web site is provided for informational purposes only and is not a substitute for professional medical advice. You should not use the information on this web site for diagnosing or treating a medical or health condition. You should carefully read all product packaging. If you have or suspect you have a medical problem, promptly contact your professional healthcare provider

Copyright © 2013, GRoW UP CLINIC Information Education Network. All rights reserved
About these ads

Tentang GrowUp Clinic

In 1,000 days Your Children, You can change the future. Our Children Our Future
Tulisan ini dipublikasikan di **Gangguan Perkembangan - Perilaku, *Pediatric-Development Behaviour dan tag , , . Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Gravatar
WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Logout / Ubah )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Logout / Ubah )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Logout / Ubah )

Google+ photo

You are commenting using your Google+ account. Logout / Ubah )

Connecting to %s