Penanganan Terkini Clubfoot atau Congenital Talipes Equino-varus (CTEV)

Penanganan Terkini Clubfoot atau Congenital Talipes Equino-varus (CTEV)

Clubfoot adalah kata yang digunakan untuk menggambarkan hadiah cacat kaki saat lahir.  Gangguan pada kaki tersebut dapat ringan atau berat, dan dapat melibatkan satu kaki atau keduanya.  Istilah medis untuk “kaki pengkor” atau “kaki bengkok” atau “kaki O” adalah talipes equinovarus. Ada juga yang cacat kaki yang lain yang lebih ringan yang tidak separah kaki pengkor.

clubfoot.jpg club foot image by hartz18

  • Clubfoot adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan deformitas umum dimana kaki berubah dari posisi yang normal.
  • Congenital Talipes Equino-varus (CTEV) atau biasa disebut Clubfoot merupakan deformitas yang umum terjadi pada anak-anak,
  • Clubfoot  sering disebut juga CTEV (Congeintal Talipes Equino Varus) adalah deformitas yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan rotasi media dari tibia (Priciples of Surgery, Schwartz). Talipes berasal dari kata talus (ankle) dan pes (foot), menunjukkan suatu kelainan pada kaki (foot) yang menyebabkan penderitanya berjalan pada ankle-nya. Sedang Equinovarus berasal dari kata equino (meng.kuda) + varus (bengkok ke arah dalam/medial).
  • Sampai saat ini masih banyak  perdebatan dalam etiopatologi CTEV.
  • Patogenesisnya bersifat multifaktorial. Banyak teori telah diajukan sebagai penyebab deformitas ini, termasuk faktor genetic, defek sel germinativum primer, anomali vascular, faktor jaringan lunak, faktor intrauterine dan faktor miogenik. Telah diketahui bahwa kebanyakan anak dengan CTEV memiliki atrofi otot betis, yang tidak hilang setelah terapi, karenanya mungkin terdapat hubungan antara patologi otot dan deformitas ini.
  • CTEV adalah salah satu anomali ortopedik kongenital yang paling sering terjadi seperti dideskripsikan oleh Hippocrates pada tahun 400 SM, dengan gambaran klinis tumit yang bergeser kebagian dalam dan kebawah, forefoot juga berputar kedalam. Tanpa terapi, pasien dengan clubfoot akan berjalan dengan bagian luar kakinya, yang mungkin menimbulkan nyeri dan atau disabilitas. Meskipun begitu, hal ini masih menjadi tantangan bagi keterampilan para ahli bedah ortopedik anak akibat adanya kecenderungan kelainan ini menjadi relaps, tanpa memperdulikan apakah kelainan tersebut diterapi secara operatif maupun konservatif. Salah satu alasan terjadinya relaps antara lain adalah kegagalan ahli bedah dalam mengenali kelainan patoanatomi yang mendasarinya. clubfoot seringkali secara otomatis diangggap sebagai deformitas equinovarus, namun ternyata terdapat permutasi dan kombinasi lainnya, seperti Calcaneovalgus,, Equinovalgus dan Calcaneovarus yang mungkin saja terjadi.
  • CTEV merupakan kelainan kongenital kaki yang paling penting karena mudah mendiagnosisnya tetapi sulit mengkoreksinya secara sempurna, meskipun oleh ortopedis yang berpengalaman. Derajat beratnya deformitas dapat ringan, sedang atau berat, tergantung fleksibilitas atau adanya resistensi terhadap koreksi. CTEV harus dibedakan dengan postural clubfoot atau posisional equinovarus dimana pada CTEV bersifat rigid, menimbulkan deformitas yang menetap bila tidak dikoreksi segera.
  • Penatalaksanaan CTEV bertujuan untuk mencegah terjadinya disabilitas sehingga penderita dapat melakukan aktifitas secara normal baik ketika anak-anak maupun setelah tumbuh dewasa. Penatalaksanaan CTEV harus dapat dilakukan sedini mungkin, minimal pada beberapa hari setelah lahir, meliputi koreksi pasif, mempertahankan koreksi untuk jangka panjang dan pengawasan sampai akhir pertumbuhan anak. Pada beberapa kasus diperlukan tindakan pembedahan. Penatalaksanaan rehabilitasi medis pada penderita CTEV sangat penting dalam hal mencegah terjadinya disabilitas secara dini maupun setelah dilakukan tindakan koreksi secara operatif.3
  • Beberapa dari deformitas kaki termasuk deformitas ankle disebut dengan talipes yang berasal dari kata talus (yang artinya ankle) dan pes (yang berarti kaki). Deformitas kaki dan ankle dipilah tergantung dari posisi kelainan ankle dan kaki.
  • Deformitas talipes diantaranya : – Talipes varus : inversi atau membengkok ke dalam – Talipes valgus : eversi atau membengkok ke luar – Talipes equinus : plantar fleksi dimana jari-jari lebih rendanh daripada tumit – Talipes calcaneus : dorsofleksi dimana jari-jari lebih tinggi daripada tumit
  • Club Foot terjadi kelainan berupa : • Fore Foot Adduction (kaki depan mengalami adduksi dan supinasi) • Hind Foot Varus (tumit terinversi) • Equinus ankle (pergelangan kaki dalam keadaan equinus = dalam keadaan plantar fleksi)
  • Clubfeet yang terbanyak merupakan kombinasi dari beberapa posisi dan angka kejadian yang paling tinggi adalah tipe talipes equinovarus (TEV) dimana kaki posisinya melengkung kebawah dan kedalam dengan berbagai tingkat keparahan. Unilateral clubfoot lebih umum terjadi dibandingkan tipe bilateral dan dapat terjadi sebagai kelainan yang berhubungan dengan sindroma lain seperti aberasi kromosomal, artrogriposis (imobilitas umum dari persendian), cerebral palsy atau spina bifida.
  • Frekuensi clubfoot dari populasi umum adalah 1 : 700 sampai 1 : 1000 kelahiran hidup dimana anak laki-laki dua kali lebih sering daripada perempuan. Insidensinya berkisar dari 0,39 per 1000 populasi Cina sampai 6,8 per 1000 diantara orang.  Clubfoot adalah salah satu cacat lahir yang paling umum. Lebih dari 4.000 bayi (sekitar 1 dari 1.000) lahir dengan Clubfoot di Amerika Serikat setiap tahun (1, 2).  Berdasarkan data, 35% terjadi pada kembar monozigot dan hanya 3% pada kembar dizigot. Ini menunjukkan adanya peranan faktor genetika. Anak laki-laki terkena dua kali lebih sering anak perempuan (1, 2). Cacat kaki ringan bahkan lebih umum daripada Clubfoot.

Penyebab

Penyebabutama CTEV tidak diketahui. Adanya berbagai macam teori penyebab terjadinnya CTEV menggambarkan betapa sulitnya membedakan antara CTEV primer dengan CTEV sekunder karena suatu proses adaptasi.

Beberapa teori mengenai penyebab terjadinya CTEV:

Penyebab pasti Clubfoot masih bel;um diketahui secara pasti. Di masa lalu, dokter mengira bahwa kaki bayi yang bengkok atau sempit karena cara bayi berbaring di dalam rahim ibunya. Hal ini berlaku dari beberapa kelainan kaki yang mengoreksi diri setelah lahir (termasuk calcaneovalgus dan metatarsus ringan adductus).  Para ilmuwan sekarang percaya bahwa faktor genetik dan lingkungan berkontribusi Clubfoot. Faktor lingkungan dapat termasuk infeksi, penggunaan narkoba dan merokok. Satu studi menemukan bahwa wanita dengan riwayat keluarga Clubfoot yang merokok selama kehamilan memiliki risiko 20 kali lipat untuk memiliki bayi yang terkena dampak . Kebanyakan anak dengan Clubfoot tidak memiliki cacat lahir lainnya, meskipun kadang-kadang memang terjadi cacat lainnya. Dalam beberapa kasus, Clubfoot terjadi sebagai bagian dari sindrom yang mencakup sejumlah cacat lahir. Misalnya, anak dengan spina bifida (tulang belakang terbuka) terkadang memiliki bentuk Clubfoot. Hal ini disebabkan oleh saraf tulang belakang rusak yang terjadi pada kaki. Dalam kasus lain, kaki yang normal pada saat lahir dapat menjadi bengkok akibat penyakit otot atau saraf.

Teori Penyebab dan Faktor resiko

  • Pada tahun 2008 penerima hadiah March of Dimes  di Washington University School of Medicine di St Louis adalah tim yang mengidentifikasi gen pertama dikaitkan dengan  Clubfoot  pada manusia.  Gen, PITX1, memainkan peran penting dalam pengembangan awal kaki.  Pemahaman yang lebih baik dari faktor genetik yang berkontribusi terhadap kaki pengkor akhirnya dapat menyebabkan cara-cara baru untuk mencegah dan mengobati gangguan tersebut.  Peneliti juga sedang mempelajari bagaimana otot bayi yang belum lahir, tulang dan saraf tumbuh, dan faktor genetik dan lingkungan yang mempengaruhi mereka, karena wawasan tentang penyebab dan pencegahan cacat lahir kaki pengkor dan lainnya.
  • Teori kromosomal, antara lain defek dari sel germinativum yang tidak dibuahi dan muncul sebelum fertilisasi.
  • Teori embrionik, antara lain defek primer yang terjadi pada sel germinativum yang dibuahi (dikutip dari Irani dan Sherman) yang mengimplikasikan defek terjadi antara masa konsepsi dan minggu ke-12 kehamilan.
  • Teori otogenik, yaitu teori perkembangan yang terhambat, antara lain hambatan temporer dari perkembangan yang terjadi pada atau sekitar minggu ke-7 sampai ke-8 gestasi. Pada masa ini terjadi suatu deformitas clubfoot yang jelas, namun bila hambatan ini terjadi setelah minggu ke-9, terjadilah deformitas clubfoot yang ringan hingga sedang. Teori hambatan perkembangan ini dihubungkan dengan perubahan pada faktor genetic yang dikenal sebagai “Cronon”. “Cronon” ini memandu waktu yang tepat dari modifikasi progresif setiap struktur tubuh semasa perkembangannya. Karenanya, clubfoot terjadi karena elemen disruptif (lokal maupun umum) yang menyebabkan perubahan faktor genetic (cronon).
  • Teori fetus, yakni blok mekanik pada perkembangan akibat intrauterine crowding.
  • Teori neurogenik, yakni defek primer pada jaringan neurogenik.
  • Teori amiogenik, bahwa defek primer terjadi di otot.

Manifestasi klinis

  • Gejala klinis dapat ditelusuri melalui riwayat keluarga yang menderita clubfoot atau kelainan neuromuskuler, dan dengan melakukan pemeriksaan secara keseluruhan untuk mengidentifikasi adanya abnormalitas.
  • Pemeriksaan dilakukan dengan posisi prone, dengan bagian plantar yang terlihat, dan supine untuk mengevaluasi rotasi internal dan varus. Jika anak dapat berdiri , pastikan kaki pada posisi plantigrade, dan ketika tumit sedang menumpu, apakah pada posisi varus, valgus atau netral.
  • Deformitas serupa terlihat pada myelomeningocele and arthrogryposis. Oleh sebab itu agar selalu memeriksa gejala-gejala yang berhubungan dengan kondisi-kondisi tersebut. Ankle equinus dan kaki supinasi (varus) dan adduksi (normalnya kaki bayi dapat dorso fleksi dan eversi, sehingga kaki dapat menyentuh bagian anterior dari tibia). Dorso fleksi melebihi 90° tidak memungkinkan.

Diagnosis

Clubfoot dan beberapa cacat kaki yang lain secara umum dapat diakui selama pemeriksaan baru lahir.  Cacat ini biasanya dapat didiagnosis dengan pemeriksaan fisik saja, meskipun kadang-kadang penyedia bisa merekomendasikan tes tambahan, seperti sinar-X.  Clubfoot kadang didiagnosis sebelum kelahiran, selama USG.  Meskipun gangguan tersebut tidak dapat diobati sebelum kelahiran, orang tua memiliki kesempatan untuk menemukan seorang ahli bedah ortopedi dan belajar tentang pilihan pengobatan.

  • Kelainan ini mudah didiagnosis, dan biasanya terlihat nyata pada waktu lahir (early diagnosis after birth). Pada bayi yang normal dengan equinovarus postural, kaki dapat mengalami dorsifleksi dan eversi hingga jari-jari kaki menyentuh bagian depan tibia. “Passive manipulation dorsiflexion → Toe touching tibia → normal”.
  • Bentuk dari kaki sangat khas. Kaki bagian depan dan tengah inversi dan adduksi. Ibu jari kaki terlihat relatif memendek. Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki cekung dengan alur atau cekungan pada bagian medial plantar kaki. Kaki bagian belakang equinus. Tumit tertarik dan mengalami inversi, terdapat lipatan kulit transversal yang dalam pada bagian atas belakang sendi pergelangan kaki. Atrofi otot betis, betis terlihat tipis, tumit terlihat kecil dan sulit dipalpasi. Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki depan tidak dapat diabduksikan dan dieversikan, kaki belakang tidak dapat dieversikan dari posisi varus. Kaki yang kaku ini yang membedakan dengan kaki equinovarus paralisis dan postural atau positional karena posisi intra uterin yang dapat dengan mudah dikembalikan ke posisi normal. Luas gerak sendi pergelangan kaki terbatas. Kaki tidak dapat didorsofleksikan ke posisi netral, bila disorsofleksikan akan menyebabkan terjadinya deformitas rocker-bottom dengan posisi tumit equinus dan dorsofleksi pada sendi tarsometatarsal. Maleolus lateralis akan terlambat pada kalkaneus, pada plantar fleksi dan dorsofleksi pergelangan kaki tidak terjadi pergerakan maleoulus lateralis terlihat tipis dan terdapat penonjolan korpus talus pada bagian bawahnya. Tulang kuboid mengalami pergeseran ke medial pada bagian distal anterior tulang kalkaneus. Tulang navicularis mengalami pergeseran medial, plantar dan terlambat pada maleolus medialis, tidak terdapat celah antara maleolus medialis dengan tulang navikularis. Sudut aksis bimaleolar menurun dari normal yaitu 85° menjadi 55° karena adanya perputaran subtalar ke medial.
  • Terdapat ketidakseimbangan otot-otot tungkai bawah yaitu otot-otot tibialis anterior dan posterior lebih kuat serta mengalami kontraktur sedangkan otot-otot peroneal lemah dan memanjang. Otot-otot ekstensor jari kaki normal kekuatannya tetapi otot-otot fleksor jari kaki memendek. Otot triceps surae mempunyai kekuatan yang normal.
  • Tulang belakang harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina bifida. Sendi lain seperti sendi panggul, lutut, siku dan bahu harus diperiksa untuk melihat adanya subluksasi atau dislokasi. Pmeriksaan penderita harus selengkap mungkin secara sistematis seperti yang dianjurkan oleh R. Siffert yang dia sebut sebagai Orthopaedic checklist untuk menyingkirkan malformasi multiple.

DIAGNOSIS BANDING

  1. Postural clubfoot- disebabkan oleh posisi fetus dalam uterus. Kaki dapat dikoreksi secara manual oleh pemeriksa. Mempunyai respon yang baik dan cepat terhadap serial casting dan jarang akan kambuh kembali
  2. Metatarsus adductus (atau varus)- adalah deformitas pada metatarsal saja. Kaki bagian depan mengarah ke bagian medial dari tubuh. Dapat dikoreksi dengan manipulasi dan mempunyai respon terhadap serial casting.

Prognosis

Asalkan terapi dimulai sejak lahir, deformitas sebagian besar dapat diperbaiki; walupun demikian, keadaan ini sering tidak sembuh sempurna dan sering kambuh, terutama pada bayi dengan kelumpuhan otot yang nyata atau disertai penyakit neuromuskuler. Beberapa kasus menunjukkan respon yang positif terhadap penanganan, sedangkan beberapa kasus lain menunjukkan respon yang lama atau tidak berespon samasekali terhadap treatmen. Orangtua harus diberikan informasi bahwa hasil dari treatmen tidak selalu dapat diprediksi dan tergantung pada tingkat keparahan dari deformitas, umur anak saat intervensi, perkembangan tulang, otot dan syaraf. Fungsi kaki jangka panjang setelah terapi secara umum baik tetapi hasil study menunjukkan bahwa koreksi saat dewasa akan menunjukkan kaki yang 10% lebih kecil dari biasanya

Penanganan

Sekitar 90-95% kasus club foot bisa di-treatment dengan tindakan non-operatif atau pendekatan non-bedah. Kebanyakan melibatkan beberapa bentuk manipulasi, gips, merekam dan belat. Pendekatan ini telah banyak mengurangi kebutuhan untuk perbaikan pembedahan besar, yang sering dikaitkan dengan komplikasi jangka panjang, seperti kaki dan pergelangan kaki sakit dan kekakuan. Seorang bayi dengan Clubfoot harus ditangani oleh ahli bedah ortopedi yang berpengalaman dalam berurusan dengan Clubfoot dan dapat membahas berbagai pilihan pengobatan dengan orang tua.

Penanganan yang dapat dilakukan pada club foot tersebut dapat berupa :

Non-Operative :

  • Pertumbuhan yang cepat selama periode infant memungkinkan untuk penanganan remodelling. Penanganan dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga tahapan yaitu : koreksi dari deformitas, mempertahankan koreksi sampai keseimbangan otot normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah kembalinya deformitas.
  • Pendekatan yang paling umum untuk mengobati Clubfoot menggunakan manipulasi dan casting, yang biasanya memperbaiki kaki pengkor dalam 2 sampai 3 bulan .  Idealnya, pengobatan harus dimulai dalam beberapa minggu pertama kehidupan.  Pada usia ini, ligamen dan tendon di kaki sangat fleksibel dan merespon dengan baik terhadap pengobatan. Studi menunjukkan bahwa pendekatan ini juga bisa sukses dalam mengobati anak yang lebih dari 1 tahun dengan kaki pengkor dikoreksi. Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari serial “cast” yang dimulai dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai tujuan koreksi tercapai. Koreksi ini ditunjang juga dengan latihan stretching dari struktur sisi medial kaki dan latihan kontraksi dari struktur yang lemah pada sisi lateral.
  • Manipulasi dan pemakaian “cast” ini diulangi secara teratur (dari beberapa hari sampai 1-2 bulan dengan interval 1-2 bulan) untuk mengakomodir pertumbuhan yang cepat pada periode ini.
  • Jika manipulasi ini tidak efektif, dilakukan koreksi bedah untuk memperbaiki struktur yang berlebihan, memperpanjang atau transplant tendon. Kemudian ektremitas tersebut akan di “cast” sampai tujuan koreksi tercapai. Serial Plastering (manipulasi pemasangan gibs serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12 minggu). Setelah itu dialakukan koreksi dengan menggunakan sepatu khusus, sampai anak berumur 16 tahun.
  • Perawatan pada anak dengan koreksi non bedah sama dengan perawatan pada anak dengan anak dengan penggunaan “cast”. Anak memerlukan waktu yang lama pada koreksi ini, sehingga perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Observasi kulit dan sirkulasi merupakan bagian penting pada pemakaian cast. Orangtua juga harus mendapatkan informasi yang cukup tentang diagnosis, penanganan yang lama dan pentingnya penggantian “cast” secara teratur untuk menunjang penyembuhan.
  • Perawatan “cast” (termasuk observasi terhadap komplikasi), dan menganjurkan orangtua untuk memfasilitasi tumbuh kembang normal pada anak walaupun ada batasan karena deformitas atau therapi yang lama.
  • Perawatan “cast” meliputi : – Biarkan cast terbuka sampai kering – Posisi ektremitas yang dibalut pada posisi elevasi dengan diganjal bantal pada hari pertama atau sesuai  intruksi – Observasi ekteremitas untuk melihat adanya bengkak, perubahan warna kulit dan laporkan bila ada perubahan yang abnormal – Cek pergerakan dan sensasi pada ektremitas secara teratur, observasi adanya rasa nyeri – Batasi aktivitas berat pada hari-hari pertama tetapi anjurkan untuk melatih otot-otot secara ringan, gerakkan sendi diatas dan dibawah cast secara teratur. – Istirahat yang lebih banyak pada hari-hari pertama untuk mencegah trauma – Jangan biarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam cast, jauhkan benda-benda kecil yang bisa dimasukkan ke dalam cast oleh anak – Rasa gatal dapat dukurangi dengan ice pack, amati integritas kulit pada tepi cast dan kolaborasikan bila gatal-gatal semakin berat – Cast sebaiknya dijauhkan dari dengan air

CAST PADA CTEV (POSENTI TRETMENT)

Traditional manipulation and casting methods fail...

Traditional manipulation and casting methods fail, as they do not allow the free rotation of the calcaneum and the talus

Ilizarov distraction for arthrogrypotic clubfoot.

Ilizarov distraction for arthrogrypotic clubfoot.

Operatif

  • Indikasi dilakukan operasi adalah sebagai berikut : • Jika terapi dengan gibs gagal • Pada kasus Rigid club foot pada umur 3-9 bulan
  • Operasi dilakaukan dengan melepasakan karingan lunak yang mengalami kontraktur maupun dengan osteotomy. Osteotomy biasanya dilakukan pada kasus club foot yang neglected/ tidak ditangani dengan tepat.
  • Kasus yang resisten paling baik dioperasi pada umur 8 minggu, tindakan ini dimulai dengan pemanjangan tendo Achiles ; kalau masih ada equinus, dilakuakan posterior release dengan memisahkan seluruh lebar kapsul pergelangan kaki posterior, dan kalau perlu, kapsul talokalkaneus. Varus kemudian diperbaiki dengan melakukan release talonavikularis medial dan pemanjangan tendon tibialis posterior.(Ini Menurut BuKu Appley).
  • Pada umur > 5 tahun dilakukan bone procedure osteotomy. Diatas umur 10 tahun atau kalau tulang kaki sudah mature, dilakukan tindakan artrodesis triple yang terdiri atas reseksi dan koreksi letak pada tiga persendian, yaitu : art. talokalkaneus, art. talonavikularis, dan art. kalkaneokuboid.

Komplikasi

  1. Komplikasi dapat terjadi dari terapi konservatif maupun operatif. Pada terapi konservatif mungkin dapat terjadi maslah pada kulit, dekubitus oleh karena gips, dan koreksi yang tidak lengkap. Beberapa komplikasi mungkin didapat selama dan setelah operasi. Masalah luka dapat terjadi setelah operasi dan dikarenakan tekanan dari cast. Ketika kaki telah terkoreksi, koreksi dari deformitas dapat menarik kulit menjadi kencang, sehinggga aliran darah menjadi terganggu. Ini membuat bagian kecil dari kulit menjadi mati. Normalnya dapat sembuh dengan berjalannya waktu, dan jarang memerlukan cangkok kulit.
  2. Infeksi dapat terjadi pada beberapa tindakan operasi. Infeksi dapat terjadi setelah operasi kaki clubfoot. Ini mungkin membutuhkan pembedahan tambahan untuk mengurangi infeksi dan antibiotik untuk mengobati infeksi.
  3. Kaki bayi sangat kecil, strukturnya sangat sulit dilihat. Pembuluh darah dan saraf mungkin saja rusak akibat operasi. Sebagian besar kaki bayi terbentuk oleh tulang rawan. Material ini dapat rusak dan mengakibatkan deformitas dari kaki. Deformitas ini biasanya terkoreksi sendir dengan bertambahnya usia

Clubfoot atau secara luas dikenal sebagai sinonim untuk talipes equinovarus, merupakan deformitas kongenital yang bahkan sebelum jaman hippocrates sudah menarik perhatian dunia medis. Banyak keadaan bisa menyebabkan deformitas clubfoot dengan perubahan struktur serupa abnormalitas ini terbentuk selama masa pertumbuhan capat tulang. Pada saat bayi dilahirkan, deformitas kaki kongenital bisa tampak mirip satu dengan lainnya, apapun etiologinya. Kesalahpahaman menyangkut etiologi, patologi dan efikasi penatalaksanaan telah mengisi berbagai literatur karena kegagalan dalam membedakan bentuk idiopatik dari deformitas yang didapat atau sekunder.

Apapun masalahnya, yang terpenting adalah pengenalan dini penyebab deformitas, sehingga rangkaian penatalaksanaan dapat segera direncanakan dan keluarga penderita memperoleh informasi yang akurat, prognosis yang realistik dan menghindari komplikasi iatrogenik akibat kekeliruan dalam program penatalaksanaan clubfoot. Keluarga penderita harus diberikan edukasi yang sejelas-jelasnya, terutama mengenai kemungkinan terjadinya kekambuhan dan kelainan ini tidak dapat terkoreksi sempurna atau normal, adanya gejala sisa.

Posteromedial release for clubfoot.

Posteromedial release for clubfoot.

Never forcibly evert or pronate the foot during c...Spontaneous correction of the hind foot varus by ...

Never forcibly evert or pronate the foot during clubfoot casting (A), Spontaneous correction of the hind foot varus by abducting the forefoot and allowing the calcaneum to freely rotate under the talus (B)

Complications of manipulation treatment. Rockerbo...

Komplikasi dari manipulasi dan terapi :  Rockerbottom foot.

Pencegahan

Tidak ada cara untuk mencegah Clubfoot  saat ini.  Namun, wanita hamil tidak boleh merokok, terutama jika mereka memiliki riwayat keluarga Clubfoot. Merokok juga meningkatkan risiko memiliki bayi dengan berat lahir rendah atau prematur, serta komplikasi kehamilan lainnya. Konseling genetik dapat membantu orang tua memahami kemungkinan memiliki anak dengan kaki pengkor. Umumnya, jika seorang anak memiliki Clubfoot terisolasi (tidak ada cacat lahir lainnya sekarang), risiko kekambuhan pada kehamilan lain adalah rendah (sekitar 5 persen), tetapi secara substansial lebih besar daripada risiko pada populasi umum

End Point :

  • Banyak keadaan bisa menyebabkan deformitas clubfoot dengan perubahan struktur serupa abnormalitas ini terbentuk selama masa pertumbuhan capat tulang. Pada saat bayi dilahirkan, deformitas kaki kongenital bisa tampak mirip satu dengan lainnya, apapun etiologinya.
  • Kesalahpahaman menyangkut etiologi, patologi dan efikasi penatalaksanaan karena kegagalan dalam membedakan bentuk idiopatik dari deformitas yang didapat atau sekunder.
  • Paling utama adalah pengenalan dini penyebab deformitas, sehingga rangkaian penatalaksanaan dapat segera direncanakan dan keluarga penderita memperoleh informasi yang akurat, prognosis yang realistik dan menghindari komplikasi iatrogenik akibat kekeliruan dalam program penatalaksanaan clubfoot.
  • Keluarga penderita harus diberikan edukasi yang sejelas-jelasnya, terutama mengenai kemungkinan terjadinya kekambuhan dan kelainan ini tidak dapat terkoreksi sempurna atau normal, adanya gejala sisa.

Reference :

  • Ponseti IV. Clubfoot management. J Pediatr Orthop. Nov-Dec 2000;20(6):699-700.
  • Cooper DM, Dietz FR. Treatment of idiopathic clubfoot. A thirty-year follow-up note. J Bone Joint Surg Am. Oct 1995;77(10):1477-89.
  • Bor N, Herzenberg JE, Frick SL. Ponseti management of clubfoot in older infants. Clin Orthop Relat Res. Mar 2006;444:224-8.
  • Noonan KJ, Richards BS. Nonsurgical management of idiopathic clubfoot. J Am Acad Orthop Surg. Nov-Dec 2003;11(6):392-402.
  • Docker CE, Lewthwaite S, Kiely NT. Ponseti treatment in the management of clubfoot deformity – a continuing role for paediatric orthopaedic services in secondary care centres. Ann R Coll Surg Engl. Jul 2007;89(5):510-2.
  • Ippolito E, Ponseti IV. Congenital club foot in the human fetus. A histological study. J Bone Joint Surg Am. Jan 1980;62(1):8-22.
  • Scher DM. The Ponseti method for treatment of congenital club foot. Curr Opin Pediatr. Feb 2006;18(1):22-5.
  • American Academy of Orthopaedic Surgeons. (2007). Children’s clubfoot: Treatment with casting or operation? Retrieved May 19, 2009 from: orthoinfo.aaos.org.
  • Dobbs, M.B., & Gurnett, C.A. (2009). Update on clubfoot: Etiology and treatment. Clinical Orthopaedics and Related Research, 467(5), 1146-1153.
  • Duke University Department of Orthopaedics. (2009). Calcaneovalgus foot. Retrieved May 19, 2009 from: wheelessonline.com/ortho/calcaneovalgus_foot.
  • American Academy of Orthopaedic Surgeons. (2009). Intoeing. Retrieved May 19, 2009 from: orthoinfo.aaos.org..
  • Richards, B.S., Faulks, S., Rathjen, K.E., Karol, L.A., Johnston, C.E., et al. (2008). A comparison of two nonoperative methods of idiopathic clubfoot correction: The Ponseti method and the French functional (physiotherapy) method. The Journal of Bone and Joint Surgery (11), 2313-2321.
  • Honein, M.A., Paulozzi, L.J. & Moore, C.A. (2000). Family history, maternal smoking and clubfoot: An indication of a gene-environment interaction. American Journal of Epidemiology, 152(7), 658-665.
  • Gurnett, C.A., Alaee, F., Kruse, L.M., Desruisseau, D.M., Hecht, J.T., et al. (2008). Asymmetric lower-limb malformations in individuals with homeobox PITX1 mutation. American Journal of Human Genetics, 83, 616-622.
  • Freedman JA, Watts H, Otsuka NY. The Ilizarov method for the treatment of resistant clubfoot: is it an effective solution?. J Pediatr Orthop. Jul-Aug 2006;26(4):432-7.
  • Ponseti IV. Relapsing clubfoot: causes, prevention, and treatment. Iowa Orthop J. 2002;22:55-6.
  • Tachdjian Mihran O. Congenital Talipes Equinovarus In: John Anthony Herring [editor]: Pediatric Orthopaedics, From the Texas Scottish Rite Hospital for Children. Saunders elsivier, 2008; 1070-1078.
  • Reyes Tyrone M, Luna-Reyes Ofelia B. The Ankle and the Foot. In: Kinesiology. Manila, Philipines: UST Printing Office, 1978;152-166.
  • Graham. Apley, Louis Solomon. Deformities of the Foot. In: Apley’s System of Orthopaedics and Procedurs,1982; 307-9.
  • David H. Sutherland. Congenital Clubfoot. In: Gait Disorders in Chilhood and Adolescence. William and Wilkins, 1984, 81
  • http://www.emedicine/spesialities/radiology/pediatrics. Author: Ellen M Chung.
  • http://www.ijoonline.com, Indian Journal of Orthopaedics, November 2008

 

CHILDREN FOOT CLINIC (KLINIK KHUSUS GANGGUAN MASALAH KAKI PADA ANAK)

.

growupclinic.com

Supported By:

GRoW UP CLINIC JAKARTA Yudhasmara Foundation GRoW UP CLINIC I Jl Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat 10210, phone (021) 5703646 – 44466102 GRoW UP CLINIC II MENTENG SQUARE Jl Matraman 30 Jakarta Pusat 10430, Phone (021) 44466103 – 97730777email :   http://growupclinic.com http://www.facebook.com/GrowUpClinic Creating-hashtag-on-twitter@growupclinic
“GRoW UP CLINIC” Jakarta Focus and Interest on: *** Allergy Clinic Online *** Picky Eaters and Growup Clinic For Children, Teen and Adult (Klinik Khusus Gangguan Sulit Makan dan Gangguan Kenaikkan Berat Badan)*** Children Foot Clinic *** Physical Medicine and Rehabilitation Clinic *** Oral Motor Disorders and Speech Clinic *** Children Sleep Clinic *** Pain Management Clinic Jakarta *** Autism Clinic *** Children Behaviour Clinic *** Motoric & Sensory Processing Disorders Clinic *** NICU – Premature Follow up Clinic *** Lactation and Breastfeeding Clinic *** Swimming Spa Baby & Medicine Massage Therapy For Baby, Children and Teen ***
Professional Healthcare Provider “GRoW UP CLINIC” Dr Narulita Dewi SpKFR, Physical Medicine & Rehabilitation curriculum vitae HP 085777227790 PIN BB 235CF967  Clinical – Editor in Chief : Dr WIDODO JUDARWANTO, pediatrician email : judarwanto@gmail.com curriculum vitae Creating-hashtag-on-twitter: @WidoJudarwanto www.facebook.com/widodo.judarwanto Mobile Phone O8567805533 PIN BB 25AF7035

We are guilty of many errors and many faults. But our worst crime is abandoning the children, neglecting the fountain of life.
Information on this web site is provided for informational purposes only and is not a substitute for professional medical advice. You should not use the information on this web site for diagnosing or treating a medical or health condition. You should carefully read all product packaging. If you have or suspect you have a medical problem, promptly contact your professional healthcare provider

Copyright © 2014, GRoW UP CLINIC Information Education Network. All rights reserved

 

About these ads

Tentang GrowUp Clinic

In 1,000 days Your Children, You can change the future. Our Children Our Future
Tulisan ini dipublikasikan di Gangguan Motorik, Gangguan Pertumbuhan, Kesehatan Anak Saraf-Neurologi, Penanganan dan Terapi, Perkembangan Motorik Kasar, Pertumbuhan Motorik dan tag . Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Gravatar
WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Logout / Ubah )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Logout / Ubah )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Logout / Ubah )

Google+ photo

You are commenting using your Google+ account. Logout / Ubah )

Connecting to %s