Rubela Si Campak Jerman, Ringan Pada Anak Berbahaya Pada Ibu Hamil

Rubela atau dikenal juga dengan nama Campak Jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Rubella. Virus biasanya menginfeksi tubuh melalui pernapasan seperti hidung dan tenggorokan. Infeksi yang terjadi pada anak-anak biasanya lebih ringan dan sembuh lebih cepat dibandingkan orang dewasa. Virus ini menular lewat udara. Namun Rubela yang ditularkan oleh ibu kepada bayinya, sangat berbahaya. Bayi yang terkena virus Rubela selama di dalam kandungan beresiko cacat. Virus Rubela memiliki waktu inkubasi 2 sampai dengan 3 minggu.

Rubella atau biasa disebut Campak Jerman berbeda dengan campak biasa yang hanya menyerang saluran pernapasan dan terkadang menyerang sel saraf juga. Rubella dapat menyerang bagian saraf atau otak yang kemudian manifestasinya baru kebagian kulit ditandai dengan timbul bercak merah seperti campak biasa.Virus Rubella biasanya hidup didaerah tropis, subtropis, atau juga pada daerah yang memiliki musim semi. Virus ini akan mati pada suhu dingin yaitu -20 derajat celcius dan masa inkubasi virus ini dari gejala flu ringan hingga muncul bintik-bintik merah dapat terjadi pada kurun waktu 7 sampai 20 hari.

Virus ini tidak memerlukan perantara dalam penularannya, tetapi melalui percikan ludah penderita atau kontak langsung dengan penderita, dapat menular lewat udara. Virus ini juga bisa menular melalui cairan tubuh seperti keringat. Jika daya tahan tubuh kuat maka virus tersebut akan mati, dan sebaliknya jika daya tahan tubuh lemah maka virus ini akan bertahan dalam tubuh.

Gejala

  • Pembengkakan pada kelenjar getah bening.
  • Demam diatas 38 derajat Celsius.
  • Mata terasa nyeri.
  • Muncul bintik-bintik merah di seluruh tubuh.
  • Kulit kering.
  • Sakit pada persendian.
  • Sakit kepala.
  • Hilang nafsu makan.

Dianjurkan selama diisolasi sekurang-kurangnya 4 hari setelah gejala bintik-bintik merah muncul.

Rubela Pada Ibu Hamil

Rubella yang juga sangat berbahaya bagi ibu hamil. Virus Rubella memang tidak hanya menyerang ibu hamil, tetapi efek yang diakibatkan virus ini patut diwaspadai oleh ibu hamil karena bisa menyebabkan keguguran, terganggunya perkembangan pada janin, hingga terjadinya kelainan saat proses kelahiran. Dan terakhir, ada dugaan sementara bahwa Virus Rubella yang menyerang ibu hamil dapat menyebabkan anak mengalami autisme.

Untuk itu sebelum merencanakan kehamilan ada baiknya Anda mendeteksi terlebih dahulu ada tidaknya virus ini dalam tubuh dengan melakukan serangkaian tes yang disebut tes TORCH. Namun bagi seorang ibu yang sudah terkena Virus Rubella sebelum hamil maka ketika hamil ia malah memiliki kekebalan tubuh terhadap virus tersebut, kekebalan tubuh si ibu terhadap Virus Rubella itu akan ikut masuk ketubuh janin dengan begitu, janin tidak akan terkena Rubella hingga kemudian si anak lahir dan berusia satu tahun.

Pada dewasa gejala awal tersebut sifatnya ringan bahkan sama sekali tidak timbul. Ruam (kemerahan pada kulit) pada awalnya muncul di wajah dan leher lalu menyebar ke seluruh badan, dan berlangsung 3 hari. Dan Pada langit-langit mulut timbul bintik-bintik kemerahan.

infeksi Rubella pada kehamilan dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir mati atau gangguan terhadap janin. Susahnya, sebanyak 50% lebih ibu yang mengalami Rubella tidak merasa apa-apa. Sebagian lain mengalami demam, tulang ngilu, kelenjar belakang telinga membesar dan agak nyeri. Setelah 1-2 hari muncul bercak-bercak merah seluruh tubuh yang hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari. Dokter tentunya juga tidak curiga bila tidak mendapat laporan dari ibu. Walaupun ibu tidak merasa apa-apa, tetapi akibatnya dapat fatal bagi janin. Berdasarkan data dari WHO, paling tidak 236.000 kasus Sindrom Rubella Kongenital terjadi setiap tahun di negara-negara berkembang dan dapat meningkat 10 kali lipat pada saat terjadi epidemi. Tidak semua janin akan tertular. Jika ibu hamil terinfeksi saat usia kehamilannya < 12 minggu maka risiko janin tertular 80-90 persen. Jika infeksi dialami ibu saat usia kehamilan 15-30 minggu, maka risiko janin terinfeksi turun yaitu 10-20 persen. Namun, risiko janin tertular meningkat hingga 100 persen jika ibu terinfeksi saat usia kehamilan > 36 minggu. Untungnya, Sindrom Rubella Kongenital biasanya terjadi hanya bila ibu terinfeksi pada saat umur kehamilan masih kurang dari 4 bulan. Bila sudah lewat 5 bulan, jarang sekali terjadi infeksi. Tetapi, sekali terjadi Sindrom Rubella Kongenital akibatnya mengerikan. Bayi mengalami katarak pada lensa mata, gangguan pendengaran atau tuli, gangguan jantung, dan kerusakan otak. Di samping itu, bayi juga berisiko lebih besar untuk terkena diabetes melitus, gangguan tiroid, gangguan pencernaan dan gangguan syaraf (pan-encephalitis).

Mencegah Rubella Pada Kehamilan

  • Vaksinasi sejak kecil atau sebelum hamil. Untuk perlindungan terhadap serangan virus Rubella telah tersedia vaksin dalam bentuk vaksin kombinasi yang sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi campak dan gondongan, dikenal sebagai vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella). Vaksin Rubella diberikan pada usia 15 bulan. Setelah itu harus mendapat ulangan pada umur 4-6 tahun. Bila belum mendapat ulangan pada umur 4-6 tahun, harus tetap diberikan umur 11-12 tahun, bahkan sampai remaja. Vaksin tidak dapat diberikan pada ibu yang sudah hamil.
  • Deteksi status kekebalan tubuh sebelum hamil. Sebelum hamil sebaiknya memeriksa kekebalan tubuh terhadap Rubella, seperti juga terhadap infeksi TORCH lainnya.
  • Jika anti-Rubella IgG saja yang positif, berarti Anda pernah terinfeksi atau sudah divaksinasi terhadap Rubella. Anda tidak mungkin terkena Rubella lagi, dan janin 100% aman.
  • Jika anti-Rubella IgM saja yang positif atau anti-Rubella IgM dan anti-Rubella IgG positif, berarti anda baru terinfeksi Rubella atau baru divaksinasi terhadap Rubella. Dokter akan menyarankan Anda untuk menunda kehamilan sampai IgM menjadi negatif, yaitu selama 3-6 bulan.
  • Jika anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM negatif berarti anda tidak mempunyai kekebalan terhadap Rubella. Bila anda belum hamil, dokter akan memberikan vaksin Rubella dan menunda kehamilan selama 3-6 bulan. Bila anda tidak bisa mendapat vaksin, tidak mau menunda kehamilan atau sudah hamil, yang dapat dikerjakan adalah mencegah anda terkena Rubella
  • Bila sudah hamil padahal belum kebal, terpaksa anda berusaha menghindari tertular Rubella dengan cara berikut:
  • Jangan mendekati orang sakit demam Jangan pergi ke tempat banyak anak berkumpul, misalnya Playgroup, sekolah TK dan SD Jangan pergi ke tempat penitipan anak Sayangnya, hal ini tidak dapat 100% dilaksanakan karena situasi atau karena orang lain yang terjangkit Rubella belum tentu menunjukkan gejala demam. Kekebalan terhadap Rubella diperiksa ulang lagi umur 17-20 minggu.
  • Bila ibu hamil mengalami Rubella, periksalah darah apa benar terkena Rubella.
  • Bila ibu sedang hamil mengalami demam disertai bintik-bintik merah, pastikan apakah benar Rubella dengan memeriksa IgG danIgM Rubella setelah 1 minggu. Bila IgM positif, berarti benar infeksi Rubella baru.
  • Bila ibu hamil mengalami Rubella, pastikan apakah janin tertular atau tidak
  • Untuk memastikan apakah janin terinfeksi atau tidak maka dilakukan pendeteksian virus Rubella dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban (cairan amnion). Pengambilan sampel air ketuban harus dilakukan oleh dokter ahli kandungan & kebidanan, dan baru dapat dilakukan setelah usia kehamilan lebih dari 22 minggu.

Bagi wanita usia subur bisa menjalani pemeriksaan serologi untuk Rubella. Vaksinasi sebaiknya tidak diberikan ketika si ibu sedang hamil atau kepada orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan akibat kanker, terapi kortikosteroid maupun penyinaran. Jika tidak memiliki antibodi, diberikan imunisasi dan baru boleh hamil 3 bulan setelah penyuntikan.

Pencegahan

Imunisasi MMR pada usia 12 bulan dan 4 tahun. Vaksin rubella merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak=-kanak. Vaksin MMR diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.

Wanita usia subur bisa menjalani pemeriksaan serologi untuk rubella. Jika tidak memiliki antibodi, diberikan imunisasi dan baru boleh hamil 3 bulan setelah penyuntikan. Vaksinasi sebaiknya tidak diberikan ketika ibu sedang hamil atau kepada orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan akibat kanker, terapi kortikosteroid maupun terapi penyinaran.

Referensi

  • Washington State of Health. Reporting and Surveillance Guidelines. Oktober 2002. http://www.co.jefferson.wa.us
  • US Department of Health and Human Service Center for Disease Control and Prevention (CDC). Morbidity and Mortality Weekly Report. July 2001; vol 50/No.RR-12 : 1-23
  • Molina IB, Mendoza LO, Palma MA. Congenital rubella syndrome surveillance in Honduras. J Infect Dis. Sep 1 2011;204 Suppl 2:S637-41.
  • Watstein SB, Jovanovic J. Statistical Handbook on Infectious Diseases. Westport, CT: Greenwood; 2003:5.
  • CDC. Elimination of rubella and congenital rubella syndrome–United States, 1969-2004. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. Mar 25 2005;54(11):279-82.
  • Elliman D, Bedford H. MMR: where are we now?. Arch Dis Child. Dec 2007;92(12):1055-7.
  • Schmid D, Kasper S, Kuo HW, Aberle S, Holzmann H, Daghofer E. Ongoing rubella outbreak in Austria, 2008-2009. Euro Surveill. 2009;14(16
  • Ahlgren C, Toren K, Oden A, Andersen O. A population-based case-control study on viral infections and vaccinations and subsequent multiple sclerosis risk. Eur J Epidemiol. Jul 26 2009
  • McElroy R, Laskin M, Jiang D, Shah R, Ray JG. Rates of rubella immunity among immigrant and non-immigrant pregnant women. J Obstet Gynaecol Can. May 2009;31(5):409-13.
  • Knuf M, Zepp F, Helm K, Maurer H, Prieler A, Kieninger-Baum D, et al. Antibody persistence for 3 years following two doses of tetravalent measles-mumps-rubella-varicella vaccine in healthy children. Eur J Pediatr. Mar 2012;171(3):463-70.
  • Gomber S, Arora SK, Das S, Ramachandran VG. Immune response to second dose of MMR vaccine in Indian children. Indian J Med Res. Sep 2011;134(3):302-6.
  • CDC. CDC. Centers for Disease Control and Prevention: Morbidity and Mortality Weekly Report. Achievements in Public Health: Elimination of Rubella and Congenital Rubella Syndrome—United States, 1969-2004. JAMA. 2005;293:2084-6.
  • Fisher RG, Boyce TG. Prenatal infections. In: Moffet’s Pediatric Infectious Disease: A Problem-Oriented Approach. Lippincott Williams & Wilkins; 2005:631-2.
  • Lemstra M, Rajakumar D, Thompson A, Moraros J. The effectiveness of telephone reminders and home visits to improve measles, mumps and rubella immunization coverage rates in children. Paediatr Child Health. Jan 2011;16(1):e1-5.
  • Maldonado Y. Rubella. In: Behrman RE, Kliegman R, Jenson HB, eds. Nelson Textbook of Pediatrics. Philadelphia, PA: WB Saunders; 2004:1032-4.
  • Mercurio MG, Elewski BE. Cutaneous manifestations of systemic viral, bacterial, and fungal infections and protozoal disease. In: Dermatologic Signs of Internal Disease. 2nd ed. 1995:254.
  • Palacin PS, Castilla Y, Garzon P, Figueras C, Castellvi J, Espanol T. Congenital rubella syndrome, hyper-IgM syndrome and autoimmunity in an 18-year-old girl. J Paediatr Child Health. Oct 2007;43(10):716-8.

ARTIKEL TERKAIT

  • Penanganan Terkini Herpes Simpleks Pada Kehamilan dan Dampak Pada Bayi
  • Penanganan Terkini Infeksi Virus Sitomegalo (CMV) Pada Kehamilan dan Bayi
  • TORCH Newborn Syndrome: Dampak Infeksi Kehamilan TORCH Pada Bayi
  • Rubela Si Campak Jerman, Ringan Pada Anak Berbahaya Pada Ibu Hamil
  • Penanganan Terkini Infeksi TORCH Saat Kehamilan
  • Pencegahan dan Penanganan Terkini Rubela Pada Kehamilan
  • Pencegahan dan Penanganan Terkini Rubela Kongenital
  • Rubela Si Campak Jerman, Ringan Pada Anak Berbahaya Pada Ibu Hamil
  • Jangan Remehkan Flu Saat Hamil, Akibatkan Cacat Janin, Kanker atau Skizofrenia ?

Artikel Terkait:

  • Waspadai, Hasil Laboratorium Positif Belum Tentu Tifus
  • Jangan Obati Hasil Laboratorium, Positif Palsu Tifus Pada Infeksi Virus dan DBD
  • Deteksi Dini dan Tanda Bahaya DBD
  • Demam Tifoid (Tifus), Manifestasi klinis dan Penanganannya
  • Waspadai Ancaman Flu Singapura atau Infeksi Mulut Kaki Tangan
  • Pink Eye Conjunctivitis, Si Mata Belekan Yang Tidak Perlu Antibiotik
  • Cacar Air, Penyakit Virus Ringan Yang Ditakuti
  • Mumps atau Penyakit Gondong, Manifestasi Klinis dan Penanganannya
  • Manfaat dan Interpretasi Hasil Laboratorium Hematologi Pada Anak
  • Fungsi dan Analisa Berbagai Pemeriksaan Laboratorium
  • Inilah 15 Jenis Pemeriksaan Laboratorium

Penyakit Berbahaya Pada Anak Yang Dapat dicegah dengan Imunisasi

  • DEMAM TIFUS: Demam Tifoid (Tifus), Manifestasi klinis dan Penanganannya
  • HEPATITIS A: Penanganan Terkini Hepatitis
  • HEPATITIS A: Penanganan Terkini Hepatitis A
  • HEPATITIS B: Penanganan Terkini Hepatitis B
  • CAMPAK: Bercak Merah Saat Anak Demam, Tidak Selalu Campak
  • CAMPAK: Benarkah Campak, Bercak Demam Saat Anak Demam ?
  • RUBELA-CAMPAK: Kenali Penyakit Rubela atau Campak Jerman
  • VARICELA- CACAR AIR: Cacar Air, Penyakit Virus Ringan Yang Ditakuti
  • MUMPS-GONDONG: Mumps atau Penyakit Gondong, Manifestasi Klinis dan Penanganannya
  • POLIO: Infeksi Polio, Manifestasi Klinis dan Penegakkan Diagnosis Terkini
  • TETANUS: Penanganan Terkini Tetanus Pada Anak
  • MENINGOKOKUS: Penanganan Terkini Infeksi Meningitis Meningokokus
  • ROTAVIRUS-DIARE: Penyakit Diare Pada Anak
  • INFEKSI OTAK-MENINGITIS: Penyakit Radang Selaput Otak Meningitis
  • RUBELA: Penanganan Terkini Infeksi TORCH Saat Kehamilan
  • RUBELA: Pennyakiy Rubela Kongenital
  • RUBELA: Rubela Si Campak Jerman, Ringan Pada Anak Berbahaya Pada Ibu Hamil
  • TUBERKULOSIS: Penanganan Terkini Tuberkulosis atau TB (TBC) Pada Anak
  • FLU: 10 Mitos Tidak Benar: Penyebab FLU, Demam, Batuk dan Pilek.
  • DBD: Demam Berdarah Dengue atau Bukan?
  • MENINGITIS-INFKESI OTAK: Penanganan Terkini Radang Selaput Otak Meningitis
  • FLU BABI: Flu Babi, Gejala dan Cara Membedakan Dengan Flu Biasa
  • FLU BURUNG: Flu Burung, Deteksi Dini dan Penanganannya
  • 100 Penyakit Pada Anak Yang Harus Diwaspadai

.

growupclinic.com

Supported By:

GRoW UP CLINIC JAKARTA Yudhasmara Foundation GRoW UP CLINIC I Jl Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat 10210, phone (021) 5703646 – 44466102 GRoW UP CLINIC II MENTENG SQUARE Jl Matraman 30 Jakarta Pusat 10430, Phone (021) 44466103 – 97730777email :   http://growupclinic.com http://www.facebook.com/GrowUpClinic Creating-hashtag-on-twitter@growupclinic
“GRoW UP CLINIC” Jakarta Focus and Interest on: *** Allergy Clinic Online *** Picky Eaters and Growup Clinic For Children, Teen and Adult (Klinik Khusus Gangguan Sulit Makan dan Gangguan Kenaikkan Berat Badan)*** Children Foot Clinic *** Physical Medicine and Rehabilitation Clinic *** Oral Motor Disorders and Speech Clinic *** Children Sleep Clinic *** Pain Management Clinic Jakarta *** Autism Clinic *** Children Behaviour Clinic *** Motoric & Sensory Processing Disorders Clinic *** NICU – Premature Follow up Clinic *** Lactation and Breastfeeding Clinic *** Swimming Spa Baby & Medicine Massage Therapy For Baby, Children and Teen ***
Professional Healthcare Provider “GRoW UP CLINIC” Dr Narulita Dewi SpKFR, Physical Medicine & Rehabilitation curriculum vitae HP 085777227790 PIN BB 235CF967  Clinical – Editor in Chief : Dr WIDODO JUDARWANTO, pediatrician email : judarwanto@gmail.com curriculum vitae Creating-hashtag-on-twitter: @WidoJudarwanto www.facebook.com/widodo.judarwanto Mobile Phone O8567805533 PIN BB 25AF7035

We are guilty of many errors and many faults. But our worst crime is abandoning the children, neglecting the fountain of life.
Information on this web site is provided for informational purposes only and is not a substitute for professional medical advice. You should not use the information on this web site for diagnosing or treating a medical or health condition. You should carefully read all product packaging. If you have or suspect you have a medical problem, promptly contact your professional healthcare provider

Copyright © 2013, GRoW UP CLINIC Information Education Network. All rights reserved
About these ads

Tentang GrowUp Clinic

In 1,000 days Your Children, You can change the future. Our Children Our Future
Tulisan ini dipublikasikan di ***Kesehatan Kehamilan-Persalinan, ***Penyakit Infeksi Virus dan tag , . Tandai permalink.

4 Balasan ke Rubela Si Campak Jerman, Ringan Pada Anak Berbahaya Pada Ibu Hamil

  1. las vegas wedding berkata:

    Nice post. I was checking continuously this weblog and I am impressed!

    Extremely helpful info specially the closing part :
    ) I maintain such information much. I used to be seeking this particular info for a long time.
    Thank you and best of luck.

  2. thelofts.Srgliving.com berkata:

    Simply wish to say your article is as astonishing.
    The clarity on your submit is simply great and that i can assume you’re a professional on this subject. Well together with your permission let me to grasp your feed to keep up to date with drawing close post. Thanks 1,000,000 and please carry on the rewarding work.

  3. rosalia berkata:

    Anak saya, Kevin, 7 tahun, belum pernah mendapat imunisasi MMR. Apakah sudah terlambat untuk mendapat kekebalan melalui imunisasi MMR ?

  4. Meyriana D.Haloho ( 11.199), Maysarah Tambunan(11.189), Juwita Tp.Bolon ( 11.153),Sorta Junika(11.328), Lilis Sunarti(11.171),Taruliasi Malau(11.354) berkata:

    Rubella sama dengan campak jerman.Rubella disebut juga sebagai campak 3 hari, karena biasanya anak dengan rubella akan membaik dalam waktu 3 hari.
    Keadaan yang paling berbahaya adalah jika virus rubella menginfeksi
    janin karena hal ini dapat mengakibatkan sindroma rubella kongenital.
    Infeksi virus pada janin dapat terjadi jika wanita yang sedang
    mengandung terserang virus rubella pada 4 bulan pertama usia
    kehamilannya.

    Rubella sangat berbahaya bagi ibu hamil. Virus Rubella memang tidak hanya menyerang ibu hamil, tetapi efek yang diakibatkan virus ini patut diwaspadai oleh ibu hamil karena bisa menyebabkan keguguran, terganggunya perkembangan pada janin, hingga terjadinya kelainan saat proses kelahiran. Dan terakhir, ada dugaan sementara bahwa Virus Rubella yang menyerang ibu hamil dapat menyebabkan anak mengalami autisme.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Gravatar
WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out / Ubah )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out / Ubah )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out / Ubah )

Google+ photo

You are commenting using your Google+ account. Log Out / Ubah )

Connecting to %s