Kenali Tanda dan Gejala Dispraksia Pada Anak

Kenali Tanda dan Gejala Dispraksia Pada Anak

Dr Narulita Dewi SpKFR, Physical Medicine & Rehabilitation -  Dr Widodo Judarwanto SpA, Pediatrician. Children Grow Up Clinic Jakarta Indonesia

Dispraksia berhubungan dengan ketidak mampuan untuk mengatur gerak. Dispraksia kerap kali menunjukan masalah dengan bahasa, baik lisan maupun tertulis. Penyebab dispraksia dianggap sebagai berhubungan dengan ketidakmatangan perkembangan neuronal dan banyak orang meningkatkan tingkat kemampuan, sementara mereka mereka menjadi dewasa. Perkembangan bicara dan bahasa dapat dipakai sebagai indikator perkembangan anak secara keseluruhan, termasuk kemampuan kognisi dan keberhasilan proses belajar di sekolah. Salah satu masalah wicara adalah dispraksia. Satu dari 20 anak usia sekolah menderita sindrom yang mempengaruhi pengorganisasian motor dan keterampilan bahasa. Hampir sebanyak 25% diketahui sebagai anak dispraksia ketika masuk sekolah.

Dalam penderita dispraksia terdapat suatu kerusakan berbasis neurologis yang mempengaruhi kemampuan pemrograman dan produksi wicara tanpa adanya gangguan fungsi neuromuskular. Dasar kesulitannya terjadi pada pelaksanaan dan koordinasi mekanisme wicara yang selanjutnya menjadikan kegagalan dalam pembelajaran pengujaran.

Kira-kira satu anak di antara 20 anak menderita karena ini, di mana anak laki-laki terkenal 4 kali lebih banyak daripada anak perempuan. Sekitar 10 % anak-anak di Inggris mengalami dispraksia dan 2 % diantaranya mengalami dispraksia yang parah. Menurut penelitian ada satu diantara 30 anak dalam 1 kelas yang mengalami dispraksia. Dispraksia sering kali dikelirukan sebagai disleksia yaitu : kesukaran untuk membaca, menulis atau mengeja dan sering kali diikuti dengan masalah lain seperti ketrampilan pengorganisasian yang buruk. Dispraksia mungkin juga dianggap dengan ADD (Attention Deficit Disorder), ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau Discalculia yaitu : kesukaran untuk menangkap konsep-konsep dalam matematika. Padahal sebenarnya, dispraksia mencakup masalah yang lebih luas dan bervariasi.

Dispraksia

Dispraksia berasal dari kata “Dys” yang artinya tidak mudah atau sulit dan “praxis” yang artinya bertindak, melakukan. Nama lain Dispraksia adalah Development Co-ordination Disorder (DCD), Perceptuo-Motor Dysfunction, dan Motor Learning Disability. Pada jaman dulu lebih dikenal dengan nama Clumsy Child Syndrome. Menurut penelitian, gangguan ini kadang diturunkan dalam keluarga dan gejalanya tumpang tindih dengan gangguan lain yang mirip misalnya disleksia.

Menurut penelitian secara medis, dispraksia adalah gangguan atau ketidakmatangan anak dalam mengorganisir gerakan akibat kurang mampunya otak memproses informasi sehingga pesan-pesan tidak secara penuh atau benar ditransmisikan. Dispraksia mempengaruhi perencanaan apa-apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya. Hal ini menyebabkan timbulnya kesulitan dalam berpikir, merencanakan dan melakukan tugas-tugas motorik atau sensori.

Dispraksia bukanlah gangguan yang terjadi pada otot dan gangguan kecerdasan walaupun akibatnya mempengaruhi kemampuan berbahasa dan pengucapan. Masalah dispraksia terjadi ketika otak mencoba memerintahkan untuk melaksanakan apa yang mesti dilakukan, namun kemudian sinyal perintah otak itu diacak sehingga otot tidak dapat membaca sinyal tersebut. Keluarga yang hidup dengan anak dispraksia sering kali biasanya tidak menyadari kondisi anak dengan segera. Hal ini menyebabkan anak dispraksia mempunyai kepercayaan diri yang rendah akibat gangguan yang dideritanya dan kekurangtahuan keluarga. Anak dispraksia juga rawan terhadap gangguan depresi serta mempunyai kesulitan dalam emosi dan perilaku.

Gejala-gejala Dispraksia

Pada bayi

  • Dispraksia sering ditandai dengan sedikit atau tidak adanya ocehan.
  • Ketika mulai belajar bicara, huruf konsonan yang diucapkannya sangat sedikit.
  • hypertonia atau hipotonia.
  • Keterlambatan dalam mencapai tahap perkembangan.
  • Kesulitan melakukan aktivitas harian dan perawatan diri tugas-tugas seperti berpakaian.
  • Mengambil lebih lama untuk memperoleh keterampilan baru.
  • Kesulitan menjalin hubungan dan dengan perilaku sosial.
  • Kecemasan atau agitasi.
  • Tertunda perkembangan bahasa atau masalah dengan berbicara.

Pada anak usia 3 – 5 tahun (usia pra sekolah)

  • Aktivitas motorik yang sangat tinggi termasuk mengayun-ayunkan kaki dan menghentak-hentakan kaki ketika duduk, bertepuk tangan atau menari.
  • Tangan mengembang ketika berlari.
  • Kesukaran mengayuh pedal sepeda roda tiga atau mainan serupa.
  • Ketrampilan motorik halus yang jelek, misal sukar memegang pensil atau menggunakan gunting.
  • Kurang melakukan permainan yang imajinatif.
  • Mengalami kesulitan berbahasa yang terus menerus.
  • Respon terbatas pada instruksi lisan apa saja.
  • Terlambat berguling, merangkak, berjalan.
  • Kesulitan melakukan kegiatan fisik seperti naik tangga, berlari, melompat, dan melompat, jika dibandingkan dengan anak-anak lain pada usia yang sama.
  • Kesulitan mengunyah makanan padat.
  • Kesulitan dengan genggaman menjepit dan memegang pensil atau gambar.
  • Gambar mungkin tampak belum matang untuk usia anak.
  • Sukar menyesuaikan diri saat beralih ke makanan padat.
  • Sukar melangkah, memanjat, menyusun puzzle, mempelajari ketrampilan baru secara insting dan lambat mengembangkan kata-kata.
  • Sulit berbicara dengan jelas dan kesulitan menggerakkan mata sehingga lebih suka menggerakkan kepalanya daripada menggerakkan matanya.

Pada anak usia sekolah

  • Kesulitan berpartisipasi dalam situasi kelompok
  • Masalah dengan matematika dan menulis, termasuk memiliki masalah menyalin sesuatu dari papan di sekolah.
  • Disorganisation.
  • Gangguan  konsentrasi dan keterampilan mendengarkan
  • Ketidakmampuan untuk mengikuti instruksi.
  • Menghindari pendidikan jasmani di sekolah atau kegiatan fisik dengan teman-teman.
  • Kemarahan dan frustrasi.
  • Kesulitan dalam berkata-kata maupun mengekspresikan diri.
  • Sebagian anak dispraksia terlalu sensitif terhadap sentuhan.
  • Sukar mengingat instruksi dan menyalin tulisan dari papan tulis.
  • Tidak dapat menangkap konsep seperti : “di bawah”, “di atas”, “di dalam” atau “di luar”.
  • Mengalami kesukaran dalam memakai baju, menalikan sepatu dan menggunakan garpu atau pisau.
  • Keseimbangan badan yang buruk, sulit belajar naik sepeda.
  • Kemampuan membaca yang rendah dan buruk dalam menulis.
  • Sebagian anak dispraksia mengalami articulatory dyspraxia yang menyebabkan mereka mengalami kesulitan dalam berbicara dan mengeja.
  • kesulitan dengan keterampilan motorik halus dan kasar
  • kepekaan untuk menyentuh
  • memori jangka pendek yang kurang
  • tidak dapat menjawab pertanyaan sederhana meskipun mereka tahu jawabanya
  • masalah bicara, lambatnya belajar unyuk berbicara atau berbicara yang tidak terpadu;
  • terlibat dalam perilaku “tidak dewasa” dan dapat menunjukan tingkah marah-marah
  • mencapai prestasi lebih baik atas dasar satu-satu

Pada Dewasa:

  • Masalah dengan perencanaan dan organisasi.
  • Kesulitan belajar keterampilan baru di tempat kerja dan di rumah
  • Kesulitan ketika belajar mengemudi.

Dispraksia dikelompokkan menjadi beberapa klasifikasi berdasarkan tipe penampilannya;

  • DVD (Developmental Verbal Dyspraxia); anak mengalami kesulitan untuk membuat atau memproduksi suara atau kesulitan memproduksi suara menjadi kata.
  • OD (Oral Dyspraxia) pada kasus anak, ketidakmampuan melakukan gerakan mulut. Misalnya ketika diminta untuk angkat lidah, anak tidak dapat meresponnya. Tapi jika tidak disengaja anak dapat melakukannya.
  • MD (Motor Dyspraxia)

Developmental Verbal Dyspraxia (DVD)

  • Developmental Verbal Dyspraxia (DVD) adalah suatu kondisi bicara yang dihasilkan dari ketidakmatangan pada bagian otak yang mngurusi tentang bicara. Anak mengalami kesulitan dalam membuat bunyi suara yang konsisten karena daerah bicaranya tidak dapat mengirim pesan-pesan yang konsisten pada perangkat bicara. Dalam hal ini adalah lidah, bibir, laring, dan sebagainya.
  • Developmental Verbal Dyspraxia (DVD) juga dikenal sebagai : Apraxia of Speech, Developmental Apraxia of Speech, Apraxia, Dyspraxia, dan Developmental Articulatory Dyspraxia. Label-label yang berbeda ini dapat menimbulkan kebingungan tetapi memiliki arti kondisi bicara yang sama.
  • Anak yang mengalami dispraksia verbal memiliki otot yang  lengkap dan berfungsi dengan baik. Sebetulnya otot mereka dapat membuat bunyian  yang benar. Hanya saja, otot-otot yang terlibat tidak dapat mengucapkan  bunyian-bunyian tersebut sesuai kehendak. Oleh karena itu, anak-anak yang  memiliki masalah ini mengalami kesulitan mengucapkan bunyian-bunyian tertentu  dan lafal ucapan mereka menjadi tidak jelas.

Gejala-gejala DVD

  • Ketrampilan menerima bahasa yang normal atau di bawah rata-rata tapi terjadi penundaan ketrampilan mengekspresikan bahasa. Contoh : Anak-anak mengerti atau memahami lebih baik daripada saat dia berbicara.
  • Pada beberapa tahun pertama terjadi perkembangan bicara yang sangat lambat.
  • Adanya regresi dalam berbicara, seperti contoh : kata-kata yang sudah dipelajari menjadi hilang.
  • Terjadinya kemajuan dalam berbicara pada saat dia mendapatkan usia yang lebih tua.
  • Secara keseluruhan terjadi ketidakkonsistenan bunyi-bunyi bicara pada permulaan tahun-tahun pertama, seperti contoh : setiap kali anak diminta untuk berbicara suatu kata, dia melakukannya dengan cara yang berbeda (adanya penekanan pada kata atau pronounced yang berbeda).
  • Bunyi atau suara tercetak dalam polanya sendiri dan tidak berhubungan sama sekali dengan perkembangan bicara yang “normal” dimana anak-anak yang lain mengalaminya.
  • Kekonsistenan bunyi bicara terjadi secara bertahap.

Global Dyspraxia

Ada pula anak-anak yang menderita global dyspraxia dimana gejala-gejalanya adalah :

  • Pada saat bayi mengalami hipotonia yaitu dimana perkembangan sel-sel yang terlambat.
  • Mempunyai kontrol yang sangat lambat.
  • Mempunyai refleks menghisap yang sangat lemah seperti pada saat baru lahir, hal ini mungkin mengindikasikan kesulitan pada saat menyusui.
  • Kemampuan untuk duduk yang sangat lambat.
  • Kemampuan berjalan yang sangat lambat.
  • General Clumsiness pada gross motor skills.

Diagnosis banding

  • Cerebral palsy
  • Myotonic, myopathic atau connective tissue disorder.
  • Degenerative condition atau a storage disorder.
  • Joint hypermobility syndrome; Ehlers-Danlos syndrome.
  • Neurofibromatosis type 1 (NF1).

Penyakit Yang menyertai

  • sering disertai gangguan konsentrasi
  • Dyslexia
  • dyscalculia
  • Attention deficit hyperactivity disorder
  • Asperger’s syndrome.
  • Tactile defensiveness – oversensitivity sentuhan
  • Pervasive developmental disorder
  • Gangguan belajar lainya

Prognosis

  • Masalah gangguan motorik pada anak-anak dengan DCD bertahan paling tidak ke masa remaja.
  • Diagnosis dini dan pengobatan dini adalah penting untuk memberikan kesempatan lebih besar dari improvement.
  • Kesulitan awal sering mengakibatkan kesehatan fisik sekunder, kesehatan mental dan masalah pendidikan, misalnya miskin fisik kebugaran, kompetensi sosial yang buruk, masalah akademik, diganggu, masalah perilaku dan harga diri yang rendah.

Terapi

  • Pendekatan terhadap pengobatan dapat bervariasi, menurut asumsi teoritis yang berbeda tentang etiologi kondisi dan perkembangan yang course.
  • Penanganannya melibatkan terapis okupasi, fisioterapis, terapis bicara dan psikolog pendidikan. Kuncinya adalah pendekatan terkoordinasi antara orang tua, wali, guru dan profesional kesehatan.
  • Penting untuk berbagi semua informasi penilaian dan rekomendasi manajemen dengan orang tua, guru dan orang lain yang terlibat dengan pendidikan anak dan kesejahteraan.
  • Saran untuk membantu orang tua: Menyediakan alat yang sesuai untuk membantu tugas-tugas sulit, misalnya disesuaikan gunting, penggunaan komputer bukan tulisan tangan, teknik organisasi. Bekerja pada kekuatan motorik kasar: memperkenalkan olahraga yang sesuai seperti berenang, berkuda, bermain kano, berjalan, bulutangkis. Menjaga harga diri: hobi melihat bahwa anak akan menikmati. Menjaga hubungan baik dengan sekolah, sehingga ada kemitraan orangtua-sekolah.
  • Bekerja pada kepercayaan diri anak, perasaan memiliki dan membantu mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari
  • Sebagai suatu sistem pendidikan untuk anak-anak dengan gangguan motorik, Conductive Education mengajarkan bagaimana untuk “break down” kemampuan dan ketrampilan yang mereka coba untuk ditampilkan. Dengan keberhasilan, keyakinan, dan kepercayaan diri yang meningkat, mereka dapat melatihnya dalam kehidupan sehari-hari.
  • Anak dispraksia kurang efektif jika dimasukkan dalam kelas khusus untuk anak-anak yang mengalami kesulitan belajar. Yang dibutuhkan oleh anak-anak dispraksia adalah terapi satu lawan satu yaitu suatu terapi dimana satu orang anak dispraksia ditangani oleh satu orang fisioterapis atau speech pathologist. Mereka butuh penanganan dan dukungan profesional secara teratur termasuk juga dukungan dari pendidikan yang dijalani.
  • Anak dispraksia biasanya dapat disembuhkan tergantung dari tingkat keparahannya. Ada kemungkinan kambuh beberapa kali tapi tingkat kesukaran dalam koordinasi gerakan akan semakin menurun.
  • Anak juga bisa sembuh sendiri namun lebih lambat dan tidak seefisien jika ditangani oleh terapis.

Referensi:

  • Pataki C et al, Motor Skills Disorder, Medscape, Jan 2010
  • Langer K; Dyspraxia series: Part Two. One step forward. J Fam Health Care. 2011 Sep-Oct;21(5):44, 46-8.
  • Kirby A; Dyspraxia series: part one. At sixes and sevens. J Fam Health Care. 2011 Jul-Aug;21(4):29-31.
  • Cairney J, Hay J, Veldhuizen S, et al; Comparing probable case identification of developmental coordination disorder Child Care Health Dev. 2009 May;35(3):402-8.
  • Landgren M, Kjellman B, Gillberg C; Attention deficit disorder with developmental coordination disorders. Arch Dis Child. 1998 Sep;79(3):207-12.
  • Wilson PH; Practitioner review: approaches to assessment and treatment of children with DCD: J Child Psychol Psychiatry. 2005 Aug;46(8):806-23.
  • Engel-Yeger B, Hanna Kasis A; The relationship between Developmental Co-ordination Disorders, child’s perceived Child Care Health Dev. 2010 Sep;36(5):670-7. Epub 2010 Apr 15.
  • Chawla J, Apraxia and Related Syndromes, Medscape, Dec 2011

ARTIKEL GANGGUAN MOTORIK TERKAIT LAINNYA:

  • Kenali Tanda dan Gejala Dispraksia Usia 14 Tahun hingga dewasa
  • Kenali Tanda dan Gejala Dispraksia Usia 8 – 13 Tahun
  • Kenali Tanda dan Gejala Dispraksia Usia 2 – 7 Tahun
  • Acquired apraxia, Manifestasi klinis dan Penanganannya
  • Kenali Tanda dan Gejala Dispraksia Pada Anak
  • Acquired apraxia, Manifestasi klinis dan Penanganannya
  • Kenali Tanda dan Gejala Dispraksia Pada Anak
  • Tahapan Perkembangan Normal Motorik Anak Sesuai Usia
  • Cermati Anak Anda, Dominan Motorik Halus atau Motorik Kasar
  • Gangguan Oral Motor Bayi Prematur
  • Gerakan Motorik

.

growupclinic.com

Supported By:

GRoW UP CLINIC JAKARTA Yudhasmara Foundation GRoW UP CLINIC I Jl Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat 10210, phone (021) 5703646 – 44466102 GRoW UP CLINIC II MENTENG SQUARE Jl Matraman 30 Jakarta Pusat 10430, Phone (021) 44466103 – 97730777email :   http://growupclinic.com http://www.facebook.com/GrowUpClinic Creating-hashtag-on-twitter@growupclinic
“GRoW UP CLINIC” Jakarta Focus and Interest on: *** Allergy Clinic Online *** Picky Eaters and Growup Clinic For Children, Teen and Adult (Klinik Khusus Gangguan Sulit Makan dan Gangguan Kenaikkan Berat Badan)*** Children Foot Clinic *** Physical Medicine and Rehabilitation Clinic *** Oral Motor Disorders and Speech Clinic *** Children Sleep Clinic *** Pain Management Clinic Jakarta *** Autism Clinic *** Children Behaviour Clinic *** Motoric & Sensory Processing Disorders Clinic *** NICU – Premature Follow up Clinic *** Lactation and Breastfeeding Clinic *** Swimming Spa Baby & Medicine Massage Therapy For Baby, Children and Teen ***
Professional Healthcare Provider “GRoW UP CLINIC” Dr Narulita Dewi SpKFR, Physical Medicine & Rehabilitation curriculum vitae HP 085777227790 PIN BB 235CF967  Clinical – Editor in Chief : Dr WIDODO JUDARWANTO, pediatrician email : judarwanto@gmail.com curriculum vitae Creating-hashtag-on-twitter: @WidoJudarwanto www.facebook.com/widodo.judarwanto Mobile Phone O8567805533 PIN BB 25AF7035

We are guilty of many errors and many faults. But our worst crime is abandoning the children, neglecting the fountain of life.
Information on this web site is provided for informational purposes only and is not a substitute for professional medical advice. You should not use the information on this web site for diagnosing or treating a medical or health condition. You should carefully read all product packaging. If you have or suspect you have a medical problem, promptly contact your professional healthcare provider

Copyright © 2013, GRoW UP CLINIC Information Education Network. All rights reserved
About these ads

Tentang GrowUp Clinic

In 1,000 days Your Children, You can change the future. Our Children Our Future
Tulisan ini dipublikasikan di **Gangguan Motorik, **Gangguan Perilaku, **Gangguan Perkembangan - Perilaku, *Gerakan Motorik, *Gerakan Motorik Kasar, *Pediatric Neurology-Behaviour dan tag . Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Gravatar
WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out / Ubah )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out / Ubah )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out / Ubah )

Google+ photo

You are commenting using your Google+ account. Log Out / Ubah )

Connecting to %s