Skizofrenia, Kenali Sejak Usia Anak

Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku- pikiran yang terganggu, dimana berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian yang keliru, afek yang datar atau tidak sesuai;dan berbagai gangguan aktivitas motorik yang bizzare . Penderita skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan, sering kali masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi. Beberapa studi menemukan bahwa ketidaknormalan dalam struktur dan fungsi otak yang terkait schizophrenia  bisa jadi mulai terbentuk sejak usia dini pertumbuhan seorang anak.

Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).

Pada pasien penderita, ditemukan penurunan kadar transtiretin atau pre-albumin yang merupakan pengusung hormon tiroksin, yang menyebabkan permasalahan pada zalir serebrospinal.

Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri. Risiko schizophrenia dan gangguan terkait lainnya mengalami peningkatan sekitar 67% pada anak-anak dari wanita yang kehilangan sanak familinya selama semester pertama kehamilannya. Penelitian ini telah dilaporkan dalam jurnal ilmiah Archives of General Psychiatry. Temuan ini mengonfirmasi teori bahwa keadaan kejiwaan seorang ibu memiliki pengaruh sangat besar pada anaknya yang masih dalam kandungan.

Penelitian terdahulu mengindikasikan sebuah hubungan antara umur ayah dengan schizophrenia pada anaknya. Pada tahun 2001, peneliti di New York membuktikan bahwa seorang ayah yag berumur diatas 50 tahun berisiko 3 kali lipat mempunyai anak schizophrenia. Selain itu kondisi sosial ekomoni dan penyakit psikiatrik lain di keluarga dapat mempengaruhi risiko mengidap schizophrenia.

Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera dibawa ke psikiater dan psikolog.

Skizofrenia Pada Anak

Meskipun skizofrenia muncul kadang berawal dari masa anak-anak, gangguan ini biasanya muncul pada masa remaja atau awal masa dewasa, agak lebih awal pada kaum laki-laki daripada kaum perempuan. Usia timbulnya gangguan tampaknya semakin muda dalam beberapa dekade terakhir .

Meski bayi dan anak-anak kecil dapat menderita skizofrenia atau penyakit psikotik yang lainnya, keberadaan skizofrenia pada grup ini sangat sulit dibedakan dengan gangguan kejiwaan seperti autisme, sindrom Asperger atau ADHD atau gangguan perilaku dan gangguan Post Traumatic Stress Dissorder. Oleh sebab itu diagnosa penyakit psikotik atau skizofrenia pada anak-anak kecil harus dilakukan dengan sangat berhati-hati oleh psikiater atau psikolog yang bersangkutan.

Pada remaja perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadian skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak biasa, pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau stereotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren.

Tidak semua orang yang memiliki indikator premorbid pasti berkembang menjadi skizofrenia. Banyak faktor lain yang berperan untuk munculnya gejala skizofrenia, misalnya stresor lingkungan dan faktor genetik. Sebaliknya, mereka yang normal bisa saja menderita skizofrenia jika stresor psikososial terlalu berat sehingga tak mampu mengatasi. Beberapa jenis obat-obatan terlarang seperti ganja, halusinogen atau amfetamin (ekstasi) juga dapat menimbulkan gejala-gejala psikosis.

Gejala Skizofrenia Anak dan Remaja

Gejala-gejala dan perilaku anak dan remaja dengan skizofrenia mungkin berbeda dari orang dewasa dengan penyakit ini.

Gejala-gejala berikut dan perilaku dapat terjadi pada anak-anak atau remaja dengan skizofrenia:

  •  Halusinasi: melihat sesuatu dan mendengar suara-suara yang tidak yang nyata,
  • Perilaku aneh dan eksentrik, atau pidato
  • Pikiran dan idetidak biasa atau aneh
  • membingungkan televisi dan impian dari kenyataan
  • bingung berpikir
  • Seding dan murung berlebihan • gagasan bahwa orang-orang keluar untuk mendapatkan mereka atau berbicara tentang mereka, (paranoia)
  • Kecemasan dan rasa takut yang parah
  • Kesulitan berhubungan dengan teman sebaya, dan menjaga teman-teman.
  • Menarik dan meningkatkan isolasi
  • penurunan kebersihan pribadi

Perilaku anak-anak dengan skizofrenia dapat berubah perlahan-lahan dari waktu ke waktu. Misalnya, anak-anak yang digunakan untuk menikmati hubungan dengan orang lain mungkin mulai menjadi lebih malu atau ditarik dan tampaknya berada dalam dunia mereka sendiri. Kadang-kadang anak-anak akan mulai berbicara tentang ketakutan yang aneh dan ide. Mereka mungkin mulai melekat pada orang tua atau mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal. Gejala-gejala awal dan masalah pertama mungkin diperhatikan oleh guru sekolah anak. Anak-anak dengan skizofrenia harus memiliki evaluasi lengkap. Orang tua harus meminta dokter keluarga atau dokter anak untuk merujuk mereka ke psikiater, lebih disukai anak dan psikiater remaja, yang secara khusus terlatih dan terampil dalam mengevaluasi, mendiagnosis, dan merawat anak-anak dengan skizofrenia. Anak-anak dengan skizofrenia membutuhkan rencana perawatan yang komprehensif. Sebuah kombinasi obat, terapi individu, terapi keluarga, dan program khusus (sekolah, kegiatan, dll) sering diperlukan. Obat psikiatrik dapat bermanfaat bagi banyak gejala dan masalah diidentifikasi. Obat-obat ini memerlukan pemantauan hati-hati oleh psikiater (lebih disukai anak dan psikiater remaja.)

Perbedaan Autisme Infantil dan Schizophrenia

Kontroversi tentang apakah autism adalah sebuah kelainan yang berbeda atau hanyalah schizophrenia sesaat pada anak-anak pernah berlangsung cukup lama di dunia psikologi. Akan tetapi saat ini American Psychiatric Association secara umum disepakati bahwa autisme infantil dan schizophrenia pada masa anak-anak adalah dua kelainan yang berbeda

Perbedaan autism infantil dan schizophrenia,antara lain:

  • Anak-anak penderita autisme jarang memiliki silsilah keluarga yang pernah menderitaschizophrenia, tetapi mereka dengan schizophrenia kadang mempunya silsilah keluargadengan schizophrenia.
  • Anak-anak penderita autisme jarang menunjukkan kurangnya perkembangan intelektual,tetapi hal ini tidak terjadi pada anak-anak dengan schizophrenia.
  • Anak-anak dengan autism mempunyai kemampuan berbicara yang terbatas, sedangananak-anak dengan schizophrenia mampu berbicara secara normal tetapi mengkomunikasikan ide-ide yang sangat aneh.
  • Autism terlihat jelas hampir sejak kelahiran si anak, sedangkan schizophrenia berkembang kemudian.
  • Anak-anak dengan autisme tidak memperlihatkan respon positif terhadang obat-obatneuroleptik, sedangkan sebagian besar mereka dengan schizophrenia menunjukkan responyang berbeda. Karena berbagai perbedaan tersebut maka tidak dapat mengasumsikan bahwa penyebab dan cara mengobati salah satu dari kedua kelainan tersebut dapat diaplikasikan pada salah satu yang lain

Gejala Klinis Skizofrenia Secara Umum

Simptom-simptom yang dialami penderita skizofrenia mencakup gangguan dalam beberapa hal penting yaitu pikiran, persepsi, dan perhatian; perilaku motorik; afek atau emosi; dan keberfungsian hidup. Tidak ada simtom penting yang harus ada untuk menegakkan diagnosis skizofrenia. Oleh karena itu, para penderita skizofrenia harus dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya dibanding dengan para penderita skizofrenia lain. Heterogenitas skizofrenia menunjukkan bahwa pengelompokan para  penderita skizofrenia  dalam berbagai tipe yang mencerminkan konstelasi beberapa masalah tertentu merupakan suatu hal yang tepat .

Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain

  1. ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh.
  2. Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial).
  3. Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi.
  4. Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.

Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya  dibagi kedalam 3 kategori : positif, negatif, dan disorganisasi.

  1. Gejala-gejala Positif Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain.
  2. Gejala-gejala Negatif Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia).
  3. Gejala Disorganisasi

Gejala Positif

Simptom positif mencakup hal-hal yang berlebihan distorsi, seperti halusinasi dan waham. Simptom-simptom, ini sebagian besarnya, menjadi ciri suatu episode akut skizofrenia.

  • Delusi (Dikenal juga dengan istilah waham) Delusi adalah keyakinan yang berlawanan dengan kenyataan, semacam itu merupakan simptom-simptom positif yang umum pada skizofrenia.

Berikut ini adalah beberapa bentuk waham  :

  1. Penderita skizofreniayakin bahwa pikiran yang bukan berasal dari dirinya dimasukan ke dalam pikirannya oleh suatu sumber eksternal.
    Seorang ibu rumah tangga berusia 29 tahun berkata, “Saya melihat keluar jendela dan saya berpikir taman di halaman tampak indah dan rumputnya tambah bagus, namun pikiran Eamonn Andrews masuk ke dalam pikiran saya. Tidak ada pikiran lain disana, hanya pikirannya. Ia memperlakukan pikiran saya seperti layar dan menayangkan berbagai pikirannya dilayar tersebut seperti anda menayangkan suatu gambar”
  2. Penderita skizofrenia yakin bahwa pikiran mereka disiarkan dan ditransmisikan sehingga orang lain mengetahui apa yang mereka pikirkan
    Seorang mahasiswa berusia 21 tahun (mengetahui bahwa) “ Ketika saya berpikir, pikiran saya keluar dari kepala saya melalui sejenis pita transmisi mental. Semua orang disekeliling saya hanya perlu memasukan pita tersebut ke dalam pikiran mereka dan mereka dapat mengetahui pikiran saya”.
  3. Penderita skizofrenia berpikir bahwa pikiran mereka telah dicuri, secara tiba-tiba dan tanpa terduga, oleh suatu kekuatan eksternal.
    Seorang perempuan berusia 22 tahun ( menggambarkan pengalaman sebagai berikut). “ Saya sedang memikirkan ibu saya, dan tiba-tiba pikiran saya disedot keluar dari kepala saya dengan alat penyedot yang dapat menembus tengkorak kepala, dan tidak ada yang tersisa di kepala saya, kepala saya menjadi kosong”
  4. Beberapa penderita skizofrenia yakin bahwa perasaan atau perilaku mereka dikendalikan oleh suatu kekuatan eksternal.
    Seorang juru ketik steno berusia 29 tahun menggambarkan berbagai tindakannya (yang paling sederhana) sebagai berikut : “ Ketika saya mengulurkan tangan untuk mengambil sisir, tangan dan lengan sayalah yang bergerak, dan jari-jari saya mengambil pena, namun saya tidak mengendalikannya. Saya duduk mengamati mereka bergerak, dan mereka cukup mandiri, apa yang mereka lakukan tidak ada hubungannya dengan saya. Saya hanya sebuah boneka yang dimanipulasi oleh tali-tali kosmik. Ketika tali-tali tersebut ditarik maka tubuh saya bergerak dan saya tidak dapat mencegahnya”
    Meskipun waham terjadi pada lebih dari separuh orang yang menderita skizofrenia, namun waham juga dapat terjadi di kalangan ODS dengan berbagai diagnosis lain, terutama mania, depresi delusional, dan gangguan waham. Meskipun demikian, waham yang dialami oleh penderita skizofrenia sering kali lebih aneh dibanding waham yang dialami oleh para penderita skizofrenia berbagai kategori diagnostik lain tersebut; yaitu waham para penderita skizofrenia sangat tidak mungkin.
  • Halusinasi dan Gangguan Persepsi Lain
    Para  penderita skizofrenia skizofrenia seringkali menuturkan bahwa dunia tampak berbeda dalam satu atau lain cara atau bahkan tidak nyata bagi mereka. Seorang  penderita skizofrenia dapat menyebutkan berbagai perubahan dalam cara tubuh mereka merasakan sesuatu, atau tubuh ODS menjadi tidak memanusia sehingga seolah-olah terasa seperti mesin.
    Saya tidak bisa berkonsentrasi pada televisi karena saya tidak bisa melihat layar dan pada saat bersamaan mendengarkan apa yang dikatakan. Tampaknya tidak bisa menerima dua hal semacam itu secara bersamaan, terutama bila salah satu hal tersebut berkenaan dengan salah satu hal yang lain berkenaan dengan mendengarkan sesuatu. Di sisi lain tampaknya saya selalu menerima terlalu banyak hal dalam satu waktu, kemudian saya tidak bisa mengtasinya dan tidak bisa mencernanya”.
  • Halusinasi Halusinasi adalah suatu pengalaman indrawi tanpa adanya stimulasi dari lingkungan. Yang paling sering terjadi adalah halusinasi auditori, bukan visual; 74 % dari suatu sampel menuturkan mengalami halusinasi auditori.
    Beberapa tipe halusinasi :
  1. Beberapa  penderita skizofrenia menuturkan bahwa mereka mendengar pikiran mereka diucapkan oleh suara lain
    Ibu rumah tangga berusia 32 tahun tersebut mengeluh tentang suara seorang laki-laki yang berbicara dengan berisik dari suatu titik kira-kira dua kaki diatas kepalanya. Suara tersebut akan mengulang semua pikiran ODS yang mengarah ke suatu hal- bahkan pikiran-pikiran yang paling umum sekalipun. Bila ODS berpikir, “ Saya harus memasak air di ketel. “Suara tersebut juga sering mengucapkan hal yang sebaliknya, “ Jangan memasak air di ketel.”
  2. Beberapa  penderita skizofrenia mengklaim bahwa mereka mendengar suara-suara yang saling berdebat
    Seorang  penderita skizofrenia berusia 24 tahun menuturkan bahwa ia mendengar suara-suara yang berasal dari ruang perawat. Salah satu suara, yang bernada tinggi dan kasar , berulang kali berkata, “ G.T benar-benar tidak konsisten, “ dan suara lain yang bernada lebih tinggi berkata, “Setuju. Ia seharusnya dikurung. “ Suatu suara perempuan kadang-kadang menginterupsi, berkata, “Ia tidak begitu, ia laki-laki yang menyenangkan”
  3. Beberapa  penderita skizofrenia mendengar suara-suara yang mengomentari perilaku mereka.
    Seorang ibu rumah tangga berusia 41 tahun mendengar suatu suara yang berasal dari sebuah rumah di seberang jalan. Suara tersebut terus menerus terdengar tanpa henti dengan nada datar dan monoton menggambarkan segala sesuatu yang dilakukannya seraya memberikan kritikan “ Ia mengupas kentang, menggenggam pisau pengupas, ia tidak menginginkan kentang itu, ia meletakkannya kembali karena ia berpikir kentang itu memiliki tonjolan seperti penis, pikirannya kotor, ia mengupas kentang, sekarang ia mencucinya.”

Gejala Negatif

Gejala negatif cendrung bertahan melampaui suatu episode akut dan memiliki efek parah terhadap kehidupan para penderita skizofrenia . Simptom-simptom ini penting secara prognostik; banyaknya simptom negatif merupakan prediktor kuat terhadap kualitas hidup yang rendah.

  1. Avolition (Apati)
    Merupakan kondisi kurangnya energi dan ketiadaan minat atau ketidakmampuan untuk tekun melakukan apa yang biasanya merupakan aktivitas rutin. Misalnya menjaga kebersihan diri dan mengalami kesulitan untuk tekun dalam beraktivitas seperti sekolah, bekerja, dan pekerjaan rumah tangga.
  2. Alogia
    Merupakan suatu gangguan pikiran negatif, alogia dapat terwujud dalam beberapa bentuk. Misalnya miskin percakapan, jumlah percakapan memadai namun hanya mengandung sedikit informasi dan cendrung membingungkan serta diulang-ulang.
  3. Anhedonia
    Ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan yang tercermin dalam kurangnya minat dalam berbagai aktivitas rekreasional, gagal untuk mengembangkan hubungan dekat dengan orang lain, kurangnya minat dalam hubungan seks.
  4. Afek Datar
    Pada  penderita skizofrenia yang memiliki afek datar hampir tidak ada stimulus yang dapat memunculkan respon emosional.  Penderita skizofrenia menatap dengan pandangan kosong, otot-otot wajah kendur, dan mata tidak hidup. Ketika diajak berbicara,  penderita skizofrenia menjawab dengan suara datar dan tanpa nada.
  5. Asosialitas
    Ketidakmampuan yang parah dalam hubungan sosial, mereka hanya memiliki sedikit teman, keterampilan sosial yang rendah, dan sangat kurang berminat untuk berkumpul bersama orang lain.

Gejala Disorganisasi

  • Disorganisasi Pembicaraan (Gangguan Berpikir Formal)
    Merujuk pada masalah dalam mengorganisasi berbagai pemikiran dan dalam berbicara sehingga pendengar dapat memahaminya. Misalnya inkoherensi yang terjadi dalam suatu percakapan, meskipun ODS berulang kali merujuk pada beberapa pemikiran atau tema sentral, berbagai citra dan potongan pikiran tidak saling berhubungan; sulit untuk memahami dengan pasti apa yang ingin disampaikan ODS kepada pewawancara.
    Proses bicara juga dapat terganggu karena suatu hal yang disebut asosiasi longgar atau derailment, dalam hal ini  penderita skizofrenia dapat lebih berhasil dalam berkomunikasi dengan seorang pendengar namun mengalami kesulitan untuk tetap pada satu topik.
  • Perilaku Aneh (Bizzare)
    Perilaku aneh terwujud dalam banyak bentuk.  Penderita skizofrenia dapat meledak dalam kemarahan atau konfrontasi singkat yang tidak dapat dimengerti, memakai pakaian yang tidak biasa, bertingkah laku seperti anak-anak atau gaya yang konyol, menyimpan makanan, mengumpulkan sampah, atau melakukan aktivitas seksual yang tidak pantas seperti masturbasi di tempat umum.

Gejala Lain

Beberapa simptom lain skizofrenia tidak cukup tepat untuk digolongkan ke dalam ketiga kategori sebelumnya. Dua simptom penting dalam kelompok ini adalah katatonia dan afek tidak sesuai.

  • Katatonia  Beberapa abnormalitas motorik menjadi ciri katatonia. Para ODS dapat melakukan suatu gerakan berulang kali, menggunakan urutan yang aneh dan kadang kompleks antara gerakan jari, tangan , dan lengan, yang sering kali tampaknya mempunyai tujuan tertentu. Beberapa ODS menunjukkan peningkatan yang tidak biasa pada keseluruhan kadar aktivitas, termasuk sangat riang , menggerakkan anggota badan secara liar, dan pengeluaran energi yang sangat besar seperti yang terjadi dalam mania. Di ujung lain spektrum ini adalah imobilitas katatonik : ODS menunjukkan postur yang tidak biasa dan tetap dalam posisi demikian untuk waktu yang sangat lama. Seorang ODS dapat berdiri dalam satu kaki, dengan satu kaki yang lain ditekuk ke arah pantat, dan tetap dalam posisi tersebut sepanjang hari. Para ODS juga memiliki fleksibilitas lilin sehingga orang lain dapat menggerakkan anggota badan seorang ODS dalam posisi aneh yang kemudian akan tetap dipertahankannya dalam waktu yang lama.
  • Afek yang Tidak Sesuai
    Respon-respon emosional yang ditampilkan sering tidak sesuai dengan konteks misalnya paseie dapat tertawa ketika mendengar bahwa ibunya baru saja meninggal atau marah ketika ditanya dengan pertanyaan sederhana, misalnya apakah baju barunya cocok untuknya. Para  penderita skizofrenia tersebut dapat dengan cepat berubah dari satu kondisi emosional ke kondisi emosional yang lain tanpa alasan yang jelas.
    Kerusakan kognitif yang mereka alami membuat mereka sulit mendapatkan pekerjaan secara stabil, sehingga mereka menjadi miskin dan hidup sebagai gelandangan. Perilaku mereka yang aneh dan kurangnya keterampilan sosial membuat mereka kehilangan teman, eksistensi yang terisolasi, dan kadang pelecehan dan tudingan dari orang lain. Tingkat penyalahgunaan zat tinggi, mungkin mencerminkan upaya untuk terbebas dari berbagai emosi negatif . Maka tidak mengherankan bila angka bunuh diri di kalangan skizofrenia tinggi.

Tahap Skizofrenia
Para peneliti telah mengidentifikasi tiga tahap skizofrenia:

  • Tahap prodromal
    Tahap pertama disebut tahap prodromal dan mengacu ke tahun sebelum penyakit muncul. Para prodrom istilah berasal dari kata Yunani prodromos, yang berarti “sesuatu yang datang sebelum dan sinyal acara” .Dalam istilah medis, prodrom mengacu pada gejala awal dan tanda-tanda penyakit yang datang sebelum gejala khas muncul.
    Misalnya, cacar air digambarkan sebagai memiliki prodrom beberapa hari ditandai dengan demam, sakit kepala, dan kehilangan nafsu makan. Hal ini diikuti oleh ruam lebih umum terkait dengan cacar air, membuat diagnosis definitif mungkin.
    Orang di tahap ini sering mengisolasi diri, tinggal sendirian di kamar tidur dan berhenti menghabiskan waktu dengan keluarga atau teman. Mereka mungkin menunjukkan tanda-tanda penurunan motivasi, kehilangan minat dalam kegiatan, dan emosi yang tidak tepat atau tumpul
    Tanda-tanda dari tahap prodromal yang tidak spesifik untuk skizofrenia. Artinya, seseorang yang mengalami perilaku ini mungkin depresi atau memiliki beberapa masalah lain. Itulah sebabnya mengapa seseorang tidak dapat mengidentifikasi tahap prodromal sampai fase aktif tercapai. Sampai pasien mengalami gejala psikotik, dokter tidak dapat mendiagnosa skizofrenia. Menariknya, tanda-tanda tahap prodromal telah diidentifikasi sedini masa kanak-kanak
  • Tahap Akut
    Ketika seseorang mengalami gejala psikotik seperti halusinasi, delusi, atau perilaku terlalu teratur, mereka dikatakan dalam tahap akut atau aktif skizofrenia. Fase aktif menunjukkan perkembangan penuh dari gangguan. Ketika pasien berada dalam fase aktif, mereka muncul psikotik. Perilaku mereka dapat menjadi sangat ekstrim atau aneh yang rawat inap diperlukan. Setelah pasien dibawa ke perhatian medis, seorang profesional kesehatan mental akan mengamati pasien, pertanyaan pasien, dan pertanyaan anggota keluarga pasien jika mereka tersedia. Tujuan dari penilaian pertama untuk memastikan kapan perilaku aneh mulai, berapa lama mereka telah berlangsung, dan mengesampingkan penggunaan alkohol atau obat-obatan. Pasien yang terlalu psikotik sulit untuk wawancara, sehingga mereka mungkin akan diobati dengan obat antipsikotik pada saat masuk. Memang, pasien dalam fase aktif skizofrenia seringkali memerlukan obat-obatan antipsikotik untuk mengurangi gejala mereka. Dengan obat-obatan, banyak gejala skizofrenia menghilang. Jika tidak diobati dengan obat, fase ini dapat berlangsung selama beberapa minggu atau bulan. Bahkan, tanpa pengobatan, fase aktif dapat berlanjut tanpa batas. Dalam kasus yang sangat jarang, fase aktif menyelesaikan sendiri dan gejala menghilang tanpa pengobatan.
  • Tahap Residual.
    Tahap akhir dari skizofrenia disebut tahap sisa. Fitur dari fase residual sangat mirip dengan tahap prodromal. Pasien dalam tahap ini tidak muncul psikotik tetapi mungkin mengalami beberapa gejala negatif seperti kurangnya ekspresi emosional atau energi rendah. Walaupun pasien dalam tahap sisa tidak memiliki delusi atau halusinasi, mereka mungkin terus mengalami keyakinan yang aneh. Misalnya, ketika Kevin dalam tahap sisa skizofrenia, dia mungkin masih yakin bahwa rekan kerja nya tidak menyukainya, bahkan jika ia tidak lagi percaya bahwa mereka menyiarkan acara radio tentang dia.

Kriteria Skizofrenia dalam DSM–IV-TR

  1. Terdapat dua atau lebih simptom-simptom berikut ini dengan porsi waktu yang signifikan selama sekurang-kurangnya satu bulan : waham, halusinasi, disorganisasi bicara, disorganisasi perilaku katatonik, simptom-simptom negatif.
  2. Keberfungsian sosial dan pekerjaan menurun sejak timbulnya gangguan.
  3. Gejala-gejala gangguan terjadi selama sekurang-kurangnya enam bulan; sekurang-kurangnya satu bulan untuk simptom-simptom lain pada poin pertama; selebihnya simptom-simptom negatif atau simptom lain pada poin pertama dalam bentuk ringan.

Kategori Skizofrenia dalam DSM-IV-TR

  • Paranoid (F 20.0) Tipe ini ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran tentang adanya persekongkolan atau sentimen negatif orang lain yang merupakan ancaman bagi dirinya, terlihat begitu nyata dan mencolok meski sebenarnya itu hanya skenario yang berlangsung di dalam pikirannya sendiri. Ditambah pula halusinasi pendengaran dimana ODS mendengar suara-suara yang tak didengar oleh orang lain.
    Secara umum tipe ini terlihat paling ‘normal’ dibanding tipe-tipe lainnya, terutama kalau yang bersangkutan mampu mengendalikan diri. ODS paranoid mampu bekerja dan bersosialisasi secara wajar. Perilaku yang muncul ke permukaan sangat tergantung pada muatan delusi/halusinasi dalam pikirannya, ODS yang meyakini adanya persekongkolan jahat akan cenderung gampang tersinggung atau marah. Kondisi tak nyaman kerapkali merupakan pemicu rangkaian gejala lainnya.
    ODS tipe ini diliputi keraguan untuk membicarakan penyakitnya namun sebaiknya keluarga dan teman dekat mengusahakan hubungan yang nyaman agar dia mau terbuka bercerita tentang hal-hal yang membebani kepalanya selama ini. Bimbing dia untuk menerima kenyataan bahwa dirinya sakit dan membutuhkan pengobatan yang tepat sedini mungkin. Lebih cepat ditangani akan lebih baik karena akan ada kemungkinan kondisi memburuk dan dia masuk ke jenis paranoid disorganisasi.
  • Disorganisasi (F 20.1)
    Ketidak-teraturan (disorganisasi) pola-pola berpikir dengan hanya sedikit gangguan delusi/halusinasi adalah ciri tipe ini. Kemampuan untuk menjalani kehidupan normal sangat rendah dan  penderita skizofrenia tipe ini bahkan mengalami kesulitan untuk melakukan rutinitas pribadi seperti mandi atau menggosok gigi.
    Gangguan emosional yang parah terlihat nyata pada tipe ini. Perubahan emosi yang sangat menyolok dari semula tertawa gembira lalu sedetik kemudian dia bisa saja menangis meraung-raung. Atau malah tak bereaksi sama sekali saat ada kejadian (yang mestinya) menggemparkan dan merespon suatu bentuk perhatian dengan caci maki kasar. Menurun drastisnya kemampuan berkomunikasi juga dialami ODS tipe ini akibat disorganisasi pola berpikirnya.
  • Katatonik (F 20.2) Ciri menyolok tipe ini terletak pada ketidak-seimbangan gerak, berupa hiperaktif (catatonic excitement) atau hiperpasif (catatonic stupor). Di samping itu masih ada gejala yang disebut perilaku stereotipik dimana ODS melakukan gerakan yang sama secara berulang-ulang hingga membuatnya kehilangan kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang bersifat produktif.
    Ketidak-mampuan atau penolakan terhadap perubahan gerak biasanya terlihat sangat jelas karena ODS tahan selama berjam-jam dalam posisi yang sama tanpa bergerak sama sekali. Bahkan saat berada dalam posisi yang sangat tidak nyaman sekalipun,dia akan dengan sangat keras menolak bantuan orang lain untuk menolongnya memperbaiki kondisi itu. Gerakan, posisi tubuh, atau ekspresi wajah yang ganjil juga kerap terlihat pada tipe ini.
  • Indiferensiasi (F 20.3)
    Tipe ini memiliki sejumlah gejala yang berfluktusiasi atau malah stabil pada kondisi tertentu hingga menyulitkan dokter untuk menyimpulkan tipe skizofrenia yang dideritanya. Setelah ODS memperlihatkan sejumlah gejala yang sama sekali berbeda dari tipe-tipe lainnya barulah bisa diketahui bahwa dia termasuk tipe indiferensiasi.
  • Residual (F 20.5)
    Tak ada gejala parah yang menonjol, meski masih ada perilaku gamang atau delusi/halusinasi namun sudah sangat jauh berkurang dibanding masa-masa kritis terdahulu. Perbedaan kondisi antar setiap individu ODS juga terlihat sangat nyata. Gangguan fisik/psikis antar penderita berrbeda-beda pengaruh maupun tingkatannya. Ada  penderita skizofrenia yang memerlukan perawatan ekstra ketat,namun sebaliknya ada pula yang mampu berkarir bahkan membina keluarga secara wajar.
    Umumnya mereka harus memilih antara menjalani atau mengurangi frekuensi perawatan rumah sakit dan sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang di sekelilingnya. Pencapaian yang terbaik, khususnya pada ODS wanita, ditandai dengan kemampuannya menjalankan fungsi kehidupan normal seperti saat sebelum dia sakit.

ARTIKEL TERKAIT:

  • Deteksi Dini dan Penanganan Dini ADHD
  • Anakku Cerdas, Malas Belajar, Kurang Teliti dan Gangguan Konsentrasi
  • Terapi Obat dan Intervensi Terkini Pada ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
  • Penanganan Terkini Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) Pada Anak
  • Oppositional Defiant Disorder (ODD), Anak Pemarah dan Pemberontak
  • Selektif mutisme, Gangguan Berbicara Di Depan Umum Pada Anak
  • Skizofrenia, Kenali Sejak Usia Anak

Autism:

  • Benarkah Kontroversi Autism dan Imunisasi Thimerosal ?
  • Cara Menyikapi Kontroversi Autism dan Imunisasi
  • Penanganan Autism dan Alergi Hipersensitifitas Makanan

Supported By:

GRoW UP CLINIC JAKARTA Yudhasmara Foundation GRoW UP CLINIC I Jl Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat 10210, phone (021) 5703646 – 44466102 GRoW UP CLINIC II MENTENG SQUARE Jl Matraman 30 Jakarta Pusat 10430, Phone (021) 44466103 – 97730777email :  
http://growupclinic.com http://www.facebook.com/GrowUpClinic Creating-hashtag-on-twitter@growupclinic
“GRoW UP CLINIC” Jakarta Focus and Interest on: *** Allergy Clinic Online *** Picky Eaters and Growup Clinic For Children, Teen and Adult (Klinik Khusus Gangguan Sulit Makan dan Gangguan Kenaikkan Berat Badan)*** Children Foot Clinic *** Physical Medicine and Rehabilitation Clinic *** Oral Motor Disorders and Speech Clinic *** Children Sleep Clinic *** Pain Management Clinic Jakarta *** Autism Clinic *** Children Behaviour Clinic *** Motoric & Sensory Processing Disorders Clinic *** NICU – Premature Follow up Clinic *** Lactation and Breastfeeding Clinic *** Swimming Spa Baby & Medicine Massage Therapy For Baby, Children and Teen ***

Professional Healthcare Provider “GRoW UP CLINIC” Dr Narulita Dewi SpKFR, Physical Medicine & Rehabilitation curriculum vitae HP 085777227790 PIN BB 235CF967  Dr Widodo Judarwanto, Pediatrician
We are guilty of many errors and many faults. But our worst crime is abandoning the children, neglecting the fountain of life.
Clinical – Editor in Chief :
  • Dr WIDODO JUDARWANTO, pediatrician
  • email :
  • curriculum vitae   Creating-hashtag-on-twitter: @WidoJudarwanto
  • www.facebook.com/widodo.judarwanto
Mobile Phone O8567805533 PIN BB 25AF7035
Information on this web site is provided for informational purposes only and is not a substitute for professional medical advice. You should not use the information on this web site for diagnosing or treating a medical or health condition. You should carefully read all product packaging. If you have or suspect you have a medical problem, promptly contact your professional healthcare provider
Copyright © 2013, GRoW UP CLINIC Information Education Network. All rights reserved
About these ads

Tentang GrowUp Clinic

In 1,000 days Your Children, You can change the future. Our Children Our Future
Tulisan ini dipublikasikan di **Gangguan Perilaku, **Gangguan Perkembangan - Perilaku, **Gangguan Pertumbuhan dan tag , . Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Gravatar
WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Logout / Ubah )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Logout / Ubah )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Logout / Ubah )

Google+ photo

You are commenting using your Google+ account. Logout / Ubah )

Connecting to %s