Heboh Susu Sapi Berbahaya dan Tidak Baik Dikonsumsi
Saat ini banyak masyarakat sangat bingung dan cemas ketika belakangan dihebohkan informasi bahwa susu sapi berbahaya, layak tidak dikonsumsi dalam jangka panjang karena mengakibatkan osteoporosis dan penyakit berbahaya lainnya. Ternyata informasi yang salah dan menyesatkan itu diolah secara tidak benar oleh sebagian penulis atau jurnalis berdasarkan referensi dari sebuah buku yang diklaim best seller dengan judul The Miracle of Enzyme karangan Dr. Hiromi Shinya. Meskipun tidak semua dari buku tersebut mengandung kontroversi. Tetapi justru hal kontroversial yang dibesar-besarkan dan dipahami secara tidak benar.
Di Media masa atau media online kontroversi ini diperumit ketika seorang Guru Besar Gizi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr Waloejo Soerjodibroto, juga mengatakan meski belum membaca buku itu sempat menyatakan bahwa pendapat tersebut masuk akal. Waloejo selanjutnya juga menyatakan bahwa setuju dengan sebagian pendapat Shinya bahwa susu sapi memang paling cocok untuk anak sapi, bukan untuk anak manusia, apalagi manusia dewasa. Pendapat Hiromi Shinya tersebut sangat kontroversial dan menyesatkan karena tidak berdasarkan fakta ilmiah dan penelitian, tetapi hanya berdasarkan opini atas pengalaman pribadi.
Namun hingga saat ini dalam pubmed online atau jurnal ilmiah kedokteran yang diakui dan berkualitas di dunia internasional ternyata tidak ada satupun penelitian atas nama Hiromi Shinya. Kontroversi informasi kesehatan seringkali ditimbulkan oleh opini dokter atau dokter ahli bila tidak berdasarkan penelitian ilmiah. Bahkan opini seorang profesorpun seharusnya tidak bisa diikuti dan dijadikan pedoman bila tidak berdasarkan data penelitian ilmiah berupa Kejadian Ilmiah Berbasis Bukti atau Evidance Base Medicine.
Mitos Susu Sapi berbahaya Dan layak Tidak Dikonsumsi
- Tidak ada makanan lain yang lebih sulit di cerna daripada susu sapi Susu sapi sama seperti makanan lainnya dalam keadaan individu sehat maka susu sapi mudah dicerna.Pada penderita alergi atau hipersensitif saluran cerna kandungan gluten, kasein, whey, atau 40 protein lainnya yang adavpada susu sapi murni atau susu formula memang bisa mengganggu yang dapat berdampak gangguan fungsi saluran cerna. Bila fungsi saluran cerna terganggua maka [penyerapannya tergangg
- Kasein yg membentuk kira-kira 80% dari protein yang terdapat dalam susu, langsung menggumpal menjadi satu begitu memasuki lambung sehingga menjadi sangat sulit di cerna. Protein susu sapi terbagi menjadi kasein and whey. Kasein yang berupa bagian susu berbentuk kental biasanya didapatkan pada terdiri dari 76-86% dari protein susu sapi. Kasein dapat dipresipitasi dengan zat asam pada pH 4,6. Whey terdiri dari 20% total protein susu, yang terdiri dari β -lactoglobulin (9% total protein susu), α -lactalbumin (4%), bovine immunoglobulin (2%), bovine serum albumin (1%), dan sebagian kecil beberapa proteins seperti lactoferrin, transferrin, lipases (4%). Kasein memang bagian pa;ing ental dari susu sapi tetapi bukan berarti tidak dapat atau sulit dicerna. Sekali lagi penyerapannya terganggu pada penderita hipersensitif dan alergi saluran cerna
- Komponen susu yang di jual di toko telah dihomogenisasi dan menghasilkan radikal bebas. Sampai saat ini tidak ada penelitian yang menunjukkan hal seperti itu. Tetapi memang benar pada penderita alergi susu sapi dapat terjadi pengeluaran berbagai zat mediator di dalam tubuh manusia yang dapat menggganggu tubuh salah satunya yang berdampak mengahsilkan radikal bebas. Tetapi pada orang sehat hal itu tidak akan terjadi
- Susu yang dipasteurisasi tidak mengandung enzim-enzim yang berharga, lemaknya teroksidasi dan kualitas proteinnya berubah akibat suhu yg tinggi Pasteurisasi adalah sebuah proses pemanasan makanan dengan tujuan membunuh organisme merugikan seperti bakteri, virus, protozoa, kapang, dan khamir. Proses ini diberi nama atas penemunya Louis Pasteur seorang ilmuwan Perancis. Tes pasteurisasi pertama diselesaikan oleh Pasteur dan Claude Bernard pada 20 April 1862. Tidak seperti sterilisasi, pasteurisasi tidak dimaksudkan untuk membunuh seluruh mikroorganisme di makanan. Pasteurisasi bertujuan untuk mencapai “pengurangan log” dalam jumlah organisme, mengurangi jumlah mereka sehingga tidak lagi bisa menyebabkan penyakit dengan syarat produk yang telah dipasteurisasi didinginkan dan digunakan sebelum tanggal kedaluwarsa. Pada proses pengolahan susu, penambahan zat gizi tertentu memiliki banyak tujuan, misalnya menggantikan zat gizi yang hilang selama proses pengolahan. Tehnik penambahan zat-zat gizi ke dalam makanan disebut fortifikasi. Fortifikasi dalam susu kebanyakan dilakukan ke dalam susu bubuk, dikarenakan selama pengolahan susu menjadi susu bubuk banyak nutrisi yang hilang oleh panas. Salah satu zat gizi yang sering ditambahkan dalam susu bubuk adalah AA dan DHA. Namun demikian, belum ada hasil penelitian yang pasti apakah AA dan DHA yang ditambahkan ke dalam susu bubuk dapat diserap dan dimanfaatkan tubuh sama baiknya dengan yang alami. Jika dilihat dari teknik pengolahannya, susu cair UHT memiliki keunggulan yaitu zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya
relatif tidak berubah selama proses. Teknik pengolahan UHT (Ultra High Temperature) adalah teknik pengolahan susu paling mutakhir, di mana
susu sapi segar dipanaskan dengan suhu 140C selama 4 detik saja. Hasilnya, susu
UHT bebas dari segala mikroba namun sejumlah kandungan nutrisi alaminya tetap
terjaga. Sejumlah vitamin, mineral, protein, asam lemak, asam amino yang
terkandung di dalamnya tetap aman dan dapat dengan mudah diserap tubuh - Susu yang mengandung banyak zat lemak teroksidasi mengacaukan lingkungan dalam usus, meningkatkan jumlah bakteri jahat, dan menghancurkan keseimbangan flora bakteri dalam usus. Gangguan pada lingkungan dalam usus, meningkatkan jumlah bakteri jahat, dan menghancurkan keseimbangan flora bakteri dalam usus bisa saja terjadi pada orang yang tidak sehat khusus individu yang mengalami daya tahan tubuh menurun seperti penderita AIDS, malnutrisi (kurang Gizi), penderita tuberkulosis, gangguan metabolisme dan gangguan kronis lainnya. Hal ini juga bisa terjadi pada penderita Autis,, alergi makanan atau penderita intoleransi makanan lainnya. Pada penderita seperti itu memang pemberian susu sapi harus di bawah rekomendasi dokter ahli, karena akan memperberat gangguan pada saluran cerna. Bukan hanya susu berbagai jenis makanan tertentu khususnya yang mengakibatkan reaksi simpang makanan atau alergi makanan dapat menanggu juga. tetapi sebaliknya pada manusia sehat hal tersebut tidak berdampak apapun.
- Jika wanita hamil minum susu sapi, anak-anak mereka cenderung lebih mudah terjangkit dermatitis atopik (Penyakit radang kulit yang parah). Sampai saat ini belum ada cukup bukti ilmiah bahwa dengan pembatasan diet ibu selama kehamilan memainkan peran penting dalam mencegah penyakit atopik pada bayi seperti asma, rinitis alergi (hay fever), alergi makanan atau dermatitis (eksim). Namun Epsghan dan Committes on Nutrition AAP tetap menganjurkan hanya eliminasi diet jenis kacang-kacangan untuk pencegahan alergi sejak dalam kehamilan bukan menghindari susu sapi.
- Minum susu terlalu banyak sebenarnya menyebabkan osteoporosis. Dr. Hiromi dalam bukunya memperlihatkan hasil penelitiannya bahwa suplemen kalsium dan produk susu bisa menyebabkan osteoporosis. Dari pubmed atau berbagai literatur penelitian yang resmi dan diakui di dunia tidak ada satupun penelitian yang menunjukkan hal demikian. Justru sebaliknya peneltian yang dilakukan Goulding A dkk menunjukkan anak-anak yang menghindari susu dan tidak menggunakan pengganti makanan kaya kalsium yang tepat dan memiliki asupan kalsium yang rendah makanan dan nilai-nilai bone mineral density (kepadatan mineral tulang) yang rendah. Anak seperti ini beresiko terjadi fraktur atau patah tulang sebelum usia pra pubertas. Justru saat rekomendasi yang benar dalam konsumsi kalsium minimal yang dianjurkan bagi orang dewasa adalah 800mg per hari. Dalam keadaan hamil, kebutuhan Kalsium meningkat menjadi 1000mg per hari. Kadar kalsium per 100ml susu segar adalah 250mg. Jika dalam sehari seseorang mengonsumsi 2-3 gelas susu cair (500ml-750ml), maka perolehan Kalsiumnya adalah 1250mg-1875mg. Tetapi memang terdapat penelitian yang dilakukan oleh Hidvégi E pada penderita alergi susu sapi dapat menurunkan penurunan minrelisasi tulang yang diukur dengan osteodensitometry. Hal ini terjadi karena pada penderita alergi susu sapi selain asupan susu sapi kurang ternyata dapat mengakibatkan kerusakan epitel saluran cerna yang dapat mengganggu penyerapan makanan. Selain itu bila hal ini terjadi dapat terjadi gangguan mual dan muntah yang akan mengakibatkan anak sulit makan. Saat anak sulit makan berkepanjangan terjadi asupan nutrisi tidak optimal sehingga berdampak kekurangan asupan vitamin, mineral atau mikronutrien lainnya termasuk kalsium.
- Orang yang minum susu sapi saluran cernanya rusak. Hasil pengamatan Hiromi menunjukkan bahwa bentuk usus orang yang memiliki pola makan dan minum buruk akan terlihat benjol-benjol, luka-luka, bisul-bisul, bercak-bercak hitam, dan menyempit di sana-sini. Ini artinya tidak memenuhi syarat yang diinginkan usus. Sedangkan usus orang yang pola makan dan minumnya baik, digambarkannya sangat bagus, bintik-bintik rata, kemerahan, dan segar. Hal ini memang tidak salah pada penderita alergi makanan dan intoleransi makanan dapat menganggu saluran cerna dapat berdampak proktokolitis, entero colitis, alergi eosinophilic gastroenteritis, sindrom enteropati, immediate gastrointestinal hypersensitivity (anaphylaxis), oral allergy syndrome, allergic eosinophilic esophagitis, gastritis, and gastroenterocolitis, dietary protein enterocolitis, proctitis, enteropathy, celiac disease atau Irritable Bowel Syndrome. Pada bayi bisa berdampak colic, gastroesophageal reflux, dan konstipasi (Sulit BAB) berkepanjangan. Berbagai gangguan tersebut bisa saja dapat menampilkan berbagai tanda dan gejala keruskan saluran cerna seperti yang digambarkan dr Hiromi. Tetapi sekali lagi hal itu sering terjadi pada penderita alergi dan hipersensitif saluran cerna.
Kehebatan Susu Sapi
Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia betina. Susu adalah sumber gizi utama bagi bayi sebelum mereka dapat mencerna makanan padat. Susu sapi juga diolah menjadi berbagai produk seperti mentega, yogurt, es krim, keju, susu kental manis, susu bubuk dan lain-lainnya untuk konsumsi manusia. Dewasa ini, susu memiliki banyak fungsi dan manfaat. Untuk umur produktif, susu membantu pertumbuhan mereka. Untuk orang lanjut usia, susu membantu menopang tulang agar tidak keropos. Susu mengandung banyak vitamin dan protein. Karena gizinya yang sangat tinggi, maka setiap orang khususnya anak-anak dalam usia pertumbuhan dianjurkan minum susu.
Peranan gizi, fungsi metabolisme tubuh dan hubungan kuantitatif antara intake makanan dan kesehatan untuk sejumlah mineral dan elemen telah lebih jelas diungkapkan oleh banyak peneliti dan ahlim kesehatan. Termasuk pentingnya kalsium dalam penyebab dan pengobatan osteoporosis dan hipertensi. Informasi yang dapat dipercaya sekarang tersedia di situs kesehatan terpecaya di dunia Internasional, Faktor-faktor utama yang mempengaruhi hal itu, sebagian besar mineral dan elemen terdapat dalam susu sapi. Kontribusi produk susu sapi dan susu untuk diet di negara-negara Barat adalah sangat signifikan untuk asupan natrium, kalium, klorida, kalsium, fosfor, seng, dan yodium. Dengan meningkatnya teknologi dan pengetehauan kedokteran modern, dalam beberapa tahun terakhir ini terjadi perubahan yang cukup besar dalam asupan mineral dan kandungan unsur formula telah direkomendasikan diberikan dalam susu formula susu sapi. Sementara bentuk kimia dari macrominerals dan beberapa elemen (besi, seng, tembaga, dan mangan), Natrium, kalium, klorida, dan iodium diyakini hampir seluruhnya dapat diserap dengan baik dari susu sapi dan susu formula.
Susu sapi mengandung mikronutrien seperti mineral dan vitamin, yang berkontribusi terhadap fungsi vital manusia. Fraksi mineral terdiri dari macroelements (Ca, Mg, Na, K, P, dan Cl) dan oligoelements (Fe, Cu, Zn, dan Se). Dari sudut pandang fisika, bentuk-bentuk kimia, asosiasi dengan ion lain atau molekul organik, dan lokasi macroelements seperti Ca, Mg, Na, K, P, dan Cl dalam susu relatif baik dijelaskan dan dipahami. Dari sudut pandang gizi, itu sebagian besar mengakui bahwa susu merupakan sumber penting dari Ca, Mg, Zn, dan Se. Fraksi vitamin susu dan produk susu terdiri dari B lipofilik (A, D, E, dan K) dan hidrofilik (B (1), B (2), B (3), B (5), (6), B (8), B (9), B (12), dan C) vitamin. Karena sifat hidrofobik , vitamin lipofilik terutama dalam fraksi lemak susu (krim, mentega). Vitamin hidrofilik berada dalam fase air susu. Untuk satu bagian dari vitamin ini, konsentrasi dijelaskan dalam literatur tidak selalu homogen dan terkadang tidak sesuai antara mereka; perbedaan ini disebabkan oleh kesulitan dari persiapan sampel dan penggunaan metode yang tepat untuk kuantifikasi mereka. Namun, tidak ada keraguan dari kontribusi yang signifikan produk susu dan susu untuk asupan vitamin. Susu dianggap sumber penting untuk vitamin. Susu adalah kombinasi zat gizi mikro yang unik dengan manfaat kesehatan yang diakui. Konsentrasi, bentuk kimia, dan lokasi mineral yang berbeda relatif dikenal dan dijelaskan. Misalnya, Ca hadir dalam produk susu dalam berbagai bentuk: gratis, terkait dengan sitrat, fosfat anorganik dan organik, dan asam lemak bebas. Susu adalah sumber dari Ca, P, Mg, Zn, dan Se. Konsentrasi vitamin dalam susu dan produk susu adalah variabel dan tergantung pada beberapa faktor seperti biosintesis, makanan hewan, kondisi fisikokimia (panas, cahaya, O (2), agen oksidan), dan metode analisis untuk penentuan mereka. Vitamin A, D, E, dan K terutama berlokasi dalam fase lipid dan vitamin kelompok B dan C dalam fase air. Susu adalah sumber utama vitamin A, B (1), B (2), dan B (12).
Secara alamiah susu sapi segar telah mengandung sejumlah vitamin, mineral,
laktosa (gula susu), asam lemak esensial (asam linoleat dan asam linolenat),
asam amino esensial (triptophan, tirosin), sphingomyelin, laktoferin, serta
prebiotik galakto-oligosakarida (GOS) dengan komposisi yang
lengkap. Mengingat khasiat dan kandungan gizinya yang sangat lengkap,
susu dikelompokkan sebagai pangan fungsional (functional food). Dan sebagai
pangan fungsional, susu dapat dikonsumsi tanpa batas karena tidak menimbulkan
bahaya apapun. Namun demikian, dalam konsep gizi seimbang, seseorang dianjurkan
minum susu sebanyak 2-3 gelas sehari atau setara dengan 500-750ml susu cair.
Kontroversi Hiromi
Dr. Hiromi Shinya adalah seorang ahli bedah gastroenterologi dari Albert Einstein College of Medicine. Penulisan buku The Miracle of Enzyme ternyata diilhami oleh pengalaman seorang anaknya yang mengalami gangguan saluran cerna yang diperberat oleh susu sapi. Demikian juga hal ini ditemukan pada sebagian pasien yang dioperasinya.
Dr Hiromi Shinya mengemukakan dampak bahaya susu sapi dapat menimbulkan osteoporosis, luka di usu, polip usus, gangguan enzym, dan berbagai gangguan lainnya. Sehingga dia tidak merekomenadsikan untuk minum susu jangka panjang. Meski hanya berdasarkan pengalaman pribadi, bila disimak opini tersebut memang mungkin tidak salah. Tetapi sebenarnya gangguan itu hanya bisa terjadi pada penderita alergi dan hipersensitifitas saluran cerna. Tetapi tidak akan terjadi padfa individu yang sehat.
Pada penderita alergi dan hipersensitifitas saluran cerna bila mengkonsumsi susu sapi bisa menganggu berbagai fungsi saluran cerna termasuk ensim pencernaan. Bahkan dalam penelitian ilmiah yang termuat dalam pubmed dan jurnal ilmiah lainnya menyebutkan bahwa alergi susu sapi bisa berdampak pada kulit, saluran cerna, saluran napas dan berbagai gangguan organ tubuh lainnya. Reaksi akut (jangka pendek) yang sering terjadi adalah gatal dan anafilaksis seperti bengkak pada bibir, syok, pingsan dengan tensi dan tekanan darah turun. Sedangkan reaksi kronis (jangka panjang) yang terjadi adalah asma, dermatitis (eksim kulit) dan gangguan saluran cerna. Target organ yang sering terkena adalah kulit berupa urticaria dan angioedema. Saluran cerna yang terjadi adalah proktokolitis, entero colitis, alergi eosinophilic gastroenteritis, sindrom enteropati, immediate gastrointestinal hypersensitivity (anaphylaxis), oral allergy syndrome, allergic eosinophilic esophagitis, gastritis, gastroenterocolitis, dietary protein enterocolitis, proctitis, enteropathy, celiac disease atau Irritable Bowel Syndrome. Pada bayi bisa berdampak colic, gastroesophageal reflux, dan konstipasi (Sulit BAB) berkepanjangan.
Selain target organ yang sering terjadi tersebut di atas, manifetasi klinis lainnya berupa manifestasi tidak biasa (Anussual Manifestation). Diantaranya adalah manifestasi kulit berupa vaskulitis, fixed Skin Eruption. Sistem saluran cerna yang terganggu adalah chronic Pulmonary disease (Heiner Syndrome), hypersensitivity pneumonitis (radang inflamsi pary). Pada saluran napas bisa mengakibatkan asma, pilek, batuk kronis berulang, hipersekresi bronkus dan obstruksi duktus naso lakrimalis. Target multiorgan berupa irritability (bayi rewel), Sleeplessness (gangguan tidur), artropati, nefropati dan trombositopeni. Beberapa penelitian lainnya menyebutkan alergi makanan termasuk susu sapi dapat mengganggu perilaku anak seperti gangguan tidur, hiperaktif, gangguan emosi, gangguan konsentrasi, dan memperberat gejala autis.
Tetapi dampak tersebut hanya bisa timbul pada individu yang mengalami alergi atau intoleransi makanan. Pada anak sehat atau manusia sehat lainnya tidak berdampak yang ditakutkan. Jadi pendapat susu sapi membuat berbagai dampak yang mengganggu tidak dapat digenerelisasikan. Artinya pada kelompok anak tertentu bisa mengganggu berbegai organ tubuh tetap pada sebagian besar anak sehat tidak akan mengganggu bahkan susu sangat bagus kandungan gizinya. Gangguan yang duisebutkan Hiromi tersebut bukan saja disebabkan bukan hanya oleh susu sapi tetapi juga alergi makanan lainnya seperti coklat, kacang, buah tertentu, ikan laut dan sebagainya. Bila asumsi Hiromi itu digunakan maka coklat, kacang, buah tertentu, ikan laut juga berbahaya bagi kesehatan dan tidak layak untuk dikonsumsi untuk manusia sehat lainnya.
Kontroversi ini juga ditunggangi kepentingan bisnis lainnya. Para oknum pebisnis susu kambingpun memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang keburukan susu sapi. Susu kambing dianggap sebagai menyembuhkan alergi dan dianggap lebih baik dan dapat untuk pengganti pada anak penderita alergi susu sapi. Memang mungkin saja vitamin susu sapi dan susu kambing tidak jauh berbeda, tetapi kandungan protein penyebab alergi juga tidak jauh berbeda. Bila penderita mengalami alergi susu sapi tidak bisa diganti susu kambing. Bila penderita alergi susu sapi tidak terganggu dengan susu kambing maka kebenaran diagnosis alergi susu sapi sebelumnya patut dipertanyakan kebenarannya.
Tetapi memang benar bila seseorang mengalami alergi susu sapi, intoleransi susu sapi, gangguan metabolik, penderita autuism atau gangguan hipersensitif saluran cerna lainnya maka sebaiknya menghindari susu sapi dan mencari alternatif penggantinya. Tetapi sayangnya saat ini terdapat kecenderungan berlebihan dalam mendiagnosis alergi susu sapi. Hampir semua anak mengalami gejala alergi langsung divonis sebagai alergi susu sapi padahal belum tentu benar. Bahkan menurut penelitian di beberapa negara di dunia prevalensi alergi susu sapi pada anak dalam tahun pertama kehidupan hanya sekitar 2%. Sekitar 1-7% bayi pada umumnya menderita alergi terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi.
Kontroversi itu mengingatkan pada buku Diet Golongan Darah yang ditulis Dr. Peter D‘Adamo. Dia juga menulis bahwa makanan tertentu pada golongan darah tertentu ada yang aman dan yang menggangggu kesehatan. Memang setelah diet tersebut oleh sebagian besar orang mengikuti dan berhasil. Tetapi sebenarnya bila dicermati berbagai makanan yang dihindari adalah kebanyakan makanan yang beresiko alergen atau penyebab alergi tinggi yang dapat mengganggu siapa saja yang mengalami tetapi tidak berdasarkan golongan darah. Artinya golongan darah apapun bila mengikuti daftar makanan yang manapun pada umumnya sebagian akan relatif berhasil. Tetapi pada orang sehat yang tidak mengalami alergi atau intoleransi makanan tidak akan berdampak apapun meski tidak mengikuti diet golongan darah. Sampai sekarangpun tidak ada penelitian ilmiah yang menunjukkan manfaat diet golongan darah pada kesehatan. Bahkan dalam pubmed atau jurnal kesehatan ilmiah internasional yang kredibel tidak ditemukan satupun penelitian yang dilakukan oleh Dr. Peter D‘Adamo tentang diet golongan darah.
Ternyata kontroversi opini kesehatan sering timbul di dalam masyarakat karena globalisasi dan kecanggihan informasi teknologi yang sangat pesat. Berbagai informasi kesehatan dengan sangat cepat bisa melalui media masa atau media online. Bahkan saat ini lebih dipermudah penyebarannya dan sangat luas dengan adanya BBM, Twitter atau media sosial lainnya. Setiap orang bahkan bukan ahli kesehatanpun dapat dengan bebasnya menyebarkan opini kesehatan tanpa tahu benar tidaknya informasi kesehatan itu secara ilmiah. Selain itu pada umumnya masyarakat awam sering salah dalam menginterpretasikannya. Kontroversi informasi kesehatan seringkali juga ditimbulkan oleh opini dokter, dokter ahli atau pakar kesehatan. Dalam dunia kedokteran modern opini atau pendapat seorang profesorpun seharusnya tidak bisa diikuti dan dijadikan pedoman bila tidak berdasarkan data penelitian ilmiah atau Evidance Base Medicine.
Bagaimana Menyikapinya
Dalam berbagai kondisi globalisasi informasi tersebut sebaiknya masyarakat harus cerdas dalam mencari informasi dan mencerna informasi. Bila salah dalam mendapatkan informasi yang tidak benar secara ilmiah dan salah dalam menginterpretasikan maka akan mendapatkan informasi kesehatan yang menyesatkan.
Kecenderungan tersebut saat ini diperparah oleh informasi yang diberikan media masa baik cetak ataupun elektronik tertentu. Bahkan sampai saat ini di media televisi banyak sekali informasi kesehatan justru diberikan bukan oleh dokter tetapi oleh orang yang tidak berkompeten dalam bidangnya seperti terapi alternatif, terapi herbal ataupun ahli agama yang bergerak dalam praktisi kesehatan. Sebenarnya sah-sah saja mereka melakukan terapi alternatif dan disiarkan oleh media televisi. Sebaiknya mereka hanya menjelaskna jasa dan produknya saja. Tetapi sebaiknya tidak disertai konsultasi online dan pemberian informasi kesehatan yang pada umumnya informasi kesehatan yang diberikan sangat menyesatkan dan tidak benar secara medis. Bahkan saat ini masyarakat digiring secara tidak sadar dengan informasi kesehatan yang salah dengan adanya iklan berbagai produk dan jasa kesehatan di televisi. Komisi Penyiaran Indonesia harus jeli dalam melakukan hal ini. Di samping itu media masa sebaiknya mempunyai seorang konsultan seorang yang berkompeten dalam kesehatan dalam program edukasi kesehatan masyarakat agar tidak salah arah. Media masa sebaiknya melakukan pola pikir yang benar dalam mendapatkan informasi kesehatan. Sebaiknya dalam mengejar sumber informasi kesehatan media masa harus mencari sumber berita sesuai dengan kompetensinya. Bila mendapat informasi yang berbeda mungkin yang lebih dipercaya adalah sumber yang kompeten. Misalnya informasi susu mengakibatkan osteoporosis mungkin kita harus lebih mempercayai informasi dari Goulding yang ahli gizi dibandingkan dari Dr Hiromi Shinya yang seorang dokter bedah. Selain itu informasi yang baik dan benar harus berdasarkan Evidance Base Medicine atau penelitian ilmiah bukan sekedar opini. Dalam ghal inipun Golding harus lebih dipercaya karena berdasarkan penelitian ilmiah sedangkan Hiromi hanya berdasrkan opini dari beberapa kasus perkasus dari pasiennya. Media masa seperti Kompas dan media masa nasional sejanis lainnya sebaiknya dijadikan acuan atau referensi tentang cara memberikan informasi dan edukasi kesehatan yang baik dan benar.
Dalam menghadapi globalisasi informasi yang demikian hebat tersebut maka polusi informasi menjadi sangat besar terjadi. Dalam keadaan seperti ini masyarakat harus dituntut tidak lebih cepat percaya dan harus cermat dan cerdas dalam mencari dan mengolah informasi. Ternyata yang terpengaruh oleh informasi kesehatan yang tidak benar bukan hanya dialami oleh masyarakat berpendidikan rendah, masyarakat berpendidikan tinggi yang bukan berlatar belakang kesehatanpun sudah banyak yang terbuai informasi kesehatan yang salah arah. Semoga bangsa ini lebih cerdas dan arif dalam menyikapi kemajuan informasi yang demikian hebat ini demi kemajuan kesehatannya. Bila tidak cerdas dan cermat maka sangat sayanglah bila susu sapi yang bergizi tinggi dan baik bagi anak dan manusia yang sehat, tetapi harus dihindari dan dipantang hanya karena salah mencerna informasi.
Referensi:
- Gaucheron F. Milk and dairy products: a unique micronutrient combination. J Am Coll Nutr. 2011 Oct;30(5 Suppl 1):400S-9S.
- Hidvégi, Edit, Arató, András, Cserháti, Endre, Horváth, Csaba, Szabó, András, Szabó, Antal. Slight Decrease in Bone Mineralization in Cow Milk-Sensitive Children. Journal of Pediatric Gastroenterology & Nutrition: January 2003 – Volume 36 – Issue 1 – pp 44-49 Hepatology and Nutrition
- Hiromi Shinya,MD The Miracle of Enzyme ( Self Healing Program )
- Goulding A, Rockell JE, Black RE, Grant AM, Jones IE, Williams SM. Children who avoid drinking cow’s milk are at increased risk for prepubertal bone fractures. J Am Diet Assoc. 2004 Feb;104(2):250-3
- Dupont C, Heyman M: Food protein-induced enterocolitis syndrome: laboratory perspectives. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2000; 30 Suppl: S50-7.
- Scott H. Sicherer, Clinical Aspects of Gastrointestinal Food Allergy in Childhood
.
Supported By:
GRoW UP CLINIC JAKARTA Yudhasmara Foundation GRoW UP CLINIC I Jl Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat 10210, phone (021) 5703646 – 44466102 GRoW UP CLINIC II MENTENG SQUARE Jl Matraman 30 Jakarta Pusat 10430, Phone (021) 44466103 – 97730777email : http://growupclinic.com http://www.facebook.com/GrowUpClinic @growupclinic
“GRoW UP CLINIC” Jakarta Focus and Interest on: *** Allergy Clinic Online *** Picky Eaters and Growup Clinic For Children, Teen and Adult (Klinik Khusus Gangguan Sulit Makan dan Gangguan Kenaikkan Berat Badan)*** Children Foot Clinic *** Physical Medicine and Rehabilitation Clinic *** Oral Motor Disorders and Speech Clinic *** Children Sleep Clinic *** Pain Management Clinic Jakarta *** Autism Clinic *** Children Behaviour Clinic *** Motoric & Sensory Processing Disorders Clinic *** NICU – Premature Follow up Clinic *** Lactation and Breastfeeding Clinic *** Swimming Spa Baby & Medicine Massage Therapy For Baby, Children and Teen ***Professional Healthcare Provider “GRoW UP CLINIC” Dr Narulita Dewi SpKFR, Physical Medicine & Rehabilitation curriculum vitae HP 085777227790 PIN BB 235CF967 Clinical – Editor in Chief : Dr WIDODO JUDARWANTO, pediatrician email : judarwanto@gmail.com curriculum vitae : @WidoJudarwanto www.facebook.com/widodo.judarwanto Mobile Phone O8567805533 PIN BB 25AF7035We are guilty of many errors and many faults. But our worst crime is abandoning the children, neglecting the fountain of life. |