Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebebkan oleh masalah yangberkaitan dengan kehamilan dan persalinan, dan nifas. WHO memperkirakan diseluruh dunia setiaptahunnya lebih dari 585.000 meninggal saat hamil atau bersalin. Kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, tekanan darah yang tinggi saat hamil (eklampsia),infeksi, persalinan macet dan komplikasi keguguran.
Berdasarkan hasil SDKI 2007 derajat kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih perlu ditingkatkan,ditandai oleh Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 228/100.000 Kelahiran Hidup (KH), dan tahun 2008, 4.692 jiwaibu melayang dimasa kehamilan, persalinan, dan nifas. Kemajuan yang dicapai dalam program kesehatan ibu yaitu penurunan AKI sebesar 41% dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiranhidup tahun 2007. Sedangkan target MDGs pada tahun 2015, AKI dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu di rumah sakit disebabkan karena banyaknya kasus kegawat-daruratan pada kehamilan, persalinan dan nifas. Penyebab langsung kematian ibu yang terbanyak adalah: perdarahan,hipertensi pada kehamilan, partus macet, infeksi dan komplikasi aborsi. Persalinan di rumah dan ditolong oleh dukun, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhimasih tingginya AKI di Indonesia.
Data Riskesdas 2010 memperlihatkan bahwa persalinan di fasilitas kesehatan 55,4% dan masih ada persalinan yang dilakukan di rumah (43,2%). Pada kelompok ibu yangmelahirkan di rumah ternyata baru 51,9% persalinan ditolong oleh bidan, sedangkan yang ditolong olehdukun masih 40,2%. Kondisi tersebut masih diperberat dengan adanya faktor risiko 3 Terlambat yaitu terlambatmengambil keputusan di tingkat keluarga, terlambat merujuk/ transportasi dan terlambat menangani dan 4 Terlalu yaitu melahirkan terlalu muda (dibawah 20 tahun), terlalu tua (diatas 35 tahun), terlalu dekat (jarakmelahirkan kurang dari 2 tahun) dan terlalu banyak (lebih dari 4 kali).
Data Riskesdas 2010 memperlihatkan bahwa secara nasionalada 8,4% perempuan usia 10-59 tahun melahirkan 5-6 anak, bahkan masih 3,4% perempuan usia 10-59 tahun yang melahirkan anak lebih dari 7. Kelompok perempuan yang tinggal di perdesaan, tidak bersekolah, pekerjaannya petani/nelayan/buruh, dan status ekonomi terendah, cenderung mempunyai lebih dari 7, lebih tinggi dari kelompok lainnya.
Penyebab Langsung Kematian Ibu Paling Sering
- pendarahan 28%
- eklamsi 24%
- infeksi 11%
- partus lama 5%
- abortus 5%, dan lain-lain (SKRT 2001).
Penyebab
Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu adalah
- Kemampuan dan keterampilan penolong persalinan, Kemampuan dan keterampilan penolong persalinan sesuai dengan pesan pertama kunci Making Pregnancy Safer (MPS) yaitu setiap persalinan hendaknya ditolong oleh tenaga kesehatanterlatih.
- Kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarakat Kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarakat yang tidak mengenali tanda bahaya dan terlambat membawa ibu, bayi dan balita sakit ke fasilitas kesehatan. Pada tahun 2008 cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia sudah mencapai 80,68%,sehingga masih ada pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi dengan cara tradisional. Kementerian Kesehatan RI telah diluncurkan ProgramPerencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan stiker yang telah terbukti mampu meningkatkan secara signifikan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan Buku KIA sebagai informasi dan pencatatan keluarga yang mampu meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan ibu,bayi, dan balita. Dengan tercatatnya ibu hamil secara tepat dan akurat serta dipantausecara intensif oleh tenaga kesehatan dan kader di wilayah tersebut, maka setiap kehamilan sampaipersalinan dan nifas diharapkan dapat berjalan dengan aman dan selamat.
- Penyebab tidak langsung Penyebab tidak langsung kematian ibudan bayi baru lahir adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan budaya.
- Geografi dan sarana Kondisi geografi serta keadaan sarana pelayanan yang kurang siap ikut memperberat permasalahan ini.
- 3 terlambat : terlambat mengambil keputusan, terlambatsampai di tempat pelayanan dan terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat
- 4 terlalu: terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak kelahiran
Keterlambatan pengambilan keputusan di tingkat keluarga dapat dihindari apabila ibu dan keluargamengetahui tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta tindakan yang perlu dilakukan untukmengatasinya di tingkat keluarga.
Upaya Penurunan
Untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yaitu Angka Kematian Ibu (AKI)sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2015, perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja keras karena kondisi saat ini, AKI 307 per 100.000 KH. Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya percepatan penurunan AKI antara lain mulai tahun 2010 meluncurkan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) kePuskesmas di Kabupaten/ Kota yang difokuskan pada kegiatan preventif dan promotif dalam program Kesehatan Ibu dan Anak.
Salah satu upaya terobosan dan terbukti mampu meningkatkan indikator proksi (persalinan oleh tenaga kesehatan) dalam penurunan Angka Kematian Ibu adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program dengan menggunakan “stiker” ini, dapat meningkatkan peran aktif suami (suami Siaga), keluarga dan masyarakatdalam merencanakan persalinan yang aman. Program ini juga meningkatkan persiapan menghadapikomplikasi pada saat kehamilan, termasuk perencanaan pemakaian alat/ obat kontrasepsi pasca persalinan.Selain itu, program P4K juga mendorong ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan, bersalin,pemeriksaan nifas dan bayi yang dilahirkan oleh tenaga kesehatan terampil termasuk skrining statusimunisasi tetanus lengkap pada setiap ibu hamil. Kaum ibu juga didorong untuk melakukan inisiasi menyusudini (IMD) dilanjutkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.“P4K berperan dalam pencapaian salah satu target program 100 hari Kementerian Kesehatan yaituterdatanya ibu hamil di 60.000 desa di seluruh Indonesia. Saat sudah terdata 3.122.000 ibu hamil di 67.712desa.
Perencanaan persalinan dapat dilakukan manakala ibu, suami dan keluarga memiliki pengetahuan mengenai tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas; asuhan perawatan ibu dan bayi; pemberian ASI; jadwal imunisasi; serta informasi lainnya. Semua informasi tersebut ada di dalam Buku KIA yang diberikankepada ibu hamil setelah didata melalui P4K. Buku KIA juga berfungsi sebagai alat pemantauanperkembangan kesehatan ibu hamil serta pemantauan pertumbuhan bayi sampai usia 5 tahun. Buku ini dapat diperoleh di Puskesmas.
Lima strategi operasional menurunkan angka kematian ibu
Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia, Kementerian Kesehatanmenetapkan lima strategi operasional yaitu penguatan Puskesmas dan jaringannya; penguatan manajemenprogram dan sistem rujukannya; meningkatkan peran serta masyarakat; kerjasama dan kemitraan; kegiatanakselerasi dan inovasi tahun 2011; penelitian dan pengembangan inovasi yang terkoordinir.
- Kerjasama dengan sektor terkait dan pemerintah daerah telah menindaklanjuti Inpres no. 1Tahun 2010 Tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional dan Inpres No. 3 tahun2010 Tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan melalui kegiatan sosialisasi, fasilitasi dan advokasiterkait percepatan pencapaian MDGs. Akhir tahun 2011, diharapkan propinsi dan kabupaten/kota telahselesai menyusun Rencana Aksi Daerah dalam percepatan pencapaian MDGs yaitu mengentaskankemiskinan ekstrim dan kelaparan, mengurangi tingkat kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu,memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya.
- Pemberian Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), mulai tahun 2011 setiap Puskesmasmendapat BOK, yang besarnya bervariasi dari Rp 75 juta sampai 250 juta per tahun. Dengan adanya BOK,pelayanan “outreach” di luar gedung terutama pelayanan KIA-KB dapat lebih mendekati masyarakat yangmembutuhkan.
- Menetapkan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) berupa indikator komposit(status kesehatan, perilaku, lingkungan dan akses pelayanan kesehatan) yang digunakan untuk menetapkankabupaten/kota yang mempunyai masalah kesehatan. Ada 130 kab/kota yang ditetapkan sebagai DBK yangtahun ini akan didampingi dan difasilitasi Kementerian Kesehatan.
- Penempatan tenaga strategis (dokter dan bidan) dan penyediaan fasilitas kesehatan diDaerah Terpencil, Perbatasan, Kepulauan (DTPK), termasuk dokter plus, “mobile team”.
- Peraturan Menteri Kesehatan terkait dengan standar pelayan KB berkualitas, sebagaimana diamanatkan UU no 52 tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Pada tahun 2011 Kementerian Kesehatan telah meluncurkan JaminanPersalinan (Jampersal) yang mencakup pemeriksaan kehamilan, pelayanan persalinan, nifas, KB pascapersalinan, dan neonatus. Melalui program ini, persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanankesehatan diharapkan meningkat, demikian pula dengan pemberian ASI dini, perawatan bayi baru lahir, pelayanan nifas dan KB pasca persalinan. Sasaran Jampersal adalah 2,8 juta ibu bersalin yang selama ini belum terjangkau oleh jaminanpersalinan dari Jamkesmas, Jamkesda dan asuransi kesehatan lainnya. Ruang lingkupnya adalah :pelayanan persalianan tingkat pertama, tingkat lanjutan, dan persiapan rujukan di fasilitas kesehatan Pemerintah dan Swasta. Kelompok inilah yang akan ditanggung Jampersal. Pelayanan yang dijamin melalui Jampersal yaitu: pemeriksaan kehamilan 4 kali, pertolongan persalinan normal dan dengan komplikasi,pemeriksaan nifas 3 kali termasuk pelayanan neonatus dan KB paska persalinan, pelayanan rujukan ibu/bayi baru lahir ke fasilitas kesehatan lebih mampu. Strategi penguatan Puskesmas dan jaringannya dilakukan dengan menyediakan paket pelayanan kesehatan reproduksi (kespro) esensial yang dapat menjangkau dandijangkau oleh seluruh masyarakat, meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, yaitu:Kesehatan ibu dan bayi baru lahir, KB, kespro remaja, Pencegahan dan penanggulangan infeksi menular seksual (IMS) dan HIV/AIDS; dan mengintegrasikan pelayanan kespro dengan pelayanan kesehatan lainnyayaitu dengan program gizi, penyakit menular dan tidak menular.
supported by
CHILDREN GRoW UP CLINIC Yudhasmara Foundation Inspirasi Orangtua Cerdas, Tumbuhkan Anak Semakin Sehat, Kuat dan Pintar
- CHILDREN GRoW UP CLINIC I Jl Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat 10210, phone (021) 5703646 – 44466102
- CHILDREN GRoW UP CLINIC II MENTENG SQUARE Jl Matraman 30 Jakarta Pusat 10430, phone (021) 44466103 – 97730777
- email :
- http://childrengrowup.wordpress.com
WORKING TOGETHER FOR STRONGER, SMARTER AND HEALTHIER CHILDREN BY EDUCATION, CLINICAL INTERVENTION, RESEARCH AND NETWORKING INFORMATION . Advancing of the future pediatric and future parenting to optimalized physical, mental and social health and well being for fetal, newborn, infant, children, adolescents and young adult
LAYANAN KLINIK KHUSUS “CHILDREN GRoW UP CLINIC”
PROFESIONAL MEDIS “CHILDREN GRoW UP CLINIC”
|
Clinical – Editor in Chief :
Dr WIDODO JUDARWANTO SpA, pediatrician
- email :
- curriculum vitae
- For Daily Newsletter join with this Twitter https://twitter.com/WidoJudarwanto
Information on this web site is provided for informational purposes only and is not a substitute for professional medical advice. You should not use the information on this web site for diagnosing or treating a medical or health condition. You should carefully read all product packaging. If you have or suspect you have a medical problem, promptly contact your professional healthcare provider
Copyright © 2012, CHILDREN GRoW UP CLINIC Information Education Network. All rights reserved