Terapi Sensory Integration Untuk Anak Normal Tapi Bermasalah

Terapi Sensori Integrasi Bukan Hanya Untuk Anak Autis atau ADHD. Tetapi sering diuakan untuk anak dengan gangguan otak yang kurang dapat mengintegrasikan berbagai input sensonik dengan baik, yaitu anak-anak yang tidak mempunyai masalah S.I. akan menunjukan perilaku yang dapat menunjang keberhasilan dalam berperan sebagai anak seusianya, anggota keluarga di rumah, teman anak-anak sebayanya, murid di sekolah, dan dirinya sendiri.

Anak normal atau anak sehat sebagian besar juga mengalami masalah gangguan perilaku, gangg8an konsentrasi, gangguan emosi dan gangguan perilaku lainnya. Meski dalam keadaan yang lebih ringan dibandingkan Autisme dan ADHD tetapi sering menanggu dan seringdikeluhakan orangtua kepada dokter. Bahkan sebagian klinisi menyikapi esacar berbeda. Ada yang menganggap normal tak perlu dikawatirkan tetapi ada juga yang menganggap berlebihan sehingga mencemaskan orangtua. Kadang sebagian anak norma ini sering didiagniosis ADHD atau Autism meski anak dalam keadaan normal. Hal ini sulit dihindari karena bila tidka cermat tanda dan gejalanya mirip gangguan tersebut.

Sensori integrasi

Sensori integrasi sendiri adalah sebuah proses otak alamiah yang tidak disadari. Dalam proses ini informasi dari seluruh indera akan dikelola kemudia diberi arti lalu disaring, mana yang penting dan mana yang diacuhkan. Proses ini memungkinkan kita untuk berprilaku sesuai dengan pengalaman dan merupakan dasar bagi kemampuan akademik dan prilaku sosial.

Sensori integrasi merupakan teori dan metode yang membantu memberikan penjelasan pada beberapa prilaku yang dimunculkan pada anak berkebutuhan khusus berhubungan dengan permasalahan proses sensori yang terjadi. Serta memberikan strategi penanganan yang dapat dilakukan di pusat terapi, rumah dan sekolah secara tepat..

Setiap detik, menit dan jam tak terhitung berapa banyak informasi sensori yang masuk kedalam tubuh manusia seperti aliran air sungai yang tak hentinya. Tidak hanya dari telinga dan mata, tapi dari seluruh bagian tubuh. Sang anak harus mampu untuk mengatur seluruh sensori tersebut jika seseorang ingin bergerak, belajar dan berprilaku. Sensori tersebut memberikan informasi tentang kondisi fisik tubuh dan lingkungan disekitar.

si1.jpg

Kesulitan belajar yang disebabkan masalah pada sensori integrasi membuat sang siswa kesulitan mengatur informasi yang masuk yang membuatnya sulit untuk berkonsentrasi dan menyerap materi pelajaran. Sehingga memunculkan beberapa prilaku yang bersifat spesifik terhadap masalah pengintegrasian sensorinya.

Berdasarkan teori bahwa proses pengintegrasian sensori berada di otak yang mengatur jalur informasi sensori yang kemudian diproses hingga akhirnya menjadi respon atas situasi yang terjadi di lingkungan. Otak dalam hal ini berperan sebagai polisi yang mengatur lalu lintas informasi sensori sehingga dapat diproses secara efisien.

Sensori Integrasi dalam hal ini berperan menemukan jawaban kesulitan sang siswa selama proses belajar di sekolah yang berhubungan dengan masalah pada proses sensori. Penanganan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan karakteristik dan keunikan yang dimiliki dengan masalah yang saat ini dihadapi.

Dengan sebuah keyakinan bahwa “setiap anak memiliki potensi yang perlu dikembangkan”, sensori integrasi melakukan penanganan dengan media permainan yang memiliki efek terapuetik sehingga masalah yang dihadapi saat disekolah dapat diatasi

Ada 7 sistem indera yang menjadi perhatian dalam Sensori integrasi yakni, pengelihatan, pendengaran, perasa, penciuman, taktil (perabaan) , vestibular (kesigapan tubuh), dan proprioseptif (posisi dalam ruang).

  • Organ vestibular terletak di mata, kanal dalam telinga, dan otak kecil. Fungsinya sebagai pengatur informasi dan pengatur kesigapan dan keseimbangan gerak tubuh. Bila organ ini bekerja baik, kita dapat dengan mudah mengatur gerak tubuh ke arah atas-bawah, kanan-kiri, depan-belakang dan membedakannya dengan baik.
  • Sistem proprioseptif adalah otot, sendi, dan ligamen. Sistem indera ini juga membantu kita dalam bergerak dan menyesuaikan posisi di dalam ruang.

Proses sensori integrasi terjadi secara bertahap, kegagalan di satu tahap akan berpengaruh pada tahap berikutnya. Anak yang optimal dalam proses sensori integrasi akan memiliki kemampuan komunikasi, kemampuan mengatur, harga diri, kepercayaan diri, kemampuan akademik, kemampuan berfikir abstrak dan penalaran, serta spesialisasi setiap sisi tubuh dan otak. Hasil akhir proses sensrori integrasi tersebut baru tercapai saat anak mulai usia SD.

Pada kebanyakan anak, perkembangan dari proses S.I. ini terjadi secara ilmiah ketika anak-anak ini melakukan berbagai aktifitas sehari-hari sejak masa bayi samapi dia siap untuk bersekolah. bila proses S.I. ini berfungsi dengan baik, maka otak dapat berkembang dengan baik, sehingga pada usia sekolah, si anak akan mempu :

  • memberikan reaksi yang baik terhadap berbagai informasi sensorik yang biasa diterima oleh anak sekolah.
  • menunjukan tingkat perkembangan sensori-motor, kognitif, emosi, dan sosialisasi yang sesuai dengan umurnya
  • menghadapi berbagai tuntutan akademis yang selalu bertambah sejalan dengan bertambahnya umur anak.

Dilain pihak, anak-anak yang mengalami gangguan dalam perkembangan Sensory Integration, dengan perkataan lain mengalami masalah Sensory Integration biasanya menunjukan berbagai masalah dalam belajar dan/atau perilaku. Anak-anak ini mungkin memperlihatkan satu atau lebih dari gejala-gejala dibawah ini :

  • hambatan prestasi sekolah
  • kurang percaya diri
  • masalah emosi dan/atau sosialisasi
  • tampak terlalu aktif ataupun terlalu pendiam
  • perhatiannya mudah teralih
  • kurang dapat mengontrol diri
  • terlalu peka atau kurang peka terhadap sentuhan, gerakan, suara, dsb.
  • gerakannya tampak kikuk tidak luwes atau tampak serampangan
  • hambatan pada perkembangan keterampailan motorik ,bicara ,dan / atau pengertian bahasa
  • kadang-kadang tamapak tidak perduli pada orang sekitarnya

Bila seorang anak menunjukan beberapa gejala gangguan sensory integration seperti yang telah diuraikan di atas, seringkali orang tuanya menanyakan mengenai penyebabnya. Pada saat ini penyebab gangguan sensory integration pada seorang anak tertentu biasanya sulit untuk ditujukan dengan pasti.

Pada umumnya masalah sensory integration ditemukan pada anak-anak yang mengalami masalah perkembangan seperti ADHD, Gangguan Perkembangan Pervasif (meliputi Autisme, Sindroma Asperger, dan Multi System Developmental Disorder), Gangguan Belajar, Gangguan perkembangan bahasa, dsb. Pada anak-anak tersebut, masalah sensory integration ditemukan menyertai masalah perkembangan yang utama (yang mendapat diagnosa medik).

Pada anak-anak dibawah tiga tahun kadang-kadang ditemukan sekumpulan masalah perilaku yang sangat erat kaitannya dengan kemampuan otak anak Anak-anak yang mempunyai masalah registrasi input sensorik, sulit memahami hal-hal yang terjadi, karena otaknya dari waktu ke waktu tidak dapat meregister input sensorik yang diterima oleh alat-alat inderanya. Dengan terapi sensory integration anak-anak ini akan dibantu untuk dapat meregister, memproses dan memahami berbagai input sensorik, sehingga dia akan lebih mengerti apa-apa yang terjadi di sekitarnya, dan bagaimana dia harus memberikan reaksi yang sesuai. Pada anak-anak di bawah 3 tahun, terapi sensory integration membuat mereka dapat melakukan eksplorasi dengan lebih bermakna; baik dalam lingkungan fisik maupun terhadap lingkungan sosial. Hal ini dimungkinkan karena dia jadi mampu melakukan analisa terhadap input-input sensorik yang dihadapinya, dengan lebih tepat. Hal ini berkaitan pula denga masalah modulasi yang sering disertai dengan masalah dalam memustakan perhatian. Setelah mengikuti sensory integration, anak-anak yang perhatiannya mudah teralih dan sulit untuk memusatkan perhatian akan menunjukan peningkatan kemampuan untuk memusatkan perhatian. Maka dia lebih mampu menyimak , mencerna dan memahami hal-hal yang ada disekitarnya.

Penderita dengan gangguan sensori integrasi sering kali salah mengartikan informasi sensorik yang masuk. Individu ini merasa seperti dihujani dengan informasi dan tidak mampu memproses informasi yang masuk. Secara fisiologis, gangguan sensori integrasi mencerminkan adanya disfungsi neurologis sentral yang ringan, yang meliputi sistem multisensorik. Kelainan ini mempengaruhi perilaku seseorang dalam cara-cara yang sulit dipahami, kecuali diamati oleh profesional, yang secara khusus mempelajari teori sensori integrasi.

Gangguan sensori integrasi ke dalam 3 (tiga) kelompok besar:

  1. Gangguan sensori modulasi (sensory modulation disorder), yaitu kesulitan dalam mengatur intensitas respon adaptif terhadap suatu stimulus tertentu. Individu yang mengalami ganguan modulasi dapat menunjukan reaksi yang tidak sesuai dengan situasi. Menunjukan reaksi berlebihan atau bahkan tidak bereaksi. Contoh : anak tidak tahan dengan suara blender, maka ia akan menangis, menutup telinga, lari ke kamar atau minta blender dimatikan.
  2. Gangguan diskriminasi sensori (sensory discrimination disorder), yaitu ketidakmampuan dalam mengartikan kualitas sentuhan, gerakan dan posisi tubuh atau kesulitan dalam mempersepsikan suatu input secara tepat (Bundy, dkk, 2002). Contoh : mainan sering rusak, karena anak tidak bisa mengontrol kekuatan, menulis terlalu tebal atau tipis. Gangguan diskriminasi visual akan menghambat anak dalam perkembangan membaca. Sedangkan gangguan diskriminasi taktil akan mengganggu perkembangan motorik halus, seperti menulis.
  3. Gangguan praksis (sensory based motor-disorder), yaitu ketidak mampuan dalam merencanakan suatu gerak motorik baru, sebagai manifestasi gangguan pemrosesan sensoris dari sistem vestibuler dan proprioseptif . Contoh : Anak lebih lama melakukan sesuatu dari anak lain, misalnya belajar naik sepeda, menalikan sepatu, menulis, dsb. Ada pula anak yang menghindari berbagai  aktivitas karena tidak dapat melakukan dengan baik.

SENSORI PROCESSING DIFFICULTIES

Sensory Sensitifity

  • anak pasif / menerima
  • terlalu sensitif terhadap stimulasi sensoris
  • tidak mampu mengurangi input sensoris ke tingkat fungsional untuk belajar

Sensory Avoiding

  • Anak menolak input sensoris
  • Menolak adanya perubahan
  • Menghindari sentuhan dan gerakan

Sensory Seeking

  • Aktif mencari input sensoris
  • Mencari tingkat stimulasi sensoris yang lebih tinggi dibanding seusianya
  • Anak selalu aktif dan mudah terangsang

Poor / Low Registration

  • Anak kurang inisiatif dan cenderung pasif
  • Mudah lelah dan nampak lesu
  • Anak tidak terlibat seperti yang seharusnya di lingkungan]

DISFUNGSI TAKTIL

  •  Tidak menyadari sensasi sentuhan
  •  Sedikit respon terhadap goresan, memar, atau luka
  • Tidak Peduli terhadap perubahan suhu
  • Kegagalan untuk menyadari makanan pedas atau panas
  • Tidak menyadari kondisi cuaca, seperti angin atau hujan
  • Tidak menyadari rasa nyeri orang lain, sering bermain kasar dan menyakiti orang lain secara tidak sengaja.

Gejala stimulasi taktil (sensory seeking)

    • Sangat membutuhkan sentuhan, menggelitik, pijat punggung, dan pelukan
    • Kadang melakukan tindakan mencederai diri, seperti menggigit, mencubit, atau membenturkan kepala
    • Merasa perlu untuk menyentuh dan merasakan segala sesuatu di lingkungan, dimana anak-anak lain memahami untuk tidak menyentuh
    • Memutar rambut dengan jari
    • Suka menyentuh permukaan lembut atau halus
    • Menyukai objek yang bergetar
    • Kadang menjejalkan makanan di mulut saat makan
    • Mempunyai toleransi tinggi untuk panas dan suhu dingin
    • Lebih suka makanan pedas
    • Sering melepas kaus kaki dan sepatu

DISFUNGSI PROPRIOSEPTIF

  • Suka melompat di atas trampolin, gulat dan kegiatan menabrakkan diri
  • Berjalan dengan kaki berat yang terdengar seperti menghentak
  • Menendang lantai atau kursi sambil duduk
  • Lebih menyukai pakaian ketat
  • Suka menggigit atau mengisap jari
  • Menyukai pelukan
  • Kadang menggiling gigi
  • Mungkin memukul, atau mendorong anak-anak lain
  • Suka mengunyah pena, sedotan atau kemeja
  • Melakukan kegiatan dengan tenaga berlebihan (misalnya membanting pintu, meletakkan benda-benda dengan keras)

DISFUNGSI VESTIBULAR

Organ vestibular berada di telinga bagian dalam. Mendeteksi setiap perubahan posisi kepala yang berkaitan dengan keseimbangan dan gerakan. Disfungsi pendengaran juga sering terjadi bersamaan dengan gangguan vestibular, karena keduanya dirasakan dalam sistem telinga. Kemampuan sistem saraf tergantung pada sistem vestibular yang berfungsi dengan benar untuk memproses input sensorik dari semua indera kita. Jika ada disfungsi vestibular, maka semua aspek lain dari sistem saraf akan gagal berfungsi secara akurat juga. Tanda-tanda disfungsi vestibular meliputi perilaku mencari sensorik (sensoty seeking), dan/atau hiper/hipo sensitivitas terhadap gerakan.

  • Disfungsi menyebabkan resistensi terhadap permainan yang bergerak, seperti ayunan, slide atau komidi putar
  • Hasrat melaksanakan tugas dengan bergerak perlahan dan hati-hati
  • Takut ketinggian dan takut jatuh
  • Mudah kehilangan keseimbangan
  • Menghindari tangga, lift, dan eskalator
  • Minta dukungan fisik dari orang dewasa dalam aktivitas

Tanda-tanda Hiposensitif terhadap Gerakan :

  • Tidak menyadari jika dipindahkan
  • Kurangnya motivasi untuk aktif bergerak
  • Bermain ayunan dalam jangka waktu yang lama tanpa merasakan pusing
  • Tidak menyadari sensasi jatuh dan gagal melindungi dirinya sendiri dengan tangan atau kaki

Tanda-tanda perilaku mencari input vestibular :

  • Menyukai wahana taman hiburan
  • Biasanya digambarkan sebagai hiperaktif – selalu berlari, melompat, dan melompat
  • Melibatkan dalam gerakan-gerakan goyang atau ritmis dalam aktivitas
  • Mempunyai masalah untuk duduk diam
  • Kadang menggelengkan kepala dengan keras atau mengayunkan berirama
  • Menyukai gerakan intens termasuk melompat, posisi terbalik
  • Suka berayun sangat tinggi
  • Menyukai jungkat-jungkit, papan jungkat totters atau trampolin lebih dari anak-anak lain
  • Menyukai berputar dalam lingkaran

Tanda-tanda kelemahan tonus otot dan koordinasi:

  • Tubuh lemah
  • Sering duduk dengan posisi “W” ketika di lantai
  • Kadang melewatkan tahap merangkak saat bayi bayi
  • Lemahnya motorik kasar dan keterampilan motorik halus
  • Butuh perjuangan keras untuk meniru gerakan tari dan latihan

GANGGUAN MOTORIK HALUS DAN GANGGUAN LAIN YANG MENYERTAI:

  • Keterampilan motorik halus kurang baik dan punya masalah dalam ADL, seperti menarik resleting celana, mengancingkan baju.
  • Kesulitan menggunakan gunting, pensil, atau krayon.
  • Perlu pemikiran keras untuk menentukan karakteristik fisik dari objek dalam segi bentuk, ukuran, suhu tekstur, atau berat.
  • Mungkin takut gelap.
  • Mempunyai masalah mengidentifikasi objek hanya dengan perasaan mereka.

supported by

GRoW UP CLINIC JAKARTA Yudhasmara Foundation Inspirasi Orangtua Cerdas, Tumbuhkan Anak Semakin Sehat, Kuat dan Pintar

  • GRoW UP CLINIC I Jl Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat 10210, phone (021) 5703646 – 44466102
  • GRoW UP CLINIC II MENTENG SQUARE Jl Matraman 30 Jakarta Pusat 10430, phone (021) 44466103 – 97730777
  • email :
  • http://childrengrowup.wordpress.com
  • http://www.facebook.com/GrowUpClinic
  • Creating-hashtag-on-twitter@growupclinic
WORKING TOGETHER SUPPORT TO THE HEALTH OF ALL BY CLINICAL, RESEARCH AND EDUCATIONS. Advancing of the future pediatric and future parenting to optimalized physical, mental and social health and well being for fetal, newborn, infant, children, adolescents and adult
“GRoW UP CLINIC JAKARTA” For Children, Teen and Adult Focus and Interest on:

  • Allergy Clinic Online
  • Picky Eaters and Growup Clinic For Children, Teen and Adult (Klinik Khusus Gangguan Sulit Makan dan Gangguan Kenaikkan Berat Badan)
  • Children Foot Clinic
  • Physiotherapy and Rehabilitation Clinic
  • Oral Motor Disorders and Speech Clinic
  • Children Sleep Clinic
  • Pain Management Clinic Jakarta
  • Autism Clinic
  • Children Behaviour Clinic
  • Motoric & Sensory Processing Disorders Clinic
  • NICU – Premature Follow up Clinic
  • Lactation and Breastfeeding Clinic
  • Swimming Spa Baby & Medicine Massage Therapy For Baby, Children and Teen

Professional Healthcare Provider “GRoW UP CLINIC”

  • Dr Narulita Dewi SpKFR, Physical Medicine & Rehabilitation curriculum vitae HP 085777227790 PIN BB 235CF967
  • Dr Widodo Judarwanto, Pediatrician
  • Fisioterapis dan terapi okupasi lainnya

Clinical – Editor in Chief :

Dr WIDODO JUDARWANTO, pediatrician

  • email :
  • curriculum vitae
  • For Daily Newsletter join with this Twitter https://twitter.com/WidoJudarwanto
  • Creating-hashtag-on-twitter: @WidoJudarwanto
  • www.facebook.com/widodo.judarwanto
  • Mobile Phone O8567805533
  • PIN BB 28839D57

Information on this web site is provided for informational purposes only and is not a substitute for professional medical advice. You should not use the information on this web site for diagnosing or treating a medical or health condition. You should carefully read all product packaging. If you have or suspect you have a medical problem, promptly contact your professional healthcare provider

Copyright © 2012, GRoW UP CLINIC Information Education Network. All rights reserved

About these ads

Tentang GrowUp Clinic

In 1,000 days Your Children, You can change the future. Our Children Our Future
Tulisan ini dipublikasikan di **Gangguan Perilaku, **Gangguan Perkembangan - Perilaku, **Gangguan Sensoris, *Pediatric-Development Behaviour dan tag , . Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Gravatar
WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Logout / Ubah )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Logout / Ubah )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Logout / Ubah )

Google+ photo

You are commenting using your Google+ account. Logout / Ubah )

Connecting to %s