Antibiotika Yang Aman dan Berbahaya bagi Ibu Hamil atau Menyusui
Antibiotika banyak digunakan secara luas pada kehamilan atapun menyusui. Karena adanya efek samping yang potensial bagi ibu maupun janinnya, penggunaan antibiotika seharusnya digunakan jika terdapat indikasi yang jelas. Prinsip utama pengobatan wanita hamil dengan penyakit adalah dengan memikirkan pengobatan apakah yang tepat jika wanita tersebut tidak dalam keadaan hamil. Biasanya terdapat berbagai macam pilihan, dan untuk alasan inilah prinsip yang kedua adalah mengevaluasi keamanan obat bagi ibu dan janinnya.
Sebuah studi yang dipublikasikan di American Journal of Obstetrics and Gynecology, melaporkan, sekitar 46 persen ibu yang terlibat dalam studi menggunakan beberapa jenis antibiotik selama kehamilan atau selama proses melahirkan. Bayi-bayi yang terpapar dengan obat-obatan ini mengalami penurunan kemampuan melawan infeksi. Selain itu, hampir 50 persen dari bayi-bayi ini kebal terhadap ampicillin, spektrum antibiotik yang banyak digunakan.
Ibu hamil sebaiknya menghindari antibiotik yang diresepkan untuk mengatasi tuberculosis, infeksi saluran pernafasan dan jerawat. Obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi tuberculosis bisa menyebabkan ketulian pada anak. Selain itu, beberapa jenis antibiotik tersebut bisa menghitamkan gigi bayi Anda.
Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.
Antimikroba adalah obat yang digunakan untuk memberantas infeksi mikroba pada manusia. Sedang antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain. Infeksi merupakan penyebab utama kematian prematur pada bayi. Meskipun terapi profilaksis antibiotik belum terbukti bermanfaat, pemberian obat-obat antibiotik kepada ibu hamil dengan ketuban pecah dini dapat memperlambat kelahiran dan menurunkan insidens infeksi.
Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti strychnine, antibiotika dijuluki “peluru ajaib”: obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan Setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotika yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.
Antibiotika oral (yang dimakan) mudah digunakan bila efektif, dan antibiotika intravena (melalui infus) digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotika kadangkala dapat digunakan setempat, seperti tetes mata dan salep.
Macam-macam antibiotika
Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan sasaran kerja senyawa tersebut dan susunan kimiawinya. Ada enam kelompok antibiotika[1] dilihat dari target atau sasaran kerjanya:
- Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penisilin, Polipeptida dan
- Sefalosporin, misalnya ampisilin, penisilin G;
- Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone, misalnya rifampisin, aktinomisin D, asam nalidiksat;
- Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan
- Makrolida, Aminoglikosida, dan Tetrasiklin, misalnya gentamisin, kloramfenikol, kanamisin, streptomisin, tetrasiklin, oksitetrasiklin, eritromisin, azitromisin;
- Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomisin, valinomisin;
- Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, misalnya oligomisin, tunikamisin; dan
- Antimetabolit, misalnya azaserine.
Waspadai Kehamilan dan Menyusui
Kehamilan akan mempengaruhi pemilihan antibiotik. Umumnya penisilin dan sefalosporin dianggap sebagai preparat pilihan pertama pada kehamilan, karena pemberian sebagian besar antibiotik lainnya berkaitan dengan peningkatan risiko malformasi pada janin. Bagi beberapa obat antibiotik, seperti eritromisin, risiko tersebut rendah dan kadang-kadang setiap risiko pada janin harus dipertimbangkan terhadap keseriusan infeksi pada ibu.
Beberapa jenis antibiotika dapat menyebabkan kelainan pada janin. Hal ini terjadi karena antibiotika yang diberikan kepada wanita hamil dapat mempengaruhi janin yang dikandungnya melalui plasenta. Antibiotika yang demikian itu disebut teratogen. Definisi teratogen adalah suatu obat atau zat yang menyebabkan pertumbuhan janin yang abnormal. Kata teratogen berasal dari bahasa Yunani teras, yang berarti monster, dan genesis yang berarti asal. Jadi teratogenesis didefinisikan sebagai asal terjadinya monster atau proses gangguan proses pertumbuhan yang menghasilkan monster.
Besarnya reaksi toksik atau kelainan yang ditimbulkan oleh antibiotika dipengaruhi oleh besarnya dosis yang diberikan, lama dan saat pemberian serta sifat
genetik ibu dan janin.
Pada manusia, periode terjadinya teratogenesis adalah mulai hari ke 17 sampai hari ke 54 post konsepsi. Perlu diingat bahwa hanya sekitar 2%-3% kejadian teratogenik berhubungan dengan pajanan obat-obatan, sekitar 70% lainnya tidak diketahui. Sisanya kemungkinan berhubungan dengan kelainan genetik atau pajanan lainnya.
Besarnya reaksi toksik atau kelainan yang ditimbulkan oleh antibiotika dipengaruhi oleh besarnya dosis yang diberikan, lama dan saat pemberian serta sifat genetik ibu dan janin.
Tujuan penyajian makalah ini adalah untuk memahami aspek-aspek terapi antibiotika dalam kehamilan dan untuk mengetahui beberapa antibiotika yang digunakan.
Antibiotik yang bisa membahayakan tumbuh kembang janin. Masa paling krusial yang perlu diwaspadai adalah pada trisemester pertama kehamilan.
Obat antibiotik golongan kuinolon harus dihindari ibu hamil karena berpotensi menyebabkan kecacatan. Bila dikonsumsi saat hamil bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang pada janin. Gangguan tulang yang sering dialami bayi akibat antibiotik ini adalah terganggunya pertumbuhan tulang sehingga anak beresiko pendek. Risiko lainnya adalah tidak menutupnya tulah belakang (spina bifida).
Sebuah penelitian yang telah dilaporkan di Archives of Pediatrics & Adolescent Medicine menemukan, penisilin dan beberapa obat antibakteri lain yang umum digunakan oleh perempuan hamil tidak memicu cacat lahir. Akan tetapi, beberapa antibiotik lain, sepetrti sulfonamides dan nitrofurantoins dikaitkan dengan cacat lahir kronis dan memerlukan perhatian ekstra.
YANG PERLU PERHATIAN KHUSUS atau TIDAK BOLEH DIMINUM UNTUK IBU HAMIL dan MENYUSUI :
- Golongan Aminoglikosida (biasanya dalam turunan garam sulfate-nya), seperti amikacin sulfate, tobramycin sulfate, dibekacin sulfate, gentamycin sulfate, kanamycin sulfate, dan netilmicin sulfate.
- Golongan Sefalosporin, seperti : cefuroxime acetyl, cefotiam diHCl, cefotaxime Na, cefoperazone Na, ceftriaxone Na, cefazolin Na, cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya, cephadrine, dan ceftizoxime Na.
- Golongan Chloramfenicol, seperti : chloramfenicol, dan thiamfenicol.
- Golongan Makrolid, seperti : clarithomycin, roxirhromycin, erythromycin, spiramycin, dan azithromycin.
- Golongan Penicillin, seperti : amoxicillin, turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya.
- Golongan Kuinolon, seperti : ciprofloxacin dan turunan garam HCl-nya, ofloxacin, sparfloxacin dan norfloxacin.
- Golongan Tetracyclin, seperti : doxycycline, tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil), dan oxytetracylin (tidak boleh untuk wanita hamil).
Obat Aman Bagi Kehamilan
Berikut beberapa contoh antibiotik yang dinyatakan aman digunakan selama kehamilan:
- Amoxicillin
- Ampicillin
- Clindamycin
- Erythromycin
- Penicillin
Daftar Obat Antibiotik yang Aman dan Berbahaya untuk Ibu Hamil/Kehamilan & Menyusui :
Lactation Risk Categories |
Pregnancy Risk Categories |
|
|
|
Antibiotika |
[contents] |
|||
Amoxicillin | Larotid, Amoxil |
Approved |
B |
L1 |
Aztreonam | Azactam |
Approved |
B |
L2 |
Cefadroxil | Ultracef, Duricef |
Approved |
B |
L1 |
Cefazolin | Ancef, Kefzol |
Approved |
B |
L1 |
Cefotaxime | Claforan |
Approved |
B |
L2 |
Cefoxitin | Mefoxin |
Approved |
B |
L1 |
Cefprozil | Cefzil |
Approved |
C |
L1 |
Ceftazidime | Ceftazidime, Fortaz, Taxidime |
Approved |
B |
L1 |
Ceftriaxone | Rocephin |
Approved |
B |
L2 |
Ciprofloxacin | Cipro |
Approved |
C |
L3 |
Clindamycin | Cleocin |
Approved |
B |
L3 |
Erythromycin | E-Mycin, Ery-tab, ERYC, Ilosone |
Approved |
B |
L1 |
Fleroxacin | - |
Approved |
- |
NR |
Gentamicin | Garamycin |
Approved |
C |
L2 |
Kanamycin | Kebecil, Kantrex |
Approved |
D |
L2 |
Moxalactam | Moxam |
Approved |
- |
NR |
Nitrofurantoin | Macrobid |
Approved |
B |
L2 |
Ofloxacin | Floxin |
Approved |
C |
L2 |
Penicillin | - |
Approved |
B |
L1 |
Streptomycin | Streptomycin |
Approved |
D |
L3 |
Sulbactam | - |
Approved |
- |
NR |
Sulfisoxazole | Gantrisin, Azo-Gantrisin |
Approved |
C |
L2 |
Tetracycline | Achromycin, Sumycin, Terramycin |
Approved |
D |
L2 |
Ticarcillin | Ticarcillin, Ticar, Timentin |
Approved |
B |
L1 |
Trimethoprim/sulfamethoxazole | Proloprim, Trimpex |
Approved |
C |
L3 |
terimakasih atas info yg lengkap ini yah…..ini sgt berguna untuk ibu menyusui spt saya yg terpaksa harus minum antibiotika di karenakan sakit. jadi saya tidak ragu jika hrs minum obat tsb.